6 : Takut Keluar Perpustakaan

27.2K 3.4K 88
                                    

Kaila berdiri lalu menatap dua mata Juno. Tidak peduli dengan matanya yang sembab, hidung yang berair, atau wajahnya yang berantakan.

"Buat acara apa?" tanya Kaila lagi.

"Nanti juga tahu sendiri. Yang penting, harus di tempat umum kan?"

Kaila menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Oke. Nanti gue shareloc lokasinya," imbuh laki-laki itu.

Kaila bergegas mengusap hidungnya yang berair dengan ujung dasinya. Ia melirik Juno yang masih berdiri di sana, menatap Kaila tanpa tahu apa yang dipikirkan laki-laki itu.

"Juno."

Juno tidak menyahuti panggilan Kaila. Laki-laki itu hanya menajamkan dua matanya dan memusatkannya pada Kaila. Gadis itu tahu, walaupun Juno tidak menjawab, Juno tetap mendengarnya.

"Gue minta tolong ke lo. Jangan kasih tahu gosip tentang gue ke Kak Jerry."

Permintaan Kaila tidaklah sulit, cukup Juno tutup mulut dan tidak menceritakan apa pun kepada kakaknya. Namun, perempuan berambut panjang itu juga tidak berani bertaruh, apakah Juno akan tetap diam atau tidak. Kaila tidak begitu mengenal Juno. Yang ia tahu, Juno selama ini berbuat baik padanya.

"Emang pengaruh ya kakak gue tahu apa nggak sama masalah lo?"

Kaila menganggukkan kepala yakin. "Pengaruh. Banget."

"Lo bakal mati kalau Kak Jerry denger masalah lo? Kalau lo bakal mati karena masalah kayak gini, kenapa lo ceroboh dan nggak hati-hati?"

Kaila menelan ludah. Ini adalah percakapan terpanjangnya bersama Juno selama ini. Laki-laki yang biasanya hanya bicara singkat itu, kini bicara dua kalimat pertanyaan panjang. Pertanyaan yang bahkan Kaila sendiri tidak menyangka akan keluar dari mulut laki-laki itu.

"Apa permintaan gue terlalu sulit buat lo? Gue cuma minta lo diam dan nggak cerita apa pun ke Kak Jerry."

"Tenang aja. Gue bukan tipe orang yang suka gosip. Walaupun dia tahu, artinya bukan dari mulut gue."

"Thanks, Jun." Setidaknya Kaila bisa bernapas sedikit lega sekarang.

"Kenapa lo ngumpet di sini?"

Kaila menggelengkan kepalanya. "Nggak papa."

"Nggak papa itu bukan jawaban dari pertanyaan gue. Kalau gue tanya kenapa, harusnya lo jawab karena lalu diikutin sama alasan lo."

Juno masih berekspresi datar. Kaila tidak mengerti apa yang dipikirkan Juno. Apakah laki-laki itu tidak bisa berekspresi?

"Lo sendiri kenapa?" Kaila menunjuk tepat di depan wajah Juno. "Kenapa ikut gue ngumpet di sini?"

"Pantesan lo nggak bisa masuk sepuluh besar ranking paralel. Pertanyaan bukannya dijawab, malah kasih pertanyaan balik."

Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Kaila. Gadis itu teringat dengan pelecehan yang baru saja ia alami di kantin. Juno semakin mendekat, bahkan Kaila bisa menghirup aroma parfum laki-laki itu. Mengingat lorong itu sepi, membuatnya sedikit takut. Kaila menahan napas dan buru-buru menggeser tubuhnya ke kanan untuk menjauh dari Juno.

"Lagi pula, kata siapa gue ikutin lo ngumpet di sini? Gue mau ambil buku, tapi lo ngalangin bukunya," ujar laki-laki itu.

Setelah mendapat buku yang dimaksud, Juno melambaikan buku itu di depan wajah Kaila. Tentu saja wajah Kaila terlihat merah, menahan malu. Namun, Juno terlihat mengabaikan hal itu dan pergi untuk mengambil kursi di perpustakaan. Sementara Kaila mengikuti laki-laki itu dan duduk di kursi kosong di sebelahnya.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang