Aroma pohon pinus yang mendominasi hari ini ditambah dengan warna hijau yang sangat menenangkan membuat Juno bisa sedikit bernapas lega. Sejak tadi pagi ia sudah cukup kewalahan dengan persiapan pernikahan Kak Jerry. Mulai dari kaus kaki kakaknya yang tidak terbawa, sampai Juno harus ke minimarket dulu untuk membeli kaus kaki seadanya. Belum lagi urusan dekorasi yang membuat kepalanya hampir meledak ketika ada sedikit miss di bagian meja tempat makanan. Di mana Kak Reva yang meminta semua dekorasi diisi dengan bunga asli, sementara ada beberapa bunga hias palsu yang menjadi hiasan di stand salad buah. Hal itu membuat perdebatan kecil antara Kaila dengan pihak dekorasi, meskipun akhirnya pihak dekor mau mengganti dengan bunga asli. Beruntungnya, Kak Reva yang sedang dirias di kamar hotel tidak tahu apa-apa. Mungkin kalau tahu, kondisi akan semakin panik dan sulit terkendali.
Sekarang Juno sudah memakai setelan jas terbaiknya, pantofel hitam yang sudah disemir sampai mengkilat, dengan rambut yang sudah ditata rapi dengan sedikit hairspray. Ia berdiri di dekat gapura mini yang dihiasi mawar-mawar putih, untuk menyambut tamu. Di sisi kanannya sudah ada sahabat Kak Jerry sejak kuliah. Sementara di seberang, ada Kaila dan dua sahabat Kak Reva yang memakai gaun seragam panjang berlengan pendek warna merah muda dengan lapisan tile bergliter. Rambut panjang Kaila disanggul modern dengan rapi. Gadis itu terus menebar senyuman kepada para tamu yang datang.
Sesekali Juno mencuri perhatian perempuan itu. Meskipun sekarang status mereka adalah sepasang kekasih, tetapi mereka belum sempat bicara berdua lagi sejak makan batagor dua hari lalu. Juno ingin acara pernikahan ini segera selesai dengan baik, kemudian ia bisa memeluk Kaila sepuasnya. Ia ingin mengajak gadis itu kencan dan memanfaatkan waktu yang ada sebelum ia harus kembali meninggalkan Indonesia dan kembali ke Jepang.
Juno terus tersenyum tanpa henti untuk menyambut tamu. Meskipun beberapa menit kemudian, senyuman itu sempat berhenti sejenak ketika melihat Widi datang. Gaun kuning cerah selutut membuat gadis berambut pendek itu cukup menarik pehatiannya. Juno melirik ke arah Kaila, tetapi Kaila terlihat biasa saja ketika Widi datang dan semakin jalan mendekat ke arahnya.
"Hai, Juno." Widi memberi sedikit lambaian kecil pada laki-laki itu.
Juno tersenyum singkat pada Widi. Ia melirik sekali lagi ke arah Kaila, meskipun gadis itu tidak menunjukkan reaksi apa pun yang menunjukkan kecemburuan.
"Hai. Wid."
Widi mengedarkan pandangannya ke titik-titik dekorasi, khususnya ke arah kuade yang dihiasi sebagian besar bunga-bunga berwarna putih. "Aku belum terlambat kan?"
Juno mengangguk. "Belum. Datang sama siapa?"
"Sendirian aja."
"Masuk, Wid. Bebas duduk di mana aja."
Widi mengangguk. Ia menyentuh sedikit lengan kiri Juno. "Nanti kalau udah nggak sibuk, ngobrol ya."
Juno tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
Tamu-tamu datang semakin banyak dan sebagian besar sudah duduk di kursi-kursi yang telah disediakan menghadap ke arah meja akad. Juno sempat lengah ketika mengobrol dengan salah satu omnya. Adik kandung almarhum papa berulang kali melontarkan pertanyaan tentang Jepang. Ketika ia larut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ia tidak menyadari Kaila yang sedang mengobrol dengan Satya di dekat gapura mini. Bahkan Juno juga tidak menyadari kapan laki-laki itu datang. Satya terlihat berbeda. Jauh lebih rapi. Ia datang dengan kemeja batik warna coklat lengan panjang yang kancing atasnya dibiarkan terbuka, dan celana chino hitam, disempurnakan dengan pantofel yang sama mengkilatnya dengan milik Juno. Satya juga terlihat sudah mencukur rambutnya dan menjadi jauh lebih rapi. Perasaan Juno tidak tenang. Tidak mungkin Kaila kepincut laki-laki itu kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )
Roman pour Adolescents(KALAU MELIHAT NOVEL INI DI SHOPEE JANGAN DIBELI YA!! BACA AJA DI SINI MASIH LENGKAP 👍) Ingin mencari pacar sehari? Cantik, jujur, pemegang rahasia yang baik. Hubungi : Kaila 081234567890 Kontrak pacar sehari : 1. Hanya boleh pergi ke tempat ramai...