"Temenin aku, yuk. Pasang tindik."
"Gila!"
Gadis berambut pendek itu tertawa seraya merapatkan syal berwarna putih di lehernya. "New year. Resolusi."
"Resolusi itu yang bagus, Wid. Bukan yang jelek," cibir Juno. Laki-laki itu melipat kedua tangan dan menyembunyikan telapak tangannya di balik siku karena merasa kedinginan.
"Hm. Bentar deh. Kita perlu lurusin masalah bagus dan jelek ini. Piercing is an art, same like a tattoo. Pikiran kayak gini nih yang perlu dilurusin. After all, this is my body and I can do anything with my body."
Juno tertawa. Tawa renyah yang hampir tenggelam dengan suara riuh malam itu. "Ya udah. Piercing di mana? Hidung?"
"Telinga? What do you think?"
"Itu kan udah ada."
"Nope. Di sini nih." Widi menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga lalu menunjuk daun telinga yang bagian atas. "Aku mau pasang dua tindik baru di telinga kanan sama mungkin di pusar. It will look really nice if I wear a crop."
"Ya udah. Terserah kamu aja, Wid. Aku temenin aja ya."
Widi mengangguk ceria. "Kamu nggak ada resolusi apa gitu? Taste your first wine with me? Doing something crazy like take a dance with me right here? at Shibuya Crossing?"
Juno memasukkan kedua tangannya ke dalam mantel tebalnya. Musim dingin belum berakhir tetapi rasa dingin tidak mengikis antusiasme orang-orang untuk menyambut malam tahun baru. Ia tidak mengira kalau ia akan berjalan-jalan dengan Widi di tengah keramaian seperti ini. Persimpangan Shibuya sehari-hari memang ramai. Beberapa orang berkata kalau ini seperti persimpangan Times Square NYC versi Tokyo. Namun, rasanya simpangan tempat mereka berdiri malam ini jauh lebih padat. Orang sibuk berlalu lalang, entah baru menyelesaikan pekerjaan di malam tahun baru, atau baru saja selesai belanja, atau mungkin hanya untuk sekadar mencari tempat nongkrong di cafe untuk menikmati malam pergantian tahun.
Rencana awal Juno dan Widi hanya ingin mencari makan malam lalu pulang. Restoran mie soba menjadi pilihan mereka. Menurut Widi, sudah tradisi orang Jepang berbagi mie soba panjang bersama dengan teman atau keluarga di malam tahun baru yang artinya akan melewati satu tahun ke tahun selanjutnya bersama-sama. Juno hanya mengikuti keinginan Widi. Baginya, yang penting bisa makan kenyang. Namun, setelah memenuhi perut dengan semangkuk mie soba hangat, Widi justru membuat ide untuk piercing.
"Hm. Resolusi ya?" Juno mengulang pertanyaan Widi. "Mungkin, belajar lebih giat?"
"Ah! Basi banget!" Widi mencibir karena jawaban Juno.
"Hm. Mungkin lebih jujur?"
"Ke Kaila?"
Juno mengembuskan napas panjang membuat sedikit uap keluar dari hidungnya karena kedinginan. "Ke diri aku sendiri, ke Kaila, ke Kak Jerry. Banyak orang yang udah aku tipu."
"Ke aku?" tanya Widi. Pandangan gadis itu tidak tertuju pada Juno, melainkan pada sepasang sepatu boot hitamnya.
Laki-laki yang ditanya menggelengkan kepala. "Nggak, Wid. Cuma kamu, cuma ke kamu, aku berani ngomong jujur tentang semuanya."
"Does that mean I'm someone special for you?"
Juno tidak menjawab. Widi adalah gadis ceria yang selalu memberi tanggapan positif atas segala cerita laki-laki itu. Bahkan Juno sendiri tidak tahu mengapa ia mudah sekali mencurahkan segala perasaan dan pikirannya pada gadis itu.
"Lampunya hijau," ucap Juno setelah lampu hijau dengan gambar orang berjalan di persimpangan itu menyala.
Laki-laki itu berjalan lebih dulu. Widi mengikuti di samping Juno. Ini adalah salah satu yang Juno suka dari Widi. Gadis itu tidak menuntut. Meskipun Juno memutuskan untuk tidak menjawab, perempuan itu tidak akan menanyakan hal yang sama lagi ke depannya. Seolah pertanyaan itu tidak pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )
Genç Kurgu(KALAU MELIHAT NOVEL INI DI SHOPEE JANGAN DIBELI YA!! BACA AJA DI SINI MASIH LENGKAP 👍) Ingin mencari pacar sehari? Cantik, jujur, pemegang rahasia yang baik. Hubungi : Kaila 081234567890 Kontrak pacar sehari : 1. Hanya boleh pergi ke tempat ramai...