18 : Tekad

14.4K 2.2K 17
                                    

"Juno!" Kaila mendengkus sebal.

Laki-laki yang berdiri di pinggir lapangan bersama beberapa anak laki-laki lain itu masih berkeringat setelah pelajaran olahraga. Juno hanya memiringkan kepala dan menatap heran Kaila yang terlihat sangat kesal. Kaila menghampiri laki-laki yang berjarak lima puluh meter darinya itu. Ia tidak peduli jika harus berjalan pincang dan harus menyeret salah satu kakinya yang cedera, yang ia pedulikan saat ini adalah rasa kecewanya karena merasa dirinya sama sekali tidak berarti bagi Juno. Setelah hampir satu semester penuh drama yang membuat emosi naik turun bersama Juno, Kaila merasa seharusnya Juno memberi tahu tentang rencana kuliahnya di Jepang.

Selama ini Kaila selalu membeberkan rencana masa depannya pada Juno. Rencana konyol Kaila yang ingin mengikuti ke mana pun Juno pergi, bahkan harus menentang kedua orang tuanya untuk bisa mendaftar ke ITB. Kaila memang tahu, Juno tidak mengambil kesalahan sedikit pun saat ini. Namun, nyatanya darah Kaila mendidih karena harus mendengar kabar ini dari orang lain, bukan dari mulut Juno sendiri. Apa kedekatan mereka selama satu semester ini hanya bagai angin lalu bagi Juno? Apa kehadiran Kaila selama ini tidak memberi dampak apa pun terhadap perasaan Juno? Kaila kesal, kenapa hanya hatinya yang terus berdebar? Kenapa Juno masih menutup hatinya untuk Kaila? Kenapa ia ingin meledak hanya karena Juno ingin kuliah di Jepang tanpa memberitahunya? Segala pertanyaan beruntun itu terus masuk satu per satu ke dalam kepala mungil gadis itu tanpa Kaila tahu apa jawabannya.

Setelah jarak keduanya kini hanya menyisakan tiga langkah, Kaila sedikit mendongak dan menatap iris mata hitam milik Juno yang kini hampir setengahnya tertutup poni basah karena keringat. 

"Kenapa, La?"

"Lo..." Kaila tidak bisa menjawab. Kalimat yang akan keluar dari Kaila justru tertahan sampai di kerongkongan. Di kepala gadis itu tidak tahu kenapa ia harus marah, tetapi emosi yang membuat kepalanya hampir meledak itu juga tidak bisa ia tahan.

Kaila hanya bisa mengembuskan napas kasar dan membuang muka, tidak berani menatap laki-laki di depannya itu. Ia ingin marah, tetapi tahu tidak berhak.

"Kenapa, La? Kaki lo sakit? Mau gue anter ke UKS?"

Kaila menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Nggak jadi ngomong."

Gadis itu berbalik, pergi meninggalkan Juno. Meskipun dengan terpincang-pincang dan harus sedikit menahan malu karena wajahnya terlihat merah karena marah, tetapi tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya.

~~~

Berita Juno tidak mendaftar SNMPTN tersiar dengan cepat. Beberapa anak mungkin merasa lega karena saingan beratnya berkurang satu. Tidak ada yang tahu apa alasan Juno sampai harus menolak ikut SNMPTN. Bahkan Kaila dan Gami bertindak seolah tidak tahu apa-apa. Informasi Juno akan mendaftar beasiswa ke Jepang dari Gami tidak meluas. Kabar itu hanya berhenti sampai di Mario.

Desember menuju Maret berlalu dengan sangat cepat. Sikap Juno yang berubah sedikit baik dan peduli pada Kaila, hanya bertahan sampai kaki gadis itu sembuh. Setelah Kaila sudah tidak terpincang-pincang lagi, Juno kembali dingin. Bicara seperlunya.

Kaila hanya disibukkan dengan persiapan berbagai ujian. Mulai dari ujian praktik yang akan belangsung bulan depan, dan juga persiapan ujian sekolah yang hanya berbeda dua minggu dari pekan ujian praktik. Kelas dua belas dan segala beban di pundak, mulai terasa bermunculan sejak awal tahun. Rentetan ujian kelulusan di awal tahun sampai ujian masuk universitas di pertengahan tahun nanti. Saat-saat seperti ini adalah saat yang paling penting. Saat di mana para siswa akan meninggalkan status remaja dan mulai menentukan karir. Beberapa bulan lagi, mereka mengubah status dari siswa menjadi mahasiswa. Tidak boleh salah memilih jurusan kuliah. Harus kuliah yang sesuai minat, jika tidak ingin terjebak selama sisa hidup.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang