Kaila yang melenggang pergi tanpa penjelasan membuat Juno kebingungan. Apa yang harus Juno pikirkan? Perkara ia mengerjar Widi? Tapi Kaila yang memintanya untuk mengejar. Apa gadis itu hanya ingin mengujinya? Untuk apa? Apa Kaila masih tidak bisa mempercayai Juno?
Ah, persetan.
Juno beranjak, mengambil langkah panjang untuk mengejar gadisnya. Tepat dalam jarak satu langkah, Juno menahan lengan gadis itu. Kaila menoleh dan memutar badan, membuat kedua pasang mata itu saling bertemu.
"Kenapa kamu marah? Perkara aku ngejar Widi?" tanya Juno tanpa berbasa-basi. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Hampir empat tahun ia menyukai Kaila dan baru saja mendapatkannya. Tentu saja Juno tidak ingin hal itu rusak.
Sesuai dugaan, Kaila menganggukkan kepala. Untung saja Kaila bukan menjawab dengan kata-kata andalan perempuan pada umumnya. Kata nggak papa yang artinya ada yang salah. Kalau saja Kaila tadi menjawab seperti itu, mungkin kepala Juno bisa pecah di saat yang bersamaan. Lebih baik Juno mengerjakan seratus soal fisika dibandingkan harus menerka pemikiran Kaila.
Juno mengambil alih mangkuk bakso yang ada dalam genggaman Kaila dan meletakkannya di atas kursi terdekat. Pandangan matanya sudah terkunci pada gadis dengan rambut panjang sehitam arang itu. Ia melingkarkan tangan dan membawa Kaila ke dalam pelukannya. Kaila tidak melawan.
Tangan kanan Juno bergerak membelai helaian rambut gadis itu. Aroma sampo dari kamar mandi hotel menyusup ke indra penciumannya. Aroma familier dari sampo yang Juno juga pakai tadi pagi. Aroma segar yang menyatu dengan aroma manis dari parfum stawberry milik Kaila. Aroma yang mungkin dalam waktu satu minggu lagi akan sangat ia rindukan.
Tinggi Kaila yang sampai di leher Juno membuat ia bisa merasakan hangatnya embusan napas perempuan itu di ceruk lehernya. Napas yang semula memburu karena amarah itu perlahan tenang dalam pelukan.
"Aku minta maaf karena nggak ngertiin kamu dan malah ngejar Widi." Juno membuka percakapan. "Katanya sanggup LDR. Tapi baru gini aja udah cemburu?"
Kaila mengangguk. "Cemburu kalau kamu sama Widi."
Juno melepaskan pelukannya dan menatap iris hitam Kaila. "Nggak perlu cemburu. Kamu udah ada di hati aku sejak aku masuk SMA sampai sekarang. Jadi nggak akan ada perempuan lain yang mudah menggeser posisi kamu semudah itu."
"Tapi aku insecure banget sama dia. Widi cantik dan anggun. Sedangkan aku anaknya jelek, petakilan, ceroboh," ucap Kaila dengan menggebu-gebu.
Juno tertawa. "Kata siapa kamu jelek? Sini lawan aku. Beraninya ngatain pacar aku jelek. Kamu itu cantik, La. Sekalipun kamu jelek, ya terus kenapa? Aku sukanya sama kamu. Sama kepribadian kamu. Kan kamu sendiri yang pernah bilang kalau aku nggak boleh puji kamu cantik karena kamu udah tahu kalau kamu itu cantik. Kenapa sekarang jadi bilang jelek dan nggak percaya diri? Kamu cantik, Kaila."
Kaila menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan. "Udah ah. Aku malu tahu kalau dipuji terus."
"Ya udah. Jadi udah nggak marah kan nih?"
Kaila mengangguk. "Udah nggak marah."
Juno gemas dengan tingkah kekasihnya itu. Apalagi jika pipinya ditangkup dengan kedua tangan, terlihat menggemaskan sekali. Ia mencubit sedikit hidung Kaila yang mancung meskipun mendapat sedikit pelototan dari Kaila.
"Kamu tahu? Aku nggak pinter baca kode-kode cewek. Kalau kamu nggak suka, bilang aja nggak suka. Aku lebih suka begitu. Aku nggak mau kita berantem cuma karena salah paham perkara hal kecil," kata Juno. Laki-laki itu merapikan rambut Kaila yang menutupi dahi dengan jemari tangannya.
Kaila mengangguk. "Maaf."
Giliran Juno yang mengangguk. "Jadi, kita bisa makan bareng nih? Aku laper."
KAMU SEDANG MEMBACA
JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )
Teen Fiction(KALAU MELIHAT NOVEL INI DI SHOPEE JANGAN DIBELI YA!! BACA AJA DI SINI MASIH LENGKAP 👍) Ingin mencari pacar sehari? Cantik, jujur, pemegang rahasia yang baik. Hubungi : Kaila 081234567890 Kontrak pacar sehari : 1. Hanya boleh pergi ke tempat ramai...