Mobil sedan yang dikendarai Kak Jerry melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan Jakarta yang lumayan padat. Juno duduk di kursi belakang sesekali melirik ke gadis di samping kirinya yang sejak tadi sibuk dengan ponsel. Laki-laki itu ingin sekali tahu apa yang membuat Kaila tersenyum seperti itu, tetapi merasa tidak etis jika mengintip apa yang dilakukan Kaila dengan ponselnya.
"Eh, mau beli makan dulu nggak? Sekalian bungkusin buat mama," usul Kak Reva yang duduk di samping Kak Jerry.
"Jangan. Mama udah masak buat Juno. Masak rendang katanya. Kangen rendang nggak lo?" tanya Kak Jerry seraya melihat adiknya yang duduk di belakang dari kaca spion tengah.
"Kangen apa aja yang dimasak mama sih, Kak," jawab Juno. Laki-laki itu kembali melirik Kaila. "Lo ikut ke rumah?"
Kaila menyadari pertanyaan Juno tertuju padanya. Perempuan itu menyimpan ponsel ke dalam tas selempangnya kemudian menatap Juno. Ia menggeleng. "Pas berangkat tadi gue udah bilang Kak Jerry buat turunin di stasiun Kebayoran aja."
"Lah, kenapa nggak ikut ke rumah aja?" Juno mengerutkan keningnya, sedikit berharap Kaila bisa ikut dengannya untuk ke rumah. Berharap mungkin bisa saling melepas rindu, bercerita banyak hal, berbagi cerita tentang kehidupan Kaila di Bandung, dan kehidupannya di Jepang.
"Gue ada urusan sama temen gue," jawabnya.
"Sama cowok yang potongan rambutnya berantakan kayak berandalan di ig lo?"
Kaila mengerucutkan bibirnya, terlihat tidak suka dengan pertanyaan Juno. Perempuan itu mendengkus. Sepertinya Juno sudah salah dengan pertanyaannya. Bukan ini yang ia harapkan dari pertemuan pertamanya dengan Kaila. Ia tidak bermaksud membuat Kaila kesal, tetapi bayangan Kaila akan pergi bersama laki-laki tidak jelas itu membuat perasaannya tidak nyaman.
"Namanya Satya, dan dia bukan berandalan. Jangan ngatain orang seenaknya dong!"
Juno ikut mendengkus sebal. Sebegitu berartinya kah laki-laki bernama Satya, sampai Kaila membelanya dengan nada tinggi seperti itu.
"Heh, Kamila! Kalau bukan berandalan, kenapa rambutnya berantakan kayak nggak bisa ngurus diri? Lo itu ya, pergi kuliah ke Bandung bukannya belajar, malah sibuk pacaran sama berandalan," gerutu laki-laki itu dengan sedikit lantang, memastikan bahwa Kaila mendengarnya. Kemudian Juno memilih untuk mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil di sisi kanan, seolah bangunan yang didominasi dengan pertokoan itu menarik perhatiannya.
"Dih, daripada lo, pilih pacar yang punya tindik tiga di kuping. Berasa artis Kpop?"
"Udah dong. Kok jadi ribut sih?" tegur Kak Reva.
"Kak Jerry, turunin aku di sini aja. Percuma luangin waktu buat jemput orang yang suka ngomong seenaknya sendiri." Kaila melipat kedua tangannya terlihat sangat kesal.
"Nggak bisa, Kai. Kita lagi di tengah jalan banget ini. Padat juga sebelah kiri. Susah minggirnya," jawab Kak Jerry.
Kaila menyandarkan punggungnya dengan kasar, menatap jalanan di sisi kiri. Juno tidak tahu apa yang dipikirkan perempuan itu, mungkin berharap dengan sangat untuk bisa segera turun dari mobil dan kabur darinya. Ia sadar mungkin ia sedikit bersalah karena menghina laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Namun, darahnya terasa mendidih ketika mendengar Kaila membela laki-laki itu.
"Lagian kenapa jadi tiba-tiba ribut sih?" tanya Kak Reva. "Oh iya, Kai. Meskipun Juno nyebelin, tetep bantuin gue buat nikahan kan?"
"Iya lah, Kak. Aku udah janji kan," jawab Kaila. Nada bicaranya sudah terdengar lebih netral, tidak sekesal tadi. "Minggu depan aku bakal full di Bandung. Nanti aku bantuin persiapannya di sana, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )
Novela Juvenil(KALAU MELIHAT NOVEL INI DI SHOPEE JANGAN DIBELI YA!! BACA AJA DI SINI MASIH LENGKAP 👍) Ingin mencari pacar sehari? Cantik, jujur, pemegang rahasia yang baik. Hubungi : Kaila 081234567890 Kontrak pacar sehari : 1. Hanya boleh pergi ke tempat ramai...