32. TANIA & MARCHING

17.1K 2.8K 2.3K
                                    




Selamat membaca semua~

Chapter ini didedikasikan untuk semua pembacaku yang sabarnya setebal kamus.



•••

32. TANIA & MARCHING

SORE hari setelah bell pulang berbunyi, anak-anak Angkasa mulai berbondong-bondong mengosongi sekolah kecuali beberapa dari mereka yang masih ingin menikmti suasana kantin di sore hari, organisasi, rapat, dan hal-hal lain yang ingin membuat mereka menetap lebih lama di sekolah.

Elona ada jadwal latihan basket, untuk dbl yang akan diselenggarakan dua bulan lagi.

"Jadi, hari ini lo gak latihan marching dulu?" tanya Gladis, teman sekelas Elona sekaligus anak marching, Gladis juga tercatat sebagai anak XLR, segeng dengan Elona.

"Iya," jawab Elona yang tengah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Cewek itu sudah mengenakan jersey berwarna putih bertuliskan Phoenix Elite, nama tim basket sekolahnya.

"Sepi banget kalau gak ada Ibu Gita Pati!" seru Gladis.

Hari ini, bertepatan dengan jadwal latihan marching yang mana membuat Elona harus meninggalkan ekskul kebanggannya itu sementara.

"Kan masih ada kalian, mayoret ada 3 malah, masih ada gita pati lagi selain gue."

"Ya, kan, feel-nya beda."

"Udah, bye!"

"Ih, El! Jahat banget dah."

Elona mengabaikan Gladis yang terus memintanya latihan marching.

Memangnya feel apa yang Gladis rasakan ketika Elona ikut latihan? Perasaan Elona tidak ada yang istimewa deh, cewek itu saja yang merasa kesepian.

Kedua tungkai Elona berjalan menjauh dari kelasnya, disusul oleh Gladis yang masih terus berusaha memintanya untuk latihan marching padahal jelas-jelas Elona sudah mengenakan jersey basket.

Di tangga ada anak Batalyon yang berbondong-bondong menutup jalan.

Elona tidak tahu mengapa cowok-cowok itu kerap kali berlagak seperti ini.

"Waduh-waduh, awas woy, adeknya Cakra alias calon pacarnya Dipo mau lewat," Billy bersahut keras ketika melihat Elona yang memasang wajah datarnya.

Perkataan Billy barusan tentu saja membuat rombongan anak-anak itu menoleh kemudian cepat-cepat meminggirkan diri agar Elona bisa melewati tangga.

"Perlu red carpet juga nih?" tanya Cakra.

"Gak usah, makasi," jawab Elona malas.

"Elona ... semangat ya," tambah Dipo ketika Elona sudah melewati mereka yang mana hanya - dibalas oleh tanda oke menggunakan jari.

Dipo tersenyum tipis melihat balasan Elona. Sedangkan Elona yang sudah berlalu menjauh sedikit merasa aneh ketika Dipo bisa terlihat biasa-biasa saja di depan orang lain, padahal yang disapa cowok itu barusan adalah pacarnya sendiri.

Elona tidak tahu sampai kapan ia akan terus merahasiakan ini pada orang-orang. Intinya, ia masih belum siap saja. Entah apa yang membuatnya takut.

"Gue kepo dah, nanti Si Elona tuh luluh sama cowok modelan apa? Bisa-bisanya udah dideketin pake full kesetiaan dan act of service sama Dipo masih aja ditolak!" Mario berkata panjang ketika Elona sudah menghilang di balik tembok sana.

Reindra menoleh kemudian membalas perkataan Mario, "yang kaya bokapnya Si Cakra kali."

"Maksud lo Elona suka yang om-om anak tiga?" tembak Billy langsung yang mana diberi plototan marah dari Reindra.

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang