REASONS (4)

474 62 3
                                    

Seola berdiri di balkon kamar seraya menatap ke atas. Semilir angin malam ia biarkan menyapu kulit putihnya. Sudah menjadi kebiasaan gadis itu, berdiam diri di balkon kamar saat malam.

"Bogoshipo Eomma." gumam Seola.

Wajahnya berubah sendu. Merindukan seseorang yang tak akan pernah bisa ia temui adalah hal yang begitu menyakitkan.

Lima tahun ia hidup tanpa keberadaan sosok Ibu. Hidup hanya berdua dengan sang adik, menuntut dirinya menjadi pribadi yang kuat. Berpura-pura tegar padahal hatinya rapuh. Semua itu ia lakukan demi satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Park Dawon, adiknya.

Kehidupannya sudah cukup sulit sejak permasalahan berat yang menimpa keluarganya di masa lalu. Di usianya yang masih terbilang kecil, Seola sudah di hadapkan dengan perpisahan kedua orang tuanya.

Seola tak begitu ingat, yang ia tau saat itu sang Ibu membawa dirinya dan Dawon pergi, sang Ayah yang hanya diam menatap kepergiannya, lalu sosok wanita lain yang berdiri di samping Ayahnya. Dulu mungkin ia tak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Namun seiring berjalannya waktu, Seola sadar jika Ibunya memilih pergi demi kebahagiaan orang lain.

Bukankah itu tak adil?
Mengapa Ibunya yang harus mengalah?

Dulu Seola sempat menanyakan keberadaan sang Ayah pada Ibunya. Namun sang Ibu hanya menjawab jika suatu saat Ayahnya akan datang.

Bertahun-tahun, bahkan hingga dirinya menginjak usia remaja, sang Ayah tak pernah sekali pun datang. Membuat Seola pada akhirnya terbiasa tanpa kehadiran sosok Ayah.

Hingga ia benar-benar melupakan Ayahnya.

Seola ingat, betapa sulit hidup yang ia jalani bersama Ibu dan adiknya. Sang Ibu yang harus bekerja keras demi dirinya dan Dawon.

Ketika kehidupan mereka mulai membaik, hal yang cukup menyakitkan justru datang menimpa mereka.

Kepergian Sandara Park, menjadi duka mendalam bagi Seola dan Dawon. Orang yang paling berharga dalam hidup mereka, separuh jiwa mereka, namun sudah lebih dulu menghadap Tuhan.

Memulai kembali kehidupan setelah segala kesulitan yang mereka hadapi tentu bukan hal mudah. Satu hal yang selalu Seola ingat, ia masih memiliki adik yang harus ia jaga dan ia bahagiakan.

"Unnie!"

Tubuh Seola tersentak, ia menoleh mendapati Dawon yang kini sudah berada di sebelahnya.

"Kau mengejutkan Unnie Dawon-ah." ucap Seola seraya mengusap dadanya karna terkejut.

"Aku sudah memanggilmu sejak tadi, Unnie melamun?"

Seola menggeleng, ia lalu kembali menatap ke atas.

"Langitnya indah." ucap Seola.

Dawon ikut melihat ke atas.

"Unnie."

"Apa Eomma sedang melihat kita sekarang?"

Dawon merasa rindu sekarang, bahkan setiap hari. Ia selalu merindukan sosok wanita yang paling berharga dalam hidupnya, wanita yang sudah banyak berkorban untuk dirinya dan sang kakak.

"Eomma ingin melihat putri-putri Eomma menjadi orang sukses. Kakakmu menjadi Dokter hebat, dan kau jadi designer terkenal."

Seharusnya saat ini Ibunya datang untuk memeluk mereka. Kakaknya sudah menjadi Dokter hebat, lalu dirinya yang tengah berusaha mengejar impian menjadi seorang perancang busana.

"Unnie, aku rindu Dara Eomma." ucap Dawon lirih.

Rasanya terlalu cepat Tuhan mengambil Ibunya. Ia masih sangat membutuhkan Dara.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang