Andai waktu bisa di putar, Dawon mungkin akan memilih untuk tak pernah datang ke Seoul. Kedatangannya ke kota itu menjadi awal semua kesedihan yang ia alami.
Hidup yang ia jalani sebelumnya bahkan tak semenyedihkan ini meski hanya berdua dengan sang kakak.
Di benci oleh saudari yang berbeda Ibu, keberadaannya yang dianggap perusak keluarga Kwon. Sungguh rasanya Dawon ingin menghilang saja.
Tak ada yang ingin terlahir dari hubungan tak terikat pernikahan. Namun Dawon tak pernah menyesal terlahir menjadi putri Sandara. Ia hanya marah saat dunia menatap Ibunya seakan manusia hina, bahkan disebut sebagai wanita simpanan.
Dawon menatap pemandangan langit malam, berpikir jika sekarang mungkin saja Ibunya tengah melihatnya dari atas. Dawon tersenyum lirih, berusaha kuat di tengah kehidupan menyesakkan yang ia jalani. Inginnya mengeluh, namun ia sadar jika saat ini ia tak memiliki tempat untuk bersandar.
Dawon menoleh saat mendengar seseorang membuka pintu balkon. Bukan pintu balkon kamarnya, melainkan pintu balkon kamar sebelah.
Dawon bisa melihat Eunseo yang berjalan menuju pembatas balkon. Tampaknya gadis itu tak menyadari jika Dawon juga tengah berada disana.
Dawon terus memperhatikan Eunseo. Wajah yang terlihat murung, seperti menyimpan masalah berat. Dawon tau apa yang membuat Eunseo seperti itu.
Rasanya baru kemarin mereka berbincang layaknya teman dekat, namun sekarang Eunseo seolah tak mengenalnya. Rasanya tentu sakit, Eunseo membencinya setelah tau jika mereka adalah saudari yang berbeda Ibu.
Udara malam terasa dingin, dan Eunseo hanya mengenakan pakaian lengan pendek.
"Udara sedang dingin, kau bisa sakit jika terlalu lama di luar dengan pakaian seperti itu." ucap Dawon yang berhasil membuat Eunseo menoleh
Wajah Eunseo tampak sedikit terkejut, namun ia langsung memasang wajah seperti biasa saat tau jika yang mencoba berbicara dengannya adalah Dawon.
"Setidaknya kenakan pakaian hangat. Angin malam tak baik untukmu." ucap Dawon kembali.
Seharusnya Eunseo senang mendapat perhatian dari Dawon, orang yang sempat ia anggap seperti kakaknya sendiri. Namun kali ini, entah mengapa Eunseo tak menyukainya.
"Jangan bersikap seolah kita ini dekat."
Kalimat yang cukup pedas untuk di dengar. Padahal Dawon berniat baik padanya.
"Mengapa kau tak pergi saja."
Dawon tertegun, bukankah Eunseo baru saja mengusirnya?
Mata Dawon terasa memanas, namun ia berusaha untuk tak menangis. Mungkin ia harus terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar yang terlontar untuknya.
"Jika bisa, mungkin sudah sejak kemarin aku melakukannya." jawab Dawon, gadis itu tersenyum lirih.
"Sebelum insiden itu menimpa kakakku, kami sudah berencana untuk pergi dari sini."
Yah, jika saja Seola tak mengalami kejadian buruk hingga berakhir di bangsal rumah sakit, mungkin saat ini mereka sudah pergi jauh meninggalkan Seoul.
Dawon tersenyum tipis, ia kembali menatap Eunseo yang justru membuang wajah.
"Kau tenang saja, aku sedang memikirkan cara untuk bisa pergi dari sini."
Tentu bukan hal mudah, mengingat Jiyong dan Yuri yang mengutus beberapa bodyguard untuk terus mengawasinya. Bagaimana caranya ia kabur jika pria-pria berbadan besar itu terus mengikutinya?
Setelah mengucapkan itu, Dawon mengambil langkah lalu masuk ke kamarnya. Tanpa ia sadari, hati Eunseo sedikit terusik mendengar kalimat yang baru saja ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023