Pagi buta, Dawon sudah bersiap untuk pergi bekerja. Gadis itu tengah mengikat tali sepatunya yang sudah lusuh. Tak lupa sebuah topi hitam yang selalu ia kenakan. Semalam ia mendapat informasi tentang adanya lowongan pekerjaan. Ia harus datang tepat waktu sebelum lowongan pekerjaan itu hangus.
"Ini masih terlalu pagi, kau sudah akan pergi?" tanya Seola yang tampaknya baru saja bangun. Ia terheran saat melihat adiknya sudah bersiap.
"Nde Unnie, aku harus pergi lebih awal. Hari ini jadwalmu terapi. Aku akan pulang lebih cepat agar bisa mengantarmu ke rumah sakit."
Padahal bukan itu alasan sebenarnya. Dawon tak memberitahu Seola tentang dirinya yang akan bekerja di dua tempat. Kakaknya itu hanya tau jika ia bekerja di minimarket.
Seola tampak meraih kursi rodanya yang berada di sisi tempat tidur.
Dawon yang melihat pergerakkan kakaknya segera mendekat.
"Unnie istirahat saja." ucap Dawon seraya menahan pergerakkan sang Kakak.
Seola menatap sendu wajah Dawon. Gurat lelah itu tercetak jelas, bahkan lingkar hitam di mata adiknya itu begitu terlihat. Tangan Seola terangkat, ia mengusap lembut pipi Dawon.
"Jangan terlalu memikirkan Unnie Dawon-ah. Unnie sudah katakan, tak masalah jika Unnie tak melakukan terapi."
Biaya untuk menjalani terapi tidaklah sedikit. Seola tak ingin semakin membebani adiknya.
Sudah berkali-kali Seola mencoba berbicara pada Dawon. Namun adiknya itu selalu menolak ucapannya.
Dawon tentu ingin kakaknya sembuh. Jika terapi bisa membuat kakaknya kembali berjalan, Dawon akan mengusahakannya.
Menjadi Dokter adalah impian Seola sejak dulu. Kakaknya sudah berhasil mewujudkannya. Namun semua itu harus sirna saat kedua kaki sang kakak mengalami kelumpuhan.
Dawon bertekad ingin membuat kakaknya sembuh. Agar sang kakak bisa kembali menjadi Dokter.
"Unnie, aku tak akan mengulang apa yang pernah ku katakan padamu. Unnie masih mengingatnya bukan?"
Seola tak tau harus mengatakan apa. Tekad sang adik untuk membuatnya sembuh begitu besar. Terkadang ia takut jika dirinya justru mengecewakan usaha Dawon.
Bagaimana jika ia tak bisa kembali berjalan normal?
"Jangan terlalu keras bekerja. Unnie tak ingin kau jatuh sakit."
Dawon tersenyum, ia menyentuh tangan Seola yang masih berada di pipinya.
"Gwenchana Unnie, kau pasti belum tau siapa adikmu ini. Aku pejuang tangguh." ucap Dawon lalu terkekeh. Seola yang melihatnya ikut tersenyum.
"Jangan pergi kemana pun. Jangan melakukan apapun yang bisa membuat Unnie lelah. Tunggu sampai aku pulang, setelah itu kita pergi ke rumah sakit."
"Ah satu lagi, aku sudah siapkan makanan untuk Unnie."
Dawon memang selalu seperti itu. Sebelum ia pergi ia sudah menyiapkan segala kebutuhan kakaknya.
"Aku akan berangkat. Unnie jangan lupa pesanku tadi."
Seola hanya menangguk, ia menatap punggung Dawon yang perlahan menghilang di balik pintu.
Hela nafas panjang terdengar dari bibir Seola. Ia membuka laci yang berada di sebelah tempat tidur. Meraih benda persegi yang sudah lama tak ia gunakan. Menatapnya sejenak, hanya itu satu-satunya benda berharga yang ia miliki. Ia tau jika Dawon sedang kesulitan mencari biaya untuk penyembuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023