REASONS (14)

385 61 34
                                    

Bona menyodorkan map berisi keterangan kesehatan Seola.

Kim Sowon tampak mendongak, ia menatap map di tangan Bona dengan tatapan penuh tanya.

"Ini keterangan kesehatan pasien bernama Kwon Seola. Mulai hari ini kau yang bertanggung jawab atasnya."

"Kwon Seola?"

Bona mengangguk, ia meletakkan map itu di atas meja kerja Sowon.

"Lakukan yang terbaik. Aku percayakan dia padamu."

Bona dan Sowon adalah teman satu angkatan saat di bangku kuliah. Keduanya tidaklah dekat, hanya saling mengenal. Sowon juga tau tentang keluarga Kwon yang tengah menjadi bahan perbincangan hangat.

"Mengapa tidak kau saja?" tanya Sowon. Gadis yang juga berprofesi sebagai Dokter itu tentu tau hubungan antara Seola dan Bona. Tak hanya dirinya, bahkan seluruh penjuru rumah sakit juga sudah tau.

"Lakukan saja apa yang ku katakan."

Tak berniat menjawab pertanyaan Sowon, Bona memilih beranjak lalu melangkah keluar dari ruangan Sowon.

.

.

.

Suasana di ruangan Seola mendadak berubah tegang. Hari ini Dokter akan melakukan proses ekstubasi pada Seola.

Dawon menatap cemas pada sang kakak. Gadis itu cukup tau betapa menyakitkannya proses ekstubasi itu akan berlangsung. Tangan Dawon terus menggenggam tangan Seola.

Jiyong dan Yuri juga terlihat di sana. Pasangan suami istri itu turut menemani.

"Jika tak sanggup, kalian bisa tunggu di luar." ucap Dokter seraya menatap keluarga Kwon di sana.

"Aniya, aku akan tetap disini."

Seola menatap wajah sang adik, wajah Dawon tampak menyiratkan ketakutan. Padahal disini dirinya lah yang akan melalui proses ekstubasi itu. Seola tampak membalas genggaman tangan Dawon, seolah memberitahu bahwa ia akan baik-baik saja.

"Boleh kah jika kami tetap di sini Dokter?" tanya Yuri. Wanita itu juga ingin menemani Seola.

Sowon tampak mengangguk. Di bantu dua orang perawat, Sowon memulainya dengan melepas plaster yang menempel pada selang ventilator dan mulut Seola.

"Kau tau ini akan menyakitkan, jadi jangan melawannya dan tetap dengarkan instruksi dariku." ucap Sowon pada Seola.

Sowon tau, Dokter seperti Seola pasti sudah pernah melakukan proses ekstubasi pada pasien lain. Sowon pikir Seola sudah lebih dulu mengerti.

Suasana kini berubah serius. Dawon bisa merasakan tangannya diremas begitu kuat oleh Seola, saat Dokter mulai menarik selang itu.

Dawon meringis pelan saat tangannya diremas begitu kuat. Namun rasa sakitnya tak sebanding dengan apa yang sang kakak rasakan.

Wajah Seola berangsur memerah. Rasanya ia ingin tersedak, tenggorokannya terasa begitu sakit. Bahkan air mata tampak jatuh dari sudut mata Seola.

Yuri tampak meremas lengan Jiyong. Rasanya wanita itu ikut tersakiti melihat wajah kesakitan Seola.

Hingga pada tahap terakhir, Dokter Sowon menarik sisa selang hingga benar-benar terlepas.

Seola langsung terbatuk keras, wajahnya memerah dengan air mata yang mengalir deras. Alat pendeteksi jantung mulai berbunyi brutal. Seola panik saat ia tak mendapat oksigen sedikit pun.

Dokter segera memasangkan masker oksigen pada Seola, menuntun gadis itu agar bernafas dengan benar.

"Hirup perlahan, jangan panik." ucap Dokter.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang