REASONS (42)

870 75 24
                                    

Seorang gadis terlihat duduk di atas kursi roda seraya menatap pemandangan luar jendela kaca. Rintik hujan seolah mewakili perasaannya saat ini.

Hari-hari yang ia lalui terasa hampa, kosong, sebagian jiwanya serasa hilang. Hal yang begitu ia takutkan pada akhirnya terjadi juga.

Luka kehilangan.

Rasanya ia tak tau bagaimana lagi mengungkapkannya. Air matanya seolah mengering. Hanya berdiam diri dengan tatapan penuh kekosongan. Berharap apa yang menimpanya saat ini adalah mimpi.

Kwon Yeonjung harus menerima kenyataan tentang kepergian kakak kesayangannya, Kwon Dawon. Yang lebih membuat hatinya hancur tak berbentuk, kenyataan tentang jantung Dawon yang kini berada di dalam tubuhnya.

Hari dimana ia membuka mata, satu nama yang langsung terlintas. Membuang segala pemikiran buruknya saat melihat raut kesedihan tercetak jelas di wajah keluarganya.

Bukan jawaban yang ia dapatkan saat bertanya tentang keberadaan satu kakaknya yang tak terlihat, namun justru tangisan yang ia terima.

"Eomma, dimana Dawon Unnie? Dia baik-baik saja kan?"

Senyum Yuri tampak seperti paksaan. Bulir air mata terlihat mengalir.

"Nde, Dawon Unniemu baik-baik saja. Dia sudah tak lagi kesakitan."

Seharusnya ia senang mendengarnya, kakaknya sudah sembuh dan tak lagi kesakitan. Namun Yeonjung justru merasa hancur.

Ia mengerti arti kalimat itu, ia mengerti alasan raut kesedihan di wajah keluarganya itu.

Mereka baru saja kehilangan salah satu sumber kebahagiaan mereka.

Rasanya sungguh menyakitkan, ia kehilangan bahkan sebelum sempat bertemu. Percakapan terakhir yang masih terekam jelas dalam ingatan Yeonjung, sebelum kejadian mengerikan itu menimpanya.

Dengan sepenuh hati ia mengatakan pada Dawon bahwa ia begitu menyayangi Dawon. Meminta agar kakaknya itu tak pergi meninggalkannya.

Selama ini Dawon tak pernah menolak permintaannya. Dia selalu menuruti apapun yang ia mau.

Yeonjung pikir permintaannya kemarin juga akan di penuhi oleh Dawon. Namun dugaannya salah.

Dawon memilih pergi.

Di pangkuannya tampak sebuah kartu ucapan yang seharusnya ia berikan pada Dawon. Kartu ucapan yang ia tulis bersama bunga Anyelir yang akan ia berikan untuk kakaknya.

Bunga itu hancur, sama seperti hatinya saat ini.

"Dawon tak pernah pergi, dia selalu ada disini." tunjuk Seola tepat di dada Yeonjung.

Bukan hal mudah untuk menjelaskan pada Yeonjung tentang semua yang sudah terjadi. Yeonjung selalu menolak kenyataan yang sebenarnya. Mengatakan jika itu semua hanya omong kosong, keluarganya hanya sedang mengerjainya. Dan Dawon masih hidup.

"Jika kalian hanya ingin bercanda, ini sama sekali tak lucu." ucap Yeonjung.

Seola tersenyum lirih dengan tatapannya yang begitu sendu. Ia meraih satu tangan Yeonjung lalu menggenggamnya erat.

"Dawon sudah pergi. Biarkan dia pergi dengan tenang eoh, kita harus bisa mengikhlaskannya."

Yeonjung menunduk dengan bahu yang mulai bergetar. Mata yang sudah sembab kini semakin sembab. Ia menangis tanpa air mata, namun itu justru terasa lebih menyakitkan. Ia meremas kartu ucapan di pangkuannya. Ia bahkan belum sempat memberikannya pada Dawon, namun kakaknya itu sudah lebih dulu pergi.

Tangan Yeonjung terangkat, menekan kuat dada kirinya tepat di mana jantung sang kakak kini berada. Ia merasakan detak itu, tapi ia sudah tak bisa lagi memeluk sosoknya.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang