REASONS (35)

429 59 7
                                    

Dawon bergegas menuju kamar Seola sepulang dari kampus. Tadi Luda mengirim pesan padanya jika Seola jatuh sakit. Dulu ia adalah orang pertama yang paling peka jika sang kakak sedang tak baik-baik saja. Tapi kali ini, hubungan mereka yang kurang baik membuatnya kurang memperhatikan sang kakak.

Dawon menyesalkan hal itu. Seharusnya ia tetap memperhatikan Seola meski tengah saling menjaga jarak.

Dawon membuka pintu kamar Seola tanpa mengetuknya lebih dulu. Di sana ia melihat Luda yang duduk di sisi tempat tidur. Luda terlihat memberi isyarat padanya untuk tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu Seola.

Kakak tertua mereka tampak tengah terlelap.

Dawon mendekat perlahan, ia menatap lirih wajah kakaknya yang sedikit pucat.

"Dia hanya demam." ucap Luda menjawab kekhawatiran di wajah Dawon.

"Dia baru saja tidur setelah aku memberinya obat penurun panas. Akhir-akhir ini dia sangat sibuk. Mungkin dia terlalu kelelahan."

Dawon kurang tau mengenai kegiatan kakaknya beberapa waktu terakhir. Ia sangat jarang melihat Seola berada di mansion. Terkadang mereka hanya bertemu di meja makan saat sarapan.

Itu pun hubungan mereka masih tetap sama. Seola masih mendiamkannya.

"Dawon-ah, sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Seola Unnie? Kau selalu menjawab jika kalian baik-baik saja, tapi kenyataan yang ku lihat tak seperti ucapanmu."

Bukan satu dua kali Luda menanyakan perihal masalah yang terjadi antara kedua saudarinya itu. Jika memang mereka baik-baik saja, mengapa hubungan mereka terlihat seperti berjarak?

"Aku tak akan memaksamu. Apapun masalah kalian segeralah berbaikan. " ucap Luda kembali karna Dawon tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Kau akan keluar atau tetap di sini?"

"Aku akan menemani Seola Unnie." jawab Dawon.

Luda memutuskan untuk keluar dari kamar Seola. Ia berharap kedua saudarinya itu segera berbaikan.

.

.

.

Semua anggota keluarga Kwon sudah berkumpul di meja makan, kecuali Seola. Putri sulung Jiyong itu memilih tak mengikuti makan malam karna tubuhnya masih terasa tak enak.

"Seola Unnie sakit?" tanya Yeonjung.

"Hanya demam." jawab Yuri. Sebelum ikut bergabung, wanita itu lebih dulu mengantar makan malam Seola dan menyuapinya.

"Jadwalnya di rumah sakit terlalu padat. Appa, bisakah Appa berbicara dengan Direktur rumah sakit untuk mengurangi jadwal Seola? Dia bisa drop jika bekerja terlalu keras." ucap Bona pada Jiyong.

"Apa benar jadwalnya terlalu padat? Mengapa kau membiarkannya Yeobo?" Yuri ikut menatap Jiyong. Ia sedikit terkejut saat Bona mengatakannya.

"Appa tak tau mengenai hal itu Bona-ya. Kau tau kan Appa mempercayakan rumah sakit itu pada Direktur Kim."

Jiyong memang tak pernah ikut turun tangan mengurus rumah sakit miliknya. Ia hanya mempercayakan semua itu pada satu orang kepercayaannya.

"Nanti Appa akan bicara dengan Direktur Kim." ucap Jiyong kembali.

"Tidak biasanya Seola Unnie sakit."

Yeonjung setuju dengan ucapan Eunseo. Di antara mereka semua, hanya Seola yang sangat jarang jatuh sakit.

Setelah makan malam selesai, Dawon berniat pergi ke kamar Seola untuk menemani kakaknya. Menimbang apa yang tadi Luda katakan padanya, ia dan Seola memang harus segera berbaikan.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang