Matanya mengerjap perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Menatap langit-langit ruangan serba putih yang ia singgahi beberapa waktu terakhir. Menghela nafas sejenak saat tersadar jika ia masih berada di bangunan berbau khas obat-obatan itu.
Padahal ia merasa keadaannya sudah lebih baik. Namun kedua kakaknya belum memberi izin untuk pulang.
Luda cukup kesal, bukan satu dua kali ia merengek pada kedua kakaknya agar di perbolehkan pulang, bukannya mendapat izin ia justru mendapat omelan dari Seola dan Bona.
Luda menarik selimut hingga menutupi wajah, merasa bosan karna hari ini mungkin ia akan kembali menghabiskan waktu di ruang rawat mewah itu.
Keluarganya sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka akan datang menemaninya sore nanti.
"Apa aku jalan-jalan keluar saja." gumam Luda di balik selimutnya.
Tanpa Luda sadari, sejak tadi ada seseorang yang mengamati segala tingkahnya. Sesekali tersenyum karna merasa tingkah Luda cukup menggemaskan.
"Luda-ya."
Luda terdiam sejenak, masih dalam posisi menutup wajahnya dengan selimut. Ia menajamkan pendengarannya saat merasa ada seseorang menyebut namanya.
Perlahan Luda membuka selimutnya, ia menoleh ke sisi kanan bangsal. Matanya tak berkedip saat ia mendapati seorang gadis yang duduk di atas kursi roda seraya tersenyum padanya.
"Maldo andwae..." lirih Luda tak percaya. Ia beranjak duduk, menghadapkan tubuh sepenuhnya pada sosok gadis yang masih betah menampilkan senyumnya itu.
Tunggu.
Luda mengedarkan pandangannya. Ia baru sadar jika itu bukan ruang rawatnya.
"Tidurmu nyenyak sekali."
Luda tak bisa menahan air matanya lagi. Ia turun dari bangsal lalu menubruk tubuh Dawon. Ia dekap erat tubuh gadis yang sejak kemarin tak berhenti membuatnya takut.
Dawon menahan ringisannya karna Luda memeluknya cukup erat. Ia bisa merasakan tubuh Luda yang bergetar, bahunya juga terasa basah.
Luda menangis.
Dengan lemah Dawon mengusap punggung Luda. Mencoba menenangkan saudarinya yang kini justru sesegukkan.
"Gwenchana." ucap Dawon lirih.
Seola menatap pemandangan mengharukan di dalam sana, ia melihatnya melalui celah pintu.
Dawon sudah sadar sejak dua hari lalu. Semua anggota keluarganya sudah tau, kecuali Luda.
Semalam Luda mendatangi kamar rawat Dawon. Gadis itu pikir Dawon terlelap karna memang belum sadar dari tidur panjangnya. Luda menemani Dawon hingga ketiduran.
Saat Seola masuk, Dawon meminta bantuannya untuk memindah Luda ke atas bangsal. Akan sangat tak nyaman karna Luda tertidur dengan posisi duduk, lalu kepalanya berada di sisi bangsal.
Luda melepas dekapannya, ia menatap Dawon lekat. Wajah pucat dan terlihat begitu lemah, namun Dawon terus tersenyum padanya.
Tangan Dawon terangkat lalu mengusap air mata Luda. Melihat itu, Luda segera menahan tangan Dawon di pipinya.
"Kapan kau bangun?"
"Dua hari lalu."
"Mwo?"
Luda tentu terkejut.
"Kondisiku masih lemah. Aku yang meminta mereka untuk tak memberitahumu dulu."
Seolah mengerti keterkejutan di wajah Luda. Dawon mencoba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023