Yuri duduk di sisi tempat tidur dengan air mata yang terus mengalir. Apa yang ia takutkan selama ini pada akhirnya terjadi. Kebencian juga kekecewaan yang di tunjukkan putri-putrinya setelah rahasia besar itu terungkap.
Kwon Jiyong, pria itu berdiri di depan jendala kaca kamar seraya menatap ke depan. Ia mendengarnya, tangisan Yuri yang begitu memilukan. Semua kekacauan yang terjadi tak lain adalah karna ulahnya.
Jiyong berbalik, ia melangkah menghampiri istrinya. Pria itu tampak berjongkok di hadapan Yuri, meraih kedua tangan Yuri untuk ia genggam.
"Anak-anak mungkin akan semakin membenciku jika kita membawa kedua putri Sandara kemari."
Yuri mendongak, tatapannya berubah tak bersahabat pada Jiyong.
"Lalu kau berniat untuk berhenti mencari mereka? Mereka putri kandungmu Jiyong!"
"Yuri-ya, kau tau anak-anak akan tersakiti karna..."
"Karna kau! Kami semua tersakiti karna ulahmu Kwon Jiyong!" Yuri melepas kedua tangannya dari genggaman Jiyong.
"Kau sudah melakukan kesalahan fatal di masa lalu. Dan sekarang kau berniat mengulangnya kembali? Tidakkah kau ingin tau bagaimana keadaan darah dagingmu di luar sana!"
Sudah cukup mereka menelantarkan Sandara dan kedua putrinya. Bahkan mereka belum sempat meminta maaf hingga Sandara lebih dulu pergi.
Hati Yuri memang sakit karna di duakan, namun ia jauh lebih sakit saat melihat orang yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri menderita.
Yuri menyayangi Sandara, ia ikut bersalah karna turut menjadi alasan penderitaan Sandara.
Jiyong terdiam seraya menunduk. Ia hanya tak ingin membuat keluarganya semakin kacau dengan keputusannya membawa anak-anak Sandara. Ia tak ingin ke empat putrinya yang lain semakin membencinya.
"Cari mereka sampai ketemu. Jika kau tak mau, biar aku yang mencarinya sendiri."
Yuri beranjak, ia mengambil langkah lalu berjalan keluar dari kamar. Wanita itu sudah bertekad untuk membawa kedua putri Sandara bersamanya.
"Yuri-ya tunggu."
Yuri menghentikan langkah, ia sudah berdiri di ambang pintu kamar.
"Sebenarnya... aku sudah menemukan mereka."
Yuri berbalik, ia tampak begitu terkejut.
"Putri ku dengan Sandara, mereka... berada tak jauh dari kita."
.
.
.
Ketiga gadis Kwon terlihat duduk di ruang keluarga. Mereka hanya diam dengan pikiran entah kemana. Luda dan Yeonjung, kemarahan masih tampak jelas di wajah kedua gadis itu.
"Jadi kau sudah tau sejak awal Unnie?" ucap Luda mulai membuka suara.
"Dan kau memilih menyembunyikannya dari kami."
Luda tersenyum tipis. Tak menyangka jika selama ini orang tua juga kakaknya berkomplot untuk tak memberitahu tentang kejadian menyakitkan di masa lalu.
Bona menatap Luda. Hanya Bona yang mampu bersikap tenang meski keluarganya dalam keadaan kacau.
"Unnie sama denganmu, tak sengaja mengetahui semuanya. Mungkin jika Unnie katakan sejak awal, keluarga kita akan kacau sejak lama."
"Lalu apa bedanya dengan sekarang?"
Luda mengusap wajahnya kasar. Seandainya ia tak mendengar pembicaraan kedua orang tua mereka, mungkin ia tak akan pernah tau keburukan Ayah mereka di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023