"Sajangnim, berhenti di sini saja."
Jennie segera menghentikan mobilnya. Ia beralih menatap sekeliling tempat yang baru pertama kali ia datangi. Sebuah pemukiman yang jauh dari pusat kota.
"Dimana tempat tinggalmu?" tanya Jennie.
Setelah kesepakan yang ia buat dengan Dawon, bahwa Dawon harus mengundurkan diri sebagai kasir jika ingin tetap bekerja di cafenya. Meski sempat terjadi perdebatan kecil karna bos pemilik minimarket mencoba menahan Dawon, namun pada akhirnya Jennie lah yang menang.
Jennie menawarkan diri untuk mengantar Dawon pulang. Meski harus dengan paksaan karna Dawon terus menolak.
Dawon hanya tak enak jika harus merepotkan Jennie.
"Rumah saya terletak di gang sempit itu. Mobil anda tak bisa masuk Sajangnim, jadi berhenti di sini saja." ucap Dawon sopan.
Dawon bersiap untuk turun, tak lupa ia mengucapkan banyak terima kasih pada Jennie karna sudah mengantarnya pulang.
Melihat Dawon turun, Jennie segera menyusulnya.
"Tunggu, bolehkah aku ikut ke rumahmu?"
"Mwo?"
"Mengapa? Tidak boleh?"
"A-aniya, emm.. maksud saya..."
Oh ayolah, Dawon benar-benar tak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Setelah segala keanehan yang Jennie lakukan hari ini, di tambah sekarang bosnya itu berniat untuk ikut ke rumahnya.
Dawon bukan tak mengizinkan. Hanya saja... tempat tinggalnya sangat sempit juga kumuh. Orang seperti Jennie pasti tak akan nyaman berada di sana.
"Di sana sangat kotor Sajangnim, apa anda yakin ingin ikut?"
Jennie benci tempat kumuh dan kotor. Tapi kali ini ia harus membuang rasa bencinya itu. Semua demi dua gadis yang seharusnya mendapat kesejahteraan hidup.
"Tak masalah, aku hanya ingin mampir sebentar. Sekalian menjenguk kakakmu."
.
.
.
"Dimana orang tua kalian?"
"Eomma sudah meninggal. Appa... dia sudah tak pernah datang menemui kami."
"Dia meninggalkan kalian?"
"Bisa di bilang begitu."
Eunseo menunduk, ia teringat percakapan singkatnya dengan Dawon saat ia menginap.
Saat itu, Eunseo memang belum sepenuhnya mengenal kehidupan Dawon dan Seola. Namun dari apa yang ia lihat, ia bisa menilai jika dua gadis itu juga korban dari masa lalu Ayah mereka.
Mengapa ia tak bisa berpikir jernih saat sang Ayah membawa Seola dan Dawon untuk tinggal bersama? Ia malah bersikap acuh, bahkan sempat melayangkan tatapan kebencian.
Eunseo benar-benar sudah terlambat menyesalinya. Mencoba mencari keberadaan Seola dan Dawon yang bahkan hingga detik ini tak ia temukan. Entah harus kemana lagi ia mencari. Ia merasa frustasi karna tak kunjung menemukan mereka.
"Eunseo-ya."
Yang di panggil menoleh, Eunseo bisa melihat Ibunya yang datang menghampiri.
Yuri duduk tepat di sebelah Eunseo, tampak raut kesedihan di wajah putrinya itu.
"Sedang memikirkan sesuatu?"
Gadis itu mendongak, Yuri terkejut saat melihat genangan air mata tampak di pelupuk mata Eunseo.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023