REASONS (25)

504 71 35
                                    

"Luda mengidap kanker pankreas."

Dua gadis yang duduk di hadapan Jisoo tampak terkejut.

Saat ini Jisoo, Seola dan Dawon tengah berada di ruangan Jisoo. Gadis Lee itulah yang menarik kedua sepupunya ke ruangannya, menjelaskan perihal apa yang terjadi pada salah satu gadis Kwon.

"Beberapa hari lalu saat aku memeriksa Luda, kankernya masih stadium satu. Tapi sekarang sudah berkembang menjadi stadium dua." ucap Jisoo kembali.

"Dan..."

"Jisoo Unnie."

Jisoo yang terlihat akan kembali menjelaskan tampak beralih menatap Dawon.

"Apapun itu, ku rasa itu bukan urusan kami." ucap Dawon. Karna sungguh ia tak ingin kembali berhubungan dengan keluarga Kwon.

Ia memang cukup terkejut mendengar kabar tak baik dari salah satu gadis Kwon, bagaimana pun Luda adalah saudarinya. Tapi bukankah mereka sendiri yang tak pernah menganggap ikatan persaudaraan itu?

Bahkan para gadis Kwon begitu menginginkan dirinya dan sang kakak pergi sejauh mungkin.

"Sepertinya kami harus pergi, ayo Unnie."

Dawon menarik tangan Seola untuk beranjak berdiri. Ia lalu membungkuk sopan pada Jisoo kemudian mengambil langkah untuk keluar dari sana.

Seola hanya menurut saat Dawon menariknya keluar. Saat berada di ambang pintu, ucapan Jisoo berhasil menghentikan langkahnya.

"Hyunjung-ah, aku tak tau apakah aku pantas mengatakannya, tapi Luda membutuhkanmu."

.

.

.

Hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka saat pulang. Dawon tampak fokus pada kemudi, sesekali ia melirik sang kakak yang duduk di sebelahnya.

Seola juga hanya diam seraya menatap keluar jendela.

"Unnie memikirkannya?"

Seola menoleh, ia memang sedang memikirkan ucapan Jisoo tadi.

Sejenak mengesampingkan hubungannya dengan keluarga Kwon yang begitu buruk, ini tentang panggilan jiwa yang melekat dalam diri Seola sebagai seorang Dokter.

Saat mengetahui seseorang begitu membutuhkan pertolongannya, tidak mungkin jika ia hanya akan diam.

Tapi di sisi lain, ucapan juga sikap Dawon yang sepertinya tak setuju jika ia ikut menangani Luda, Seola lebih tak ingin mengecewakan adik satu-satunya itu.

"Tak perlu di pikirkan. Banyak Dokter hebat di sana, jadi Unnie tak perlu ikut menangani gadis itu."

Nada bicara Dawon bahkan terdengar berbeda. Tak lembut seperti Dawon yang biasanya.

.

.

.

Isak tangis masih terdengar di ruang rawat mewah itu. Yuri duduk tepat di sisi bangsal Luda, mengusap lembut tangan putrinya yang terbebas dari selang infus. Jiyong juga di sana, menatap sendu wajah Luda yang masih terlelap.

Yeonjung duduk di sofa dengan Eunseo yang berusaha menenangkan tangisnya. Sejak tadi bungsu Kwon itu tak berhenti menangis. Sesekali Eunseo juga mengusap air matanya sendiri yang tiba-tiba jatuh.

Kabar tentang penyakit Luda yang semakin parah tentu mengguncang hati mereka. Sesuatu yang semakin membuat mereka takut jika hal lebih buruk akan menimpa Luda.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang