REASONS (7)

435 66 11
                                    

Bukankah dunia benar-benar sangat sempit?

Di pertemukan kembali setelah bertahun-tahun di tinggalkan. Seola tak menyangka jika kedatangannya ke Seoul justru membuka luka lama di hatinya.

Kembali di ingatkan dengan peristiwa menyakitkan di masa lalu. Sebuah pertengkaran yang terjadi di depan matanya. Lalu sang Ayah yang membiarkan Ibunya pergi. Memilih bersama wanita lain dan mengabaikan sang Ibu.

Bukankah itu terlalu menyakitkan? Seola bahkan tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ibunya kala itu.

Berdiri di depan gedung rumah sakit tempatnya bekerja. Tempat yang membuatnya kembali di pertemukan dengan sang Ayah.

Menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan, Seola melangkah memasuki gedung rumah sakit. Beberapa Dokter juga perawat yang melewatinya tampak membungkuk. Meski dirinya belum lama bekerja di sana, namun ia cukup di segani.

"Seola."

Exy tampak datang menghampiri, ia mengerutkan kening saat melihat Seola hanya mengenakan pakaian biasa. Sebuah map juga tampak terlihat di tangan Seola.

"Kau... ada jadwal?"

Seola menggeleng.

"Jika tak ada mengapa datang sepagi ini." Exy tentu heran.

"Ada hal yang harus ku urus. Aku... akan mengundurkan diri."

"M-mwo?"

Exy tampak terkejut.

"T-tapi kenapa?"

Seola hanya tersenyum tipis, ia menepuk pelan bahu Exy. Keputusannya sudah bulat. Ia tak mungkin terlalu lama di sana, berada di sekitar orang yang sudah menyakiti hatinya.

"Aku pergi dulu." ucap Seola lalu melangkah melewati Exy. Mengabaikan wajah penuh tanda tanya dari temannya itu.

.

.

.

Kondisi keluarga Kwon beberapa waktu terakhir berubah drastis. Rutinitas sarapan yang biasa mereka lakukan bahkan tak lagi terlihat. Ke empat gadis Kwon lebih memilih menyibukkan diri, mengabaikan kedua orang tua mereka yang terus berusaha meminta maaf.

Tentang keputusan Jiyong dan Yuri membawa kedua putri Sandara, mereka sudah mengutarakannya pada ke empat gadis Kwon. Jawaban yang mereka terima tentu sebuah penolakan.

Hidup berdampingan dengan saudari berbeda Ibu? Siapa pun pasti akan menolaknya. Alasan apapun yang Jiyong dan Yuri berikan, ke empat putri mereka tetap menolak keras.

Bona terlihat menghampiri Ibunya yang duduk sendirian di ruang tengah. Beberapa hari ini ia sering mendapati sang Ibu melamun. Gadis itu tentu tau apa yang tengah di pikirkan Ibunya.

"Eomma."

Yuri menoleh, ia tersenyum pada putri sulungnya yang kini duduk di sebelahnya.

"Kau tidak ke rumah sakit?" tanya Yuri.

Bona menggeleng pelan. Permasalahan yang menimpa keluarganya membuatnya jarang pergi ke rumah sakit. Ia tentu tak akan fokus saat bertugas.

"Eomma, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Yuri menatap Bona, menunggu pertanyaan yang akan di ajukan putrinya itu.

"Mengapa kau berniat membawa mereka? Itu tak hanya akan menyakiti kami, tapi juga menyakitimu."

Bona tau tentang keinginan Ibunya membawa dua anak sang Ayah dengan wanita lain. Bona hanya diam saat kedua orang tuanya mengutarakan keinginan itu. Ia tak langsung menolak seperti ketiga adiknya.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang