Setelah melewati hari yang cukup menegangkan, akhirnya keluarga Kwon bisa sedikit bernafas lega.
Dawon sudah di pindah ke ruang rawat inap. Kondisinya sudah lebih baik di bandingkan saat dia di temukan tak sadarkan diri di kamarnya.
Sudah dua hari sejak Dawon di pindah, namun gadis itu belum juga membuka mata.
Eunseo terlihat memasuki ruang rawat Dawon. Terdiam sejenak seraya menatap tubuh lemah kakaknya yang terbaring di atas bangsal. Perlahan ia mendekat, menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah bangsal Dawon.
Menatap wajah pucat Dawon yang masih betah terpejam. Masker oksigen tampak menutupi sebagian wajah kakaknya itu. Hela nafas terdengar dari bibir Eunseo, lagi-lagi rasa bersalah itu menyelimutinya.
Seandainya malam itu ia menerima permintaan maaf Dawon, seandainya ia tak berlaku kasar padanya, mungkin Dawon tak akan berakhir seperti ini.
Rasanya jauh lebih menyakitkan dari pada saat ia mengetahui hubungan Jaehyun dengan Dawon. Jika waktu bisa di putar, Eunseo tak ingin menyimpan kemarahan tak berguna pada sang kakak yang sudah jelas tak bersalah.
Eunseo meraih tangan Dawon yang terbebas, menggenggamnya erat berharap sang kakak bisa merasakannya. Ia mendongak saat matanya mulai memanas. Menarik nafas lalu ia hembuskan perlahan sebelum menyapa kakaknya.
"Dawon Unnie." panggil Eunseo lirih seraya memaksakan senyumnya. Ia tak boleh menangis di hadapan Dawon.
"Mengapa kau belum juga bangun?"
"Apa mimpimu jauh lebih indah, sampai kau tak ingin bangun dan melihatku?"
Eunseo tampak menunduk, mungkin benar jika Dawon tak ingin melihatnya. Adik yang sungguh kasar pada kakaknya sendiri, itulah dirinya.
"Mianhae Unnie... mianhae."
Padahal ia sudah berjanji untuk tak menangis. Namun pertahanannya runtuh juga. Eunseo menangis, menyesali sikap kasarnya pada Dawon beberapa hari lalu.
Hanya karna seorang pria, ia tega memarahi bahkan memaki kakaknya.
"Ku mohon bangunlah, marahi aku sepuasmu Unnie. Kau harus membalas segala sikap buruk ku padamu kemarin." ucap Eunseo di sela tangisnya.
Keadaan berbanding terbalik sekarang. Kemarin ia mengabaikan Dawon yang berusaha mendekatinya. Namun sekarang, setelah ia mengetahui apa yang menimpa Dawon, Eunseo menyesal karna telah mengabaikannya.
Eunseo terdiam saat merasakan pergerakkan dari jemari Dawon.
"Unnie."
Ia beralih menatap mata Dawon yang tampak mengerjap perlahan.
"Dawon Unnie kau bangun."
Eunseo segera beranjak, menekan tombol emergency untuk memanggil petugas medis.
Mata Dawon kembali terpejam dengan kening berkerut seperti menahan sakit. Eunseo tentu panik melihatnya.
"Unnie tahan sebentar eoh, Dokter akan segera datang." ucap Eunseo di tengah kepanikannya.
Tak lama, Seola datang bersama seorang Dokter yang menangani Dawon.
Eunseo segera menyingkir, memberi ruang pada petugas medis untuk memeriksa Dawon.
Apa yang mereka lakukan tak lepas dari pandangan Eunseo. Ia juga melihat bagaimana Dawon terus merintih kesakitan. Melihat itu membuat Eunseo kembali menitikkan air mata.
.
.
.
Jiyong, Yuri, Luda dan Yeonjung terlihat berjalan tergesa di koridor rumah sakit. Mereka segera menghampiri Eunseo yang terlihat duduk di depan ruang rawat Dawon.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASONS
FanfictionSebuah alasan untuk memulai segalanya dari semula. Seola - Bona - Luda - Dawon - Eunseo - Yeonjung # 1 - wjsn 09-12-2022 # 1 - sibling 18-12-2022 # 1 - bona 31-01-2023