REASONS (34)

431 67 21
                                    

Yeonjung bergelayut manja di lengan Dawon saat mereka memasuki mansion. Sampai di ruang tamu mereka melihat Seola yang duduk di sofa. Seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.

"Seola Unnie." panggil Yeonjung. Ia dan Dawon tampak menghampirinya.

Seola beranjak, menatap kedua adiknya bergantian.

"Yeonjung-ah, pergilah ke kamarmu. Unnie ingin bicara dengan Dawon."

Seperti ada hal serius yang akan di bicarakan oleh kakaknya. Yeonjung menatap Dawon sejenak sebelum mengambil langkah untuk pergi ke kamarnya.

Seola menarik Dawon menuju taman belakang mansion. Ia mendudukkan adiknya di salah satu bangku, mengeluarkan beberapa tabung obat dari saku coatnya, meletakkannya sedikit kasar tepat di sebelah Dawon.

"Jumlahnya masih sama seperti terakhir Unnie memberikannya padamu. Kau tak meminumnya?"

Dawon menatap obat di sampingnya, ada sekitar 5 tabung obat yang memang itu miliknya.

"Unnie memberimu kebebasan untuk tak menjalani perawatan di rumah sakit, mengizinkanmu beraktifitas seperti yang kau mau. Tapi untuk hal ini..."

Seola menunjuk obat-obatan milik Dawon.

"Mengapa kau menyepelekannya?"

Wajahnya tampak lelah sepulang dari rumah sakit. Setelahnya ia harus di kejutkan dengan tindakan adiknya yang cukup membuatnya marah.

"Apa kau lupa jika..."

"Aku ingat, sangat ingat."

Tatapan Dawon tampak sendu. Ia merasa bersalah karna sudah membuat kakaknya marah. Tapi di sisi lain ia hanya ingin melakukan apa yang ia mau. Ia juga lelah jika terus berurusan dengan obat-obatan itu.

"Bukankah sama saja, meminumnya atau tidak aku tetap akan mati."







"Dawon!"

Seola tak bisa menahan amarahnya saat kalimat itu terlontar dari bibir Dawon. Adiknya seperti tak menghargai perjuangannya.

"Unnie benar-benar kecewa padamu."

Seola berbalik, tepat di hadapannya ia melihat Bona. Gadis itu mungkin sudah sejak tadi berada di sana dan mendengar percakapannya dengan Dawon.

Memilih mengambil langkah untuk pergi, mengabaikan Bona yang masih menatapnya.

Bona beralih pada Dawon yang kini menunduk. Ia lalu melangkah menghampiri.

Bona tampak menghela nafas, ia juga ingin marah seperti Seola. Namun melihat wajah sendu Dawon membuat hatinya tercubit.

"Mengapa seperti ini Dawon-ah?" Bona berujar lembut.

Dawon mendongak, matanya tampak berkaca-kaca.

"Apa kau tak memikirkan perasaan kami saat kau mengatakannya?"

Bona juga kecewa mendengar ucapan Dawon tadi. Ia tak suka dengan keputusasaan adiknya.

"Unnie sempat marah pada Seola karna dia mengizinkanmu keluar dari rumah sakit tanpa persetujuanku. Dia yang menjamin kau akan baik-baik saja selama menuruti ucapannya. Tapi apa yang kau lakukan sekarang?"

Nada bicara Bona sama sekali tak menunjukkan kemarahan. Ia berusaha berbicara lembut pada Dawon.

Dawon kembali menunduk, bahunya mulai bergetar karna tangisnya. Bona segera meraih tubuh Dawon untuk ia dekap. Apa yang ia dan Seola lakukan tak lain hanya demi kesehatan Dawon. Termasuk mengonsumsi obat dalam jumlah yang tak sedikit.

REASONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang