Part 19

9.2K 166 4
                                    

"Kak.. ada salep?" Tanya Rinjani pada panitia yang berada di tenda PMR

Fani melirik lalu menyuruh Rinjani masuk "kamu kenapa?"

"Tadi kesandung, jatuh mangkannya biru kakinya" Rinjani duduk di stretcher

Fani membuka kotak P3K mengeluarkan beberapa obat salep, lalu mengoleskan nya pada kaki Rinjani. Ia Teheran tersandung apa lukanya sebanyak ini "kamu serius kesandung jan?"

"I-iya kak"

Melihat Fani dengan raut wajah tak percaya "kemarin abis kecelakaan, trus tadi kesandung lagi kak" ia tersenyum meyakinkan

"Oalah, kamu kalo sakit izin aja disini gausah ikut kegiatan"

"Gapapa kak, Jani masih sanggup ikut kok"

"Nanti jurit malam kalo gak kuat gapapa izin aja ya"

"Iya kak"

Matahari mulai tenggelam mengirimkan suasana senja, yang menjadi mediator waktu antara siang dan malam. Seluruh siswa di kumpulkan untuk acara api unggun dan makan malam.

Seluruh siswa membentuk dua barisan memisahkan antara laki-laki dan perempuan, lalu mereka disuruh duduk berhadapan untuk bersiap makan malam.

Semua sudah berkumpul dan lagi-lagi Rinjani tak ada di barisan. Suara riuh terdengar dimana-mana karna bercandaan setiap siswa dengan teman di sebelahnya, dari kejauhan terlihat Rinjani susah payah berjalan ke arah tendanya dengan dua ember di tangannya berisi air dari sungai.

Sedangkan teman sekelompok nya sedang duduk bersiap makan malam, air yang di bawa Rinjani siang tadi di pakai untuk mencuci kaki mereka berempat. Sehingga tidak ada air untuk minum yang membuat Rinjani kembali mengambil air ke sungai.

Asya berkecak pinggang menyambut Rinjani yang ikut duduk di barisan "lu kalo emang gak niat ikut acara ini mending dari awal jangan ikut!" Membuat suasana yang tadinya berisik menjadi hening seketika

"Ga disiplin banget dari awal seenak jidat lu aja. Tiba-tiba duduk, tiba-tiba ikut nimbrung" lanjutnya kesal membuat seluruh siswa siswi menatap Rinjani

Lagi-lagi karnanya acara yang seharusnya berjalan lancar malah terhambat karna beberapa panitia marah, membuat waktu makan terulur.

"Berdiri!!" Bentak Julian pada Rinjani membuat Jani tersentak

Aksa yang melihatnya tak lagi membantu Rinjani karna jika ia terus membantunya Rinjani akan tetap seenaknya berbuat tidak mengikuti aturan yang ada.

Air mata Rinjani tersembul di ujung mata, tangannya terus meremas baju ketakutan. Tubuhnya sedikit bergetar, ia berdiri dengan wajahnya yang selalu tertunduk disambut suara sorakan semua orang yang kesal karna makan malam menjadi lama.

Banyak suara teriakan menghina, mencela Rinjani. Lintang mendekati Rinjani "lu makan sendiri di luar barisan!"

Rinjani tak menjawab apapun, Julian yang kesal mengangkat tanggannya ingin menggeretak Rinjani agar menjawab. Namun Rinjani dengan sigap menghalangi wajahnya dari tangan Julian yang bersiap memukul dan sedikit melangkah mundur, Ia menatap Julian gemetar, Dadanya terlihat naik turun secara cepat dengan ketakutan ia menutup kedua telinganya dan berlari ke tendanya.

Dengan tangannya yang masih bergetar ketakutan ia membongkar seluruh isi tasnya, mencari obat-obatan yang ia simpan namun tak menemukannya. Ia terduduk memeluk kakinya, menenggelamkan wajahnya sembari terus menggigit jari nya ketakutan.

Setelah Rinjani berlari acara makan malam kembali di lanjutkan tanpanya. Aksara dan Julian menghampiri tenda Jani mereka terheran-heran menyaksikan area vestibula yang berantakan, terlihat di samping tenda Jani terus memukuli kepalanya bersembunyi dengan cahaya dari senter kecil miliknya.

Melihat itu Julian mendekati Rinjani memegang tangannya agar tak memukuli kepalanya "Rinjani...."

Melihat Julian yang tiba-tiba menggenggam tangan Jani sedikit terperanjak air matanya terus keluar ketakutan, ia meronta-ronta meminta Julian untuk melepaskan tangannya dari genggaman Julian "ampunnn.... Jani minta maaf"

"Jan.. Rinjani" Aksa ikut menenangkan Rinjani yang berujung sia-sia

"Jani janji bakal nurut, ampun kak... Jangan pukul Jani" ia menangis sesegukan mengarahkan tanggannya untuk menutup wajahnya agar tak terkena pukulan pikirnya

"Jani lakuin apa aja, jangan di pukul tapi, udah sakittt Jani nya" lanjut nya dengan suara gemetar.

Aksa menepuk pundak Julian mengisyaratkan untuk berdiri lalu ia berjongkok memeluk Rinjani "ga ada yang mau mukul Jani, gapapa jangan takut" ia terus mengusap kepala Rinjani yang berada di pelukannya

Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong jaketnya "cari ini ya?" Aksa mengeluarkan obat-obatan Rinjani yang sempat tertinggal di bangku bus.

"Sorry ya jan..." ucap Julian lembut lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Rinjani

"Gua ga ada maksud mau mukul, gua tadi cuma mau nge geretak lu aja biar jawab. Gua gak tau reaksi lu segitunya" terang Julian tanpa di minta.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang