Part 24

10.1K 201 19
                                    

*Saat malam hari*

Saat Julian memperhatikan lagi menggunakan senternya ia menjerit memeluk Aksa "setannnn! Aksa itu... itu seta..n itu.. kaki" ia bersembunyi di belakang tubuh Aksa mencoba menutupi wajahnya di bahu temannya itu

Dengan gugup Aksa berjalan mendekati pohon tumbang "Aksa gila lu ya! Setan mau lu samperin!!"

Saat ia mulai mendekat betapa terkejutnya ia melihat Rinjani tergeletak dengan wajahnya yang sudah pucat dengan satu kakinya tertimpah pohon tumbang.

"Rinjani!!!" Teriak Aksa lalu diikuti teriakan Julian yang mengira itu hantu beneran Aksa melempar senter yang ia pegang lalu berlari mencoba membangunkan Rinjani

Julian yang sempat berlari menjauh tersadar bahwa yang Aksa teriaki adalah sebuah nama yang tak asing di telinga nya. Ia menghentikan langkahnya "Rinjani?" Lalu menoleh berlari lagi kembali menghampiri teman nya

"Rinjani!!" Teriak nya melihat Aksa mencoba membangunkan Jani dengan wajah yang sudah pucat basah kuyup

Aksa berdiri mengambil senternya menyenteri kaki Rinjani yang tertimpa pohon "lu kuat gak bantu gua?" Tanya Aksa

Namun Julian mematung menyenteri wajah Rinjani. Aksa yang tak mendapat balasan memukulkan senternya pada kepala Julian "aaaaakkkkh" Julian kembali berteriak kini senternya menyoroti wajah Aksa

"lu denger gua ga?!"

"Hah? Apaan? Lu ngomong apasi?" Julian nyerocos kesal

Aksa yang sudah kesal salah membawa orang "ini pohon lu kuat gak kalo angkat berdua sama gua" ia kembali bertanya

"Ya enggak lah!" Julian sewot "lu gak liat pohon sama badan gua aja gedean pohon nya"

Aksa menghembuskan nafas kasar ingin sekali ia menonjok teman nya ini "ya kalo engga lu ngapain masih disini?!"

"Ya terus gua harus apa?!"

Wajah Aksa memerah karna terlalu kesal pada Julian mengapa ia membawa Julian dibanding teman yang lebih berguna lainnya "ya panggil bantuan JULIAN!!!"

Julian yang panik "oh...iya..iya oke" berlari meninggalkan Rinjani dan Aksa.

*****
Lily di bawa menggunakan stretcher oleh beberapa perawat diikuti Gibran, teman-temannya dan Oma Margaret.

Ia memasuki UGD untuk mendapat penanganan lebih lanjut Gibran menggenggam tangan Margaret mencoba menguatkan wanita paruh baya di samping nya yang terus menangis.

"Dia izin sama oma tuh mau nginep kerumah temennya" margeret terisak menyandarkan kepalanya pada bahu Gibran

Lucas yang baru saja menerima telpon menghampiri mereka dengan tangan yang sudah terbalut perban karna sempat tergores belati yang digunakan mantan pacar Lily.

"Arsen udah di kantor polisi, pengacara lu udah urus semuanya" Lucas memberi tahu Gibran yang di balas anggukan

Brandon meninggalkan Gibran untuk membeli minuman di kantin rumah sakit namun langkahnya terhenti kala melihat Rinjani terbaring di atas stretcher yang di dorong 2 perawat diikuti 1 siswa bersama dokter laki-laki.

Ia mengikuti kemana arah Rinjani dibawa, Jani di bawa keruang ICU tapi mengapa temannya itu bisa ikut masuk mengikuti sang dokter bahkan Gibran saja duduk diluar dengan Margaret menunggu Lily.

Tak jadi ia membeli minuman ia sedikit berlari menghampiri Gibran "Gibran, sini dulu gua mau ngomong"

"Apa? Oma bentar dulu ya" ucap Gibran lembut

"Rinjani disini juga" bisik Brandon pada Gibran,

mendengar itu Gibran menatap Brandon tak percaya "mana mungkin, orang dia lagi camping dari tadi gua chat juga gak di bales. Tau dari mana dia Lily di tusuk" berjalan ingin meninggalkan Brandon dengan omong kosongnya

"Dia kesini bukan mau jenguk Lily tapi dia jadi pasien juga" perkataan nya mampu menghentikan langkah Gibran

Gibran menoleh hanya ada tatapan kosong karna terkejut yang ia pancarkan dari kedua matanya "gak lucu anjing lagi begini lu bercanda"

Brandon yang kesal karna temannya ini tak mau percaya padanya, ia menarik tangan Gibran menuju ruang ICU dan kebetulan dokter yang memeriksa Rinjani keluar bertepatan saat Gibran sampai di depan pintu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter ramah

"Pasien yang di dalem itu siapa ya dok?" Tanya Brandon sopan

Dokter Adam pun menoleh ke arah Gibran menatap "oh itu siswi sekolah namanya Rinjani, mas nya kenal?"

Tanpa menjawab pertanyaan Dokter Gibran menerobos masuk ke ruangan dimana Rinjani terbaring lemas dengan berbagai kabel di tubuhnya yang ia tak paham, kaki kiri Rinjani juga di perban.

Aksa yang baru kembali dari toilet terkejut ada orang yang berdiri di samping ranjang Rinjani "maaf mas siapa ya?"

Gibran terkejut menoleh ke sumber suara ia menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala "yang harusnya nanya itu saya, anda siapa?"

"Saya temen pasien ini.."

"Ohhh jadi lu yang buat Rinjani begini?!!" Gibran tak dapat membendung emosinya mencoba menarik kerah baju Aksa ingin menghajarnya

Melihat keributan dari luar dokter Adam dan Brandon buru-buru masuk melerai Aksa dan Gibran "ehhh... ini rumah sakit! Kalian ngapain?"

"Dia tiba - tiba mau nonjok Aksa gak jelas banget" Aksa mengadu pada sang Kaka yang tak lain adalah dokter Adam

Gibran mencoba melepaskan diri dari Brandon "lepasin gua! Biar gua hajar, lu kan yang buat adek gua sampe begini!!"

"Adek?!" Aksa kebingungan "oh Rinjani adek lu?"

Gibran merotasikan bola matanya tidak perduli dengan Aksa yang kebingungan, melihat wajah Gibran yang tidak berubah ramah barang sedetik "gua yang bantu bawa Rinjani kerumah sakit, bukan gua yang buat dia jadi begini" jelas nya.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang