Part 5

23.7K 231 1
                                    

Kringggg....kringggg suara telpon Rinjani berdering kencang tertulis nama Jaze di atasnya.

Dengan susah payah ia menggapai telponnya namun di rebut oleh Gibran yang langsung melempar ke sembarang arah.

Rinjani tergeletak dengan tubuh yang masih terbalut handuk kemudian Gibran menarik rambutnya membuat wajah Jani mengadah ke atas menghadap ke arahnya, yang berdiri di depan Rinjani.

Membuat Kulit kepala Jani rasanya ingin lepas dari tempatnya akibat tarikan kuat Gibran.

"Apa yang lu liat tadi!!!" Bentak Gibran kesal sembari terus menarik kuat rambut Jani

Tangan Jani mencoba melawan dan terus memegang rambutnya agar tak terlalu sakit akibat Gibran tarik "m-maaf kak"

"Jawab gua yang bener!!" Gibran semakin emosi, lalu melepaskan tarikannya dengan sedikit mendorong kepala rinjani membuat Rinjani kembali terbentur ranjang miliknya.

Rinjani memegang kepala nya yang terasa begitu sakit tiba-tiba saja Gibran membuka baju nya lalu melempar ke sembarang arah

"K..kak" lirih Rinjani kesakitan

Gibran yang tak menghiraukan Rinjani menarik ikat pinggang yang ia pakai lalu memecut Rinjani dengan ikat pinggangnya.

Sudah lama Gibran ingin menyiksa adik tiri yang sudah membuat Gibran kehilangan ayahnya ini. Dendam yang selama ini ia pendam akhirnya ia lampiaskan pada Rinjani malam ini.

"Ampun kak.. sakit" Rinjani menangis kesakitan, pecutan Gibran membuat bekas tanda merah dan luka di sekujur tubuhnya.

"Aaaw..Ampunn kak...stoo..akhh"

Dengan kasar Gibran menarik tangan Rinjani membuatnya terpaksa bangun lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur

Gibran menarik handuk yang di pakai Rinjani hingga tubuhnya tak terhalang sehelai benang pun.

Nafas Rinjani mulai tak beraturan, air matanya mulai turun, ia terus Terisak memohon, ia mencoba bangun dan melawan namun tubuhnya tertindih tubuh Gibran yang mencoba membuka celananya dengan satu tangan dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk mencekal tangan Rinjani ke atas kepalanya.

"Kaa.. jangan" pinta Rinjani memelas

"Lu udah buat papah gua mati! Tadi lu ngapain masuk kamar gua! Penasaran? Mau coba kan? Malam ini gua buat rasa penasaran lu hilang" Suara Gibran sedikit menekan

Gibran menyeringai menatap Rinjani yang terus menangis di bawahnya, kemudian menarik puting milik Rinjani kasar seakan ingin membuat benda itu lepas dari tempatnya. "Sss...akit akhhh" teriak Rinjani

Ia terus bermain dengan dua benda kenyal milik Rinjani, membuat pemiliknya terus mencoba memberontak yang tidak membuahkan hasil

Setelah puas dengan dada Jani, Gibran melahap kasar bibir Rinjani yang sedari tadi mengeluh kesakitan, Jani yang reflek membungkam bibirnya agar tak terbuka kemudian "akhh" kesakitan dan membuka mulutnya saat Gibran megigit luka disamping bibir Rinjani

Membuatnya dengan mudah mengabsen gigi rapih Rinjani satu persatu, melumat bibirnya lalu pindah ke leher jenjang Rinjani meninggalkan beberapa bekas di atasnya.

Tanpa aba-aba Gibran memasukan miliknya yang sedari tadi sudah tegang ke dalam milik Rinjani dengan sekali hentakan ia berhasil memasuki Jani sampai dalam

"Akhhhhh sakit udah ka..khhh" Rinjani meringis saat dengan paksa Gibran memaju mundurkan miliknya

Air matanya terus mengalir tak menyangka bahwa orang yang ia anggap bisa menjaganya setelah papah dan mamahnya pergi tega melakukan hal menjijikkan padanya.

Gibran terus menambah kecepatan di dalam Jani membuat Jani terus meringis kesakitan meremas selimut Disampingnya dengan air mata yang terus mengalir

Karna untuk pertama kalinya ia berhubungan, itupun dengan Kaka tirinya. Gibran dengan tega mengambil sesuatu yang selama ini Rinjani jaga untuk suaminya dengan paksa.

"Mmmm..Akhh..."

Bersamaan dengan desahan Gibran, Jani merasakan ada semburan cairan hangat keluar didalam tubuhnya, Pria itu tersenyum puas melihat Rinjani yang terkulai lemas di atas kasur.

"Gimana rasanya? Enak?" Gibran menyeringai "kalau suka kita bisa ngelakuinnya setiap hari"

Setelah puas dengan tubuh Rinjani dan membuatnya tak berdaya di atas kasur, Gibran berjalan keluar meninggalkan Rinjani menangis sendirian di kamarnya.

*****
Sore ini sedikit berembun sudah seharian Rinjani terdiam dan hanya terduduk di samping ranjang nya dengan mata yang masih sembab dan luka yang belum mengering.

Ia bahkan belum memasukan sesuatu ke dalam mulutnya dari dia bangun pagi ini sampai sore

Ia terus mengingat kejadian malam tadi saat Gibran terus menyiksanya lalu menidurinya dengan sangat kasar membuatnya sesekali mengeluarkan air matanya

Telpon genggam yang ia pegang sudah tak bisa berfungsi karna di lempar Gibran tadi malam, padahal di dalamnya telpon genggam nya terdapat banyak kenangan Jani bersama keluarga nya dulu

Ia kembali meringkuk menutupi tubuhnya dengan selimut menatap keluar jendela.

Hujan mulai turun membasahi bumi untuk pertama kalinya dalam hidup ia tak bergeming saat hujan, biasanya jika hujan ia akan berlari keluar lalu menikmati hujan dengan senyuman lebar di wajahnya

*****

"Lily!" Teriak Jaze saat melihat Lily berjalan pulang

Lily menoleh ke Arah sumber suara lalu tersenyum "Iya kenapa kak?" Tanyanya lembut

"Rinjani kemana? Ko hari ini gak masuk?" Tanya Jaze yang membuat Lily juga bingung

Tanpa menjawab pertanyaan Jaze, Lily berjalan memasuki mobil jemputan miliknya yang sudah menunggu dari tadi.

"Kaka gak masuk?" Gumamnya sendiri di dalam mobil "ah terserah lah palingan juga dia kesiangan"

Sudah 5 Hari Rinjani tidak masuk ke sekolah, Jaze sudah sering menghubunginya tapi handphone nya tak pernah aktif, ia pernah coba datangi rumah Rinjani namun satpam di rumahnya tak memberikan informasi apapun.

Setelah kejadian itu setiap pulang dari kantor Gibran selalu memasuki kamar Rinjani, dan setiap malam selalu terdengar suara jeritan dan tangisan Rinjani.

Semua pegawai dirumah Rinjani tak berani berkomentar apapun, mengingat Gibran yang tak mengenal belas kasihan kepada siapapun membuat tak ada yang berani menolong Rinjani dan membiarkannya begitu saja.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang