Part 27

8.5K 193 37
                                    

Setelah menunggu sekitar 120 menitan akhirnya Lily di pindahkan dari ruang operasi keruangan rawat inapnya di temani Kaka kesayangan nya Khilal Gibran abian.

Sementara dokter Adam di bantu beberapa perawat terus sibuk membuat Rinjani terbangun menggunakan alat pacu jantung saat beberapa menit setelah operasi jantung nya berhenti berdetak.

"Satu...dua..tiga" aba-aba dokter Adam untuk yang kesian kali nya lalu menempelkan alatnya pada dada Rinjani membuat tubuh Jani terangkat mengikuti alat pacu jantung.

"Gimana sus?" Tanya nya kembali namun di balas gelengan kepala dengan wajah yang pasrah

"Kita coba lagi.. satu..dua..tiga.. " lagi-lagi dokter Adam mencoba menempelkan alatnya pada Rinjani

*****
Seseorang wanita menggunakan dress putih cantik merentangkan tangan nya tersenyum lebar pada Rinjani "mamah...." Jani berteriak kegirangan namun air matanya pun tak bisa di bendung berlari memeluk wanita itu

Tak lama tubuhnya ikut dipeluk dari belakang membuatnya berada di tengah antara pelukan dua orang. Rinjani menoleh sedikit "papah.." dengan suara yang sudah bergetar Jani menangis rasanya ia ingin mengadukan apa yang terjadi padanya

"Rinjani kangen, Jani mau ikut mama sama papah ya disini. Jani takut kak Gibran mah" ia melepas pelukan nya menatap wanita yang matanya teduh cantik menggunakan dress putih

Wanita itu mengusap lembut rambut Rinjani ia menggenggam tangan Jani "kalau Jani kangen mamah dan papah, kita ada di sini" ia menaruh tangan Rinjani pada dadanya

"Jani mau ikut kalian aja, Jani gamau sama ka Gibran pah.." ia terus merengek seperti anak kecil

Adam memeluk putrinya membiarkan dagunya bersandar pada kepala Rinjani "belum waktunya sayang... Jani harus ingat diantara semua orang yang jahat sama Jani pasti ada yang sayang sama kamu, Jani tuh kuat papah dan mamah yakin Jani bisa lewatin semuanya maaf papah dan mamah ya sayang yang gak ada pas Jani butuh kita" ia tak berhenti menciumi kening putri nya menandakan kerinduan yang mendalam

"Jaga Lily ya sayang.." ucap Diandra mengusap lembut punggung Rinjani

Rinjani tak dapat membendung air matanya ia menangis sejadi-jadinya di pelukan sang ayah namun perlahan wujud sang ayah dan ibunya memudar tak dapat ia sentuh.

"Mah... papah..!" Ia berteriak mencari kemana hilang nya mereka berdua

Jani terus berteriak menangis mencari kedua orang nya di tengah Padang bunga yang indah.

*****
"Jani bangun ya... disini banyak yang sayang Rinjani" dokter Adam terus mencoba mengajak Rinjani bekerja sama

"Sekali lagi ya sus.." saat alat pacu jantung ia tempelkan kembali "dok berhasil..!" Ucap salah satu perawat

"Alhamdulilah..." dokter Adam mencium kening Rinjani "makasih udah mau bertahan ya jan" lalu memeluk beberapa perawat merayakan keberhasilan membuat Rinjani kembali.

Setelah beberapa saat akhirnya Rinjani di bawa keruangan sebelum nya kali ini dengan beberapa alat yang menempel pada tubuh nya.

*****
Saat beberapa suster tengah sibuk memasangkan alat di tubuh Rinjani Aksa masuk melihat ruangan Rinjani ramai suster

"Rinjani kenapa sus?" Tanya nya panik

"Gapapa mas, Jani cuma butuh istirahat aja" jawab suster

Aksa hampir setiap hari Bulak balik rumah sakit bahkan saat Rinjani tak di rawat. Mana mungkin Rinjani yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba di pasangkan banyak alat, dan Rinjani tak berpura-pura tidur seperti tadi.

Ia berlari cemas keruangan sang Kaka saat membuka ruangan nya ia melihat Gibran tengah berbincang dengan Adam "Rinjani kenapa?!" Aksa menyela perbincangan diantara dokter Adam dan Gibran

"Kamu ngapain udah malam kesini?" Tanya Adam pada adik nya

Aksa mencoba sabar "Gua nanya Rinjani kenapa?!" Kini nada bicara nya tak lagi bercanda

"Gapapa, lu apaan sih dia kan adek gua ngapain lu yang sibuk gua aja santai di sini" Gibran menyeruput kopinya

Aksa menekan kursi yang diduduki Gibran mendekatkan wajahnya "gua bukan lu!" Dengan nada penuh penekanan

"Yaudah Dam thank you ya... nanti kita lanjut lagi" ucap Gibran mendorong tubuh Aksa agar menjauh dari nya

"Oh iya.." Adam berdiri mengantarkan Gibran keluar dari ruangan nya

"Gua mau lu jujur Rinjani kenapa?" Kini Aksa memelankan suaranya

Adam mengambil amplop coklat berisikan berkas pendonoran ginjal milik Rinjani dan Lily. Ada tanda tangan Gibran di atas nya

"Udah gila...!! trus udah di donorin?!" Dada bidang nya terlihat naik turun secara cepat menandakan ia sangat emosi

Adam hanya menghela nafas kasar lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki

"Lu?! Lu yang nanganin?! Punya hati gak sih lu! Gila bener-bener gak ada otak" Aksa membuang amplop coklat itu pada wajah Adam lalu meninggalkannya sendirian diruang kerja nya.

*****
"Kamu udah sadar? Dok... Dokter!" Teriak Gibran memanggil Adam untuk melihat Lily

Ia menarik Adam masuk keruangan Lily "sebentar saya cek dulu"

"Gimana ly, ada yang masih sakit? Perutnya gimana? Sakit gak kalo dokter pegang gini" Adam sedikit menekan perut Lily

Lily hanya menggelengkan kepala nya lalu tersenyum. Ia memperhatikan sang Kaka sedang menelepon seseorang dengan terharu

"Gimana dok?" Tanya Gibran saat sudah mematikan sambungan telpon nya

"Aman semua sudah aman tinggal pemulihan aja beberapa hari lagi juga bisa pulang" jawab Adam

Gibran memeluk Lily lalu mencium kening adik kesayangan nya "Kaka dari kemarin khawatir sama kamu tau gak, jangan gitu lagi ya"

Lily tersenyum membalas pelukan Gibran Adam yang melihatnya pun ikut terharu sebegitu di sayang nya Lily tapi mengapa Rinjani tak mendapat perlakuan yang sama

Bahkan Gibran tak pernah masuk lagi keruangan Rinjani setelah operasi pendonoran ginjal

*****

Hari ini Jaze dan Fatik kembali bersekolah seharian ini mereka berdua menantikan seseorang yang sudah di tunggu-tunggu selama mereka di skors.

Dengan alasan yang berbeda Jaze ingin mengetahui bagaimana keadaan Rinjani apakah baik-baik saja ia sangat merindukan teman yang sengaja ia jauhi karna Gibran.

Sementara Fatik tak sabar ingin memberi pelajaran pada Rinjani karna membuat nya di skors belum lagi setiap hari ia dimarahi papah dan Kaka nya yang bawel itu

Semua karna Rinjani ia bahkan tak melakukan apapun yang menyakiti Rinjani. Salah dia sendiri tertimpa pohon kenapa jadi dirinya yang di skors

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring Jaze terus mencari Rinjani atau adik nya Lily yang biasanya ia tanyai kalau sang Kaka sedang tak masuk.

Tapi kali ini bahkan kedua nya tak masuk ia mendapat kabar dari teman sekelas nya Lily bahwa Lily sedang di rawat dirumah sakit karna penyerangan di club oleh mantan pacar nya

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang