Part 48

6.6K 170 44
                                    

Air shower terus mengalir menemani malam Rinjani, yang juga tak beranjak dari bawah shower yang menyala. ia menyandarkan tubuhnya, matanya bengkak, wajahnya banyak luka lebam.

saat merasa darah tak lagi keluar dari tubuhnya Jani mematikan air shower. sebelum mengambil handuknya ia berdiri di depan cermin, bekas jahitan di samping perutnya sedikit terbuka.

Jani mengambil kotak P3K lalu menutup luka Jahitan di perutnya dengan plaster. ia juga meminum obat pereda nyeri dan akhirnya keluar menggunakan baju tidurnya.

jam menunjukan pukul 3.27 seluruh mansion sepi karena semua orang tertidur, dengan perlahan Rinjani membawa kotak P3K dan seragam yang ia gunakan tadi.

Jani dengan tubuh yang sudah tak berdaya mencoba mencari sesuatu untuk dimakan di kulkas, sudah dua hari ia hanya meminum air tanpa makan. dan dengan perut kosong ia terus di siksa tanpa henti

"nyari apa non?"

Rinjani menutup kulkas ketakutan, ia menoleh dan terkejut ternyata bi Siti "non Jani laper? bibi masakin ya?"

Jani mengangguk lalu mengambil eskrim di kulkas "ini mau diapain?" tanya Siti mengambil seragam Jani yang sudah rusak dan kotor

"mau Jani cuci bi, terus dijahit buat besok sekolah.."

"minta sama tuan aja, beli baru lagi"

"gapapa, Rinjani cuci aja. bibi lanjut masak aja" Jani membawa seragamnya ke laundry room. sembari memakan Es krimnya ia terduduk di depan mesin cuci menunggu seragamnya

setelah ia menghabiskan Es krim, stik es krimnya ia selipkan di antara jari tengah dan jari manisnya. ia membalut kedua jarinya yang patah dengan perban dan stik es krim di tengahnya.

Lily berjalan keluar dari kamarnya ingin mengambil minum heran melihat Siti jam segini sedang memasak "bi, pagi masih lama ngapain bibi masak sarapan jam segini?"

"buat Rinjani, non juga laper?"

"oh engga, aku mau ambil minum. terus orangnya mana?"

Siti menunjuk laundry room "disana"

Lily mengerutkan kedua alisnya mengapa jam segini Rinjani di laundry room saat ia menyuruh Siti untuk menyiapkan makanan untuknya, ia berjalan mendekat dan melihat Rinjani sedang membalut jari tangannya dengan perban sambil menangis tanpa suara.

saat kaki nya ingin melangkah masuk pundaknya di cekal oleh Bi Siti "jangan non, jangan di samperin"

Lily menoleh keheranan "kenapa?"

"dia udah cukup kesusahan hari ini, kasih dia waktu sendiri. kalau Non Lily masuk dan tuan tau, Rinjani lagi yang kena"

Lily melepaskan tangan Bi Siti dari pundaknya "selama ini bibi tau?"

Siti tersenyum getir lalu berjalan meninggalkan Lily ke meja makan "kalau Bi Siti tau kenapa diem aja?!"

"non, bibi ini cuma pelayan disini"

Rinjani berjalan keluar mendengar suara Lily, dan saat berjalan ke meja makan benar saja ia melihat adiknya sedang memarahi Bi Siti "sudah selesai masaknya bi?" tanya Jani dari arah belakang Lily

begitu mendengar suara Rinjani ia menoleh dan terdiam kaku memperhatikan Jani dari atas kepala hingga kaki wajahnya sudah tak seperti dirinya karena bengkak dan lebam di pelipisnya ada luka yang tak ia tutupi dengan plester atau perban.

tangannya banyak goresan luka dan warna biru keunguan, pergelangan tangannya ada bekas merah seperti habis terikat kencang. dan jari yang barusan ia lihat diperban.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang