Part 12

12.4K 144 0
                                    

Matahari mulai memudarkan cahayanya tak secerah siang tadi, langit mulai di penuhi awan-awan hitam. Tak lama bel pulang sekolah berbunyi nyaring membuat siswa siswi bertebaran keluar kelasnya.

"Mau bareng ga?" Tanya Jaze sibuk merapihkan buku nya.

Belum selesai Jani memasukan bukunya ke dalam tas ia setengah berlari keluar "nanti dulu gua mau ke toilet" ia berteriak

"Bocah stres ni lama-lama hobi tu baca buku kek atau main bola ini nahan pipis di Jadiin hobi sering banget begitu" celoteh Jaze membantu memasukan buku-buku Rinjani ke dalam tas nya.

Namun ia melihat tas Rinjani penuh dengan baju dan beberapa obat, ada amplop coklat yang mengalihkan fokusnya "ini apa?" Jaze mencoba menarik amplop

"Kak Jaze!" Lily berteriak dari luar kelas membuat Jaze terkejut tak jadi mengambil amplop coklat milik Rinjani

"Kenapa ly? Sini masuk aja" Tanya Jaze

Lily berjalan menghampiri Jaze "ka Jani mana?"

"Oh dia ke toilet dulu" bJaze kembali memasukan buku-buku Jani lalu menarik resleting tas Jani dan menutupnya.

Lily menyodorkan kotak kecil "ini punya ka Jaze"

Jaze mendongakkan wajahnya tergerak-heran "ini apa?" Ia mengambil kotak kecil itu

"Gatau, itu kan punya Kaka"

"Emang iya ya? Ko gua gak inget, kamu dapet dari mana?" Tanya Jaze di tengah kebingungannya

"Ketinggalan di rumah ka Jani, katanya punya ka Jaze"

Jaze mengernyitkan dahi nya mencoba mengocok-ngocok kotak tersebut sebelum akhirnya membuka "kamu beneran gatau isinya apaan?"

"Kalo tau gak mungkin aku berdiri disini, aku juga penasaran" jawab Lily merebut kotak itu "sini aku yang buka"

Saat kotak itu di buka terdapat dua bungkusan berisi bubuk putih dan obat-obat kecil.

"Ka Jaze!" Lily melempar bungkusan itu pada Jaze yang di lempar kembali oleh Jaze kepadanya

"Ini punya siapa?" Tanya Jaze

"Ini kan punya Kaka!" Lily kembali melempar bungkusan itu kepada Jaze

"Bukan!! Lu dapet dari mana! Ly jangan macem-macem ya lu nuduh gua" Jaze meninggikan suaranya

"Tapi itu emang punya Kaka!" Lily tak mau kalah

Rinjani berjalan terburu-buru namun berhenti melihat perdebatan Lily dan Jaze. Ia menghampiri keduanya lalu merebut bungkusan yang di genggam Jaze dan Lily.

"Ini apa?! Punya siapa?" Tanya Jani kesal

Lily dan Jaze pun saling menunjuk satu sama lain tak ingin disalahkan "kok gua! Lu yang bawa!" Jaze menuduh

"T-tapi bukan punya aku kak! Itu punya ka Jaze!" Lily gemetar

Jani gugup dan terus melihat jam di tangannya. Ia berniat ke kantor polisi untuk melaporkan Gibran namun ia harus cepat sebelum mobil jemputan nya datang.

"Jan sumpah itu bukan punya gua!" Jaze mencoba membuat Jani percaya

"Tapi itu juga bukan punya aku kak"

"Sumpah Kalian berdua keterlaluan!" Jani mengambil tasnya mengantongi bungkusan itu ke dalam sakunya lalu berlari keluar mencoba menyetop kan taksi.

Lily dan Jaze pun berlari mengejar Rinjani namun tertinggal saat Rinjani berhasil menaiki taksinya.

"Ayo masuk ke mobil gua" Jaze menarik tangan Lily berlari ke arah mobilnya lalu mencoba menyusul Rinjani.

Jemputan Rinjani pun datang namun tak menemukan Jani. Lalu supir pun menelepon Gibran mengabarkan bahwa Rinjani tak berada di sekolahnya.

Lily dan Jaze mengikuti Rinjani namun mobil nya terhenti saat taksi Rinjani memasuki kantor polisi.

"Anjingggg!" Jaze memukul stir nya kuat, diikuti suara Lily menangis

"Gara-gara lu semua ni!" Bentak Jaze pada Lily

*****
Rinjani berjalan menuju bagian SPKT ( sentra pelayanan kepolisian terpadu )

"Pak saya mau melapor!" Jani tergesa-gesa duduk di hadapan salah satu polisi

"Iya tenang dulu, coba tarik nafas pelan-pelan ya jelasin yang bener" ucap salah satu polisi yang menangani

Jani meremas rok seragam nya tak kuat "Saya dilecehkan sama Kaka saya sendiri"

"Iya.., dimana?"

"Di rumah.." Rinjani tak kuasa menahan air matanya, suaranya bergetar tangannya semakin meremas rok seragam nya.

*****
Dengan emosi yang sudah berada di puncak Gibran melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ya saat supirnya menelpon Gibran menyuruh beberapa Bodyguard yang memata-matai Jani setiap hari untuk mengabarkan Rinjani berada dimana. Namun yang membuatnya sangat marah adalah mendapat kabar bahwa Rinjani menuju kantor polisi membuatnya meninggalkan kantor.

Setelah sampai Gibran berlari menelusuri seluruh sudut kantor polisi dan mendapatkan apa yang ia cari.

Rinjani tengah menangis menceritakan semuanya dan tiba-tiba saja Gibran menaruh amplop putih di meja Rinjani dan polisi tersebut duduk.

"Maaf pak sebelumnya adik saya ini mengidap gangguan mental karna trauma, jadi laporannya mungkin hasil imajinasi nya aja pak. Dia barusan kabur dari RSJ, saya kesini mau jemput" ucap Gibran santai

Rinjani semakin menangis menjadi-jadi menggelengkan kepalanya "pak saya gak bohong, saya gak ngada-ngada!" Jani teriak

"Kalau bapak tidak percaya itu amplop bersisi diagnosis kesehatan mental adek saya dari dokter" jelas Gibran

Polisi pun memeriksa amplop putih yang di berikan Gibran "bener kan?" Gibran melanjutkan

"Yaudah kalau gitu Rinjani pulang dulu ya nanti pak polisi proses, sekarang pulang sama Kaka ya" bujuk polisi yang di balas senyuman ramah oleh Gibran

Jani menggelengkan kepalanya "Saya punya bukti" Jani menepis tangan Gibran yang mencoba membawanya pulang

Saat ia mencoba mengambil sesuatu di dalam tas nya Gibran dengan cepat merebutnya. "Maaf ya pak, sepertinya harus segera mendapat penanganan medis" Gibran kembali menarik tangan Jani

Jani terus meronta-ronta dan menangis meraung kesana-kesini mencoba meyakinkan polisi dirinya tak bermasalah. "Lepasin!! Pak saya gak bohong!" Jani berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeram Gibran

Namun Gibran memanggil Bodyguard nya untuk membawa Rinjani ke dalam mobil. Berbincang sebentar bersama polisinya hingga akhirnya keluar kantor polisi dan memasuki mobil.

Didalam mobil Rinjani di himpit oleh kedua Bodyguard Gibran agar tak kabur, namun Rinjani terus memberontak dan menangis mencoba membuka pintu mobil yang di kunci.

*****
"Maaf ya ka Jaze" Lily menundukan kepalanya menyesal saat sampai di depan rumah Oma nya.

"Yaudah gapapa, lu juga kan gatau. Gua langsung balik aja" jawab Jaze

Jaze meninggalkan halaman Rumah Lily tak lama hujan turun begitu derasnya. Ia mengendarai mobilnya dengan cepat di temani ribuan air yang turun menyelusup ke dalam pikirannya tak menyangka Rinjani berani melaporkannya ke kantor polisi tanpa mendengarkan penjelasan Jaze dan Lily.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang