Part 34

6.4K 145 7
                                    

TING.. suara lift terbuka memperlihatkan pria dengan setelan jas serba hitam keluar berjalan menuju sebuah pintu yang berdiri kokoh. Dengan sedikit keraguan Alvaro menguakan pintu yang menjulang tinggi di hadapannya

"santai aja Al, kita liat seberapa lama dia bisa lari dari saya" pria bersetelan casual itu menyeringai lalu menyeruput wine yang ada di tangannya

Alvaro hanya tertunduk ada perasaan menyesal karena tak langsung membawa Rinjani kehadapan Gibran. Sebenarnya saat Aksara dan teman-temannya berusaha mengalihkan perhatiannya saat di kebun tadi ia sadar betul melihat kaki Rinjani di antara teman-temannya.

saat ia mendekati Jaze sebenarnya ia ingin memergoki Rinjani namun telepon genggam nya lebih dulu berbunyi lalu menggagalkan ia untuk menjemput Rinjani.

"kapan pun tuan menyuruh saya menjamput, saya akan langsung pergi saat itu juga" ucap Alvaro

Gibran menaruh gelas di tangannya lalu menepuk pundak Alvaro sembari berbisik "gua sendiri yang bakal nyeret dia pulang"

lalu ia berjalan menjatuhkan tubuhnya pada salah satu sofa di ruangan itu "oh ya, gua mau lu minggu depan jemput pacar gua di bandara nanti jam nya gua kabarin lagi"

"baik tuan"

*****

suasana malam begitu hening, Rinjani duduk diteras rumah aksara dengan Bulan yang bersinar begitu terangnya, tak mau kalah Bintang pun beredar di sekitar Bulan mempercantik langit malam ini

ia sibuk membuka perban di kaki nya yang seharusnya sudah ia ganti "jan?" sapa Akasara dari arah pintu

"ka Aksa... yang lain udah tidur?" dengan tangan yang tak ikut berhenti ia kembali bertanya

melihat Rinjani sibuk membuka perban kakinya Aksara berinisiatif duduk di hadapan Rinjani lalu membantu membuka perban kaki Rinjani "udah pada di alam mimpi semua jan, lu ngapain udah malam malah ganti perban disini?"

"gapapa, Jani cuma lagi kangen mama sama papah biasanya kalau Jani kangen Jani suka liat langit berharap mama sama papah juga liat Jani disini" Rinjani memberikan perban baru pada Aksara membiarkan ia membantunya

Aksa hanya menatap Rinjani iba bagaimana bisa ada manusia se kuat ini. bahkan saat Rinjani berbicara tentang kedua orang tuanya tak terlihat ada air mata atau raut wajah muram.

sadar bahwa dirinya sedang di tatap Rinjani menjentikan jarinya agar seseorang yang berada di hadapannya tersadar dari lamunan "ka Aksa sendiri kenapa belum tidur?"

"kak.." ia kembali menjetikan jarinya

tak kunjung sadar Rinjani menggoyangkan telapak tanganya di hadapan Akasara "kak aksa...!"

"hah? kenapa jan? sakit ya? atau kenapa?"

"hahahahahaha" Rinjani tertawa melihat raut wajah Aksa yang terkejut

Aksara mengusap tengkuknya karna salting ketahuan melamun sembari mengikuti tawa Rinjani "kak Aksa kenapa belum tidur?" Jani melanjutkan dengan nada bicara yang lebih lembut

"oh itu... si Julian ngorok kenceng banget gilaa gua sampe kebangun, akhirnya mau ambil minum kedapur tapi liat pintu kebuka kirain ada maling" Aksa menjelaskan panjang lebar

Jani hanya menatapnya tak berhenti tersenyum "dah selesai" ucap Akasara di tengah-tengah ceritanya ia menyelesaikan mengganti perban Rinjani

"kalau gitu gua balik ke kamar ya.." tak kuat Aksa berlama-lama di dekat Rinjani yang ada ia akan mati karna jantung nya terlalu cepat berdetak

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang