Part 47

6.6K 142 52
                                    

hari sudah mulai gelap, sekolah juga sudah bubar sejak tadi siang dan Rinjani masih terkurung di dalam gudang. ia terus mengetuk pintu perlahan tanpa bersuara karena tenggorokannya sudah sangat kering hingga terasa sakit kalau ia harus berteriak.

setiap pukul 18.00 memang ada penjaga sekolah yang berpatroli dan tak sengaja ia mendengar suara pintu yang diketuk. ia hampiri "halooo...ada orang" sapanya memastikan

"tolong.." suara Jani mulai habis

dengan sigap penjaga itu berlari mengambil kunci pintu gudang, ia membuka pintunya perlahan lalu menyenteri Rinjani yang kesilauan karena cahaya dari senter "neng gapapa?"

Jani hanya menepuk tangan sipenjaga sembari menganggukan kepalanya menandakan ia baik-baik saja, namun keadaan nya justru mengatakan sebaliknya bajunya lembab dan banyak noda darah di baju bagian dadanya. seragamnya sangat kotor

"neng serius gapapa?"

"iya pak.." Jani tersenyum ramah lalu di bantu berdiri oleh si penjaga

ia dipapah hingga ke parkiran "mau bapak panggilin taksi?"

"gapapa, Jani bawa sepeda pak" Jani menundukan kepalanya menghormati tawaran si penjaga lalu tersenyum mendorong sepedanya keluar "makasih ya pak.."

"hati-hati ya neng"

Jani terus mendorong sepedanya hingga menemukan warung ia membeli beberapa botol minuman lalu membersihkan wajahnya dan untuk ia minum.

saat dirasa ia sudah sedikit bertenaga ia mengayuh sepedanya menuju rumah Aksara, ia tak mau menyerah begitu saja Aksara harus mendengarkannya kali ini.

sesampainya di depan rumah Aksara ia hanya menatap kedalam dimana lampu menyala, ia sesekali menggoyangkan pagar agar orang yang berada di dalam rumah sadar akan keberadaan nya

"ka Aksa..." panggil Rinjani

Dokter Adam dan Aksara yang sedang makan malam saling menatap "temuin de, kalo ada masalah itu diselesain baik-baik jangan menghindar"

"gua udah selesai.."

Dokter Adam beranjak dari meja makan mengintip dari jendela betapa terkejutnya melihat keadaan Rinjani yang sudah berantakan karena seragam yang Jani gunakan warna putih jadi terlihat sangat jelas noda darah yang ada di bajunya

"kak jangan.." Aksara mengambil kunci rumahnya lalu ia masukan kedalam sakunya tak mengizinkan Adam membukakan Jani pintu

"kamu liat ga?!"

"dia tuh sering begitu kalo ada masalah, biar kita iba ngeliatnya"

Adam menatap adiknya tak percaya "fisik Rinjani gak sekuat orang-orang dan lu udah tau itu, gua harap lu gak nyesel nanti"

Adam meninggalkan Aksara dengan egonya. dan Aksara sengaja mematikan lampu rumahnya berharap Rinjani pulang kerumahnya

"ka Aksa maaf.." Jani masih setia berdiri meskipun ia sadar lampu yang tadinya menyala sudah dimatikan. bukankah pertanda baik bahwa Aksa berada di dalam rumahnya saat ini

"ka Aksa.." ia terus memanggil mantan kekasihnya

matanya lagi-lagi tak dapat menahan air yang memaksa untuk keluar, setelah lama berdiri Akhirnya Rinjani memutuskan untuk pulang karena malam semakin larut tubuhnya juga mulai kedinginan karena baju yang tak kunjung kering

ia mengayuh sepedanya melintasi jalan yang begitu sepi, sesekali ia menoleh merasa ada mobil yang mengikutinya. Jani berusaha dengan setengah mati mengayuh sepedanya dengan cepat

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang