PRANGGG...
Suara meja kaca yang terpecah memenuhi seisi ruangan, Jaze mencoba bangun dengan berbagai luka yang sudah memenuhi tubuhnya akibat pukulan dari sang ayah.
"Mau di taro dimana muka papah!!" Bentak pria paruh baya yang berdiri dihadapan Jaze
Ia hanya terdiam menerima apapun yang dilakukan sang ayah baik ucapan yang menyakitkan ataupun perbuatan yang menyakiti fisiknya.
Pria paruh baya itu kembali mencengkeram kerah baju Jaze yang sudah penuh dengan bercak darah. "Gibran cuma nyuruh kamu jauhin Rinjani bukan bikin dia hampir mati!" Ia menghempaskan tubuh Jaze dan meninggalkan Jaze sendirian diruang kerjanya.
"Aaaakkkkhhhh!!!!" Jaze berteriak frustasi mengacak semua barang yang tersusun rapih di rak maupun berkas yang berada di meja sang ayah.
*****
Beberapa hari sebelum acara camping diadakan di sekolah Jaze memasuki sebuah perusahaan yang gedung nya sangat mewah.Ia memencet tombol lift ke lantai 23, menunggu beberapa saat di depan sebuah ruangan dimana pintunya terbuat dari kayu yang kokoh lebar dan menjulang tinggi.
dengan kaki yang terus ia hentakan perlahan dan jari tangan nya terus ia gigit pertanda ia sangat panik dan cemas.
Tak lama seorang wanita cantik dengan rok mininya menghampiri Jaze "silahkan tuan, saya antar masuk kedalam" ucap sang wanita dengan sopan
Ia mengikuti langkah wanita berambut hitam legam dengan pakaian formal namun terlalu mini, perpaduan yang sangat cocok ditambah tubuhnya yang tinggi membuat wanita itu terlihat elegan dan sexy.
Dibalik pintu yang terlihat sangat besar wanita itu menundukan kepalanya meminta izin keluar, setelah Gibran mengibaskan tangannya pada wanita itu ia meninggalkan Jaze bersama Gibran dan sang ayah.
Gibran menatap remeh seorang siswa yang berdiri tepat di hadapan nya, ia melihat sang ayah yang terduduk di kursi dengan tangan dan kaki yang terikat.
"Gimana?? Seru kan ikut main di permainan gua?" Gibran tersenyum namun matanya menatap tajam seseorang yang ia ajak bicara
Wajah Jaze merah padam, emosinya mulai memuncak "mau lu apa?!! Lepasin bokap gua!"
Gibran melangkah perlahan sambil memainkan pistol di tangan nya "gampang.." jawab Gibran enteng
"Jauhin Rinjani.." lanjutnya berbisik saat tubuhnya tepat berada dibelakang Jaze
Mendengar hal itu Jaze membalikan badannya dan tanpa aba-aba menonjok wajah Gibran hingga membuatnya hampir terjatuh.
"Psikopat Lu ya!! Rinjani tuh adek lu, lagian gua cuma berteman biasa aja" dengan nafas yang memburu ia kembali ingin memukul Gibran namun tangannya berhasil di tepis
Tak mau kalah Gibran mengarahkan pistol yang sedari tadi ia genggam ke arah pria paruh baya yang terduduk lemas dengan tangan dan kaki terikat. Membuat Jaze diam terpaku
"Hahahah...." Suaranya menyeruduk seluruh isi ruangan
"Orang bego juga sadar kalo lu suka adek gua!" Kini wajah nya kembali serius
Jaze menatap kesal "Ya terus salahnya dimana?! Wajarlah cewe sama cowo suka" balas Jaze tak kalah sengit
Gibran semakin tertantang dan bersemangat "yang boleh milikin Rinjani cuma gua!" Ia semakin mendekatkan pistol itu ke kepala sang lelaki tua
"Sumpah udah gila lu!! Itu adek lu bangsat!" Jaze menahan laju nafasnya yang berantakan
"Gak perduli gua, mulai sekarang lu jauhin Rinjani. Kendali Perusahaan bokap lu ada di tangan gua, dan gua bisa bikin tua Bangka ini mati kapan pun gua mau. So pilihan ada ditangan lu." Ia berjalan ke arah meja yang di penuhi beberapa berkas penting dan duduk di atasnya sembari menempelkan telapak tangannya pada meja.
Jaze yang melihat sang ayah sudah lemah tak berdaya dengan luka lebam di sekujur tubuhnya, berlari membukakan tali pada tangan dan kaki nya.
Ia memapah sang ayah yang hampir tak sadarkan diri keluar dari ruangan Gibran.
*****
Zanna
Lu di skors berapa hari tik?Fatik
2 mingguLinka
Gila lama bangetDara
Perkara spele doang anjirFatik
Tau gak jelas banget sekolah, lagian suruh siapa si idiot itu jalannya lamaZanna
Yaudah nanti pelajaran sekolah
Kita Catetin buat lu dehDara
Iya lu tenang aja, kalo si Jani nanti
Masuk gua kasih dia pelajaranFatik
Oh ya harus kalo itu mahLinka
Lebay banget ketimpa pohon aja
Sok-sok masuk rumah sakit,
Dan padahal yang ketimpa cuma kaki
Kyak kaki dia penting aja anjirFatik
Gua rasa sih dia bohongan caper aja sama ka Aksa***
"Fatik...." Teriak seseorang yang dengan tiba-Tiba membuka pintu kamar nya dengan kasarPLAKKKK
satu tamparan keras mendarat di pipi Fatik "bisa gak sih sehari aja gausah berulah!"
Ibu dan ayahnya mencoba menenangkan Fathia yang sudah terlalu emosi pada sang adik
"Sudah nak, adik kamu tuh mungkin gak sengaja" wanita dengan Piyama putih mencoba menenangkan sang anak
Fathia yang sudah terlanjur tak bisa membendung emosinya mencoba menjambak rambut sang adik "gua tuh cape kerja! Buat lu buat bunda sama ayah bisa gak sih sekali aja hidup lu tuh tenang gitu!!"
"Apaan sih kak! Lu tuh gak tau masalahnya apa!" Fatik melempar tatapan penuh protes kepada sang kaka
Pria tua di sebelah Fatik pun merampas handphone yang tergeletak di atas kasur nya "mulai hari ini handphone kamu ayah sita!" Ia berjalan meninggalkan keluarga nya keluar dari kamar Fatik
"Yah...apaansi gak lucu! Yah balikin hp Fatik" Fatik mencoba mengikuti sang ayah yang keluar dari kamar nya namun tangannya di cekal oleh sang Kaka
Ia menyeret Fatik agar terduduk di ranjang nya "lu tuh udah Gede!! Gua gatau masalahnya?! Heh!! Lu tuh hampir ngebuat anak orang mati di tengah hutan" Fathia terus membentak adik nya
"Lu tuh punya otak gak sih?! Hah?! Denger gua gak! Gak kasian sama ayah sama bunda?" Lanjut nya
"Gua tuh pusing ya dengerin cerocosan lu!! Mending lu keluar dari kamar gua" Fatik menunjuk pintu kamar menyuruh Fathia agar keluar dari kamar nya
Fathia melengkung kan tangan pada dadanya "tolol, lu tau gak lu tolol gatau diri bukannya belajar malah coba-coba jadi pembunuh" ia membalikan badan ingin pergi
Namun rambutnya di tarik Fatik, tak mau kalah ia ikut menjambak rambut sang adik. Mendengar keributan amira berlari berusaha memisahkan sang anak "Ayahh.... Ayah.... Bantuin bunda pisahin ini" ia berteriak memanggil suami nya
Tak lama sang suami berlari mencoba memisahkan Fatik dan Fathia yang masih bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rinjani ( SELESAI )
Romance"Akhhhh..... Gib..ranhh" suaranya memekik kencang Tanpa Aba-aba Rinjani membuka pintu kamar Gibran yang tak terkunci membuat pemilik kamar terkejut bukan main. "Aaah..!!" Rinjani berteriak kencang memalingkan pandangannya ke sembarang arah dan berla...