Part 32

7.4K 171 14
                                    


"ihhhh oma kak Gibran tuh salah, kemarin bukan Ujian akhir semester tapi UTS" keluh lily saat baru tiba dirumahnya dan langsung menghampiri Margaret yang tengah meminum teh hangat nya di depan taman.

Margaret tertawa memperlihatkan kerutan di matanya "kaka kamu kan sibuk mungkin dia lagi gak fokus pas dengerin penjelasan guru kamu tapi tadi gimana ujian susulan nya?"

Lily menggigit Donat milik Margaret dengan mulut setengah penuh berusaha menjelaskan "Tadi sih sedikit sepi karna yang dateng cuma yang ikut ujian susulan aja"

"loh emang udah libur?"

"Belum sih tapi kalo gak ikut eskul apa-apa boleh gak masuk" jawab lily santai menghabiskan Donat milik nenek nya

Margaret baru menyadari Donatnya habis di makan Lily "kamu kan kalo mau bisa bilang nanti minta sama mba"

seperti maling yang tertangkap basah Lily hanya tersenyum menampakan gigi rapihnya dengan tatapan seperti anak anjing. mana tega Margaret memarahi cucu bungsunya.

"yaudah mandi sana, ganti baju nanti temenin Oma belanja bulanan" ucap Margaret kembali menyeruput tehnya

berbelanja bulanan adalah rutinitas yang sangat Lily sukai karna ia akan mengambil banyak cemilan tanpa perlu membayar. dan tanpa pikir panjang ia masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.

*****

setelah melewati perjalanan yang panjang akhirnya Alvaro sampai di sebuah Desa ia terus melajukan mobilnya mencari rumah yang diberi tahu oleh suster.

tak lama ia memasuki Desa ia akhirnya berhenti di sebuah Rumah dengan pagar Putih setinggi dadanya. Rumah bernuansa putih itu tampak terlihat sangat luas dibanding dengan rumah-rumah lain yang ada di Desa. halamannya pun rapih lengkap dengan bangku taman dan ayunan di depannya.

Alvaro berjalan memasuki gerbang rumah yang tak terkunci, lalu mengetuk pintu Kayu yang tertutup rapat. Rumahnya tampak sepi beberapa kali ia mengetuk tak ada yang menjawab.

"permisi...." Alvaro mencoba melihat sekelilingnya, sesekali mengintip jendela

Ceklek.. akhirnya ada penghuni yang mendengarnya di luar. "maaf cari siapa mas?" ucapnya saat pertama kali melihat Alvaro

"saya cari Rinjani, benar ini rumah orang tua dokter adam?" tanpa basa-basi Alvaro bertanya

Rawnie sudah tau sedikit cerita Rinjani saat adam menghubunginya lewat telepon ini kakanya Rinjani? tampan tapi jahat batinnya

Rawnie menatap Alvaro dari atas kepala hingga ujung kaki "oh maaf mas, keluarga dokter adam sudah lama pindah bukan disini lagi" dengan lancar ia berbohong

"loh kata salah satu pegawainya disini alamatnya" seorang Alvaro tidak akan percaya begitu saja

"tapi memang sudah pindah mas ini rumah saya" Rawnie mengotot agar seseorang yang berdiri di hadapannya percaya

Alvaro memang tak suka berbasa-basi apa gunanya ia bersekolah tinggi-tinggi untuk mengetahui artis gadungan yang tak pandai berbohong saja tidak bisa.

"minggir.." ia mendorong Rawnie agar tak menghalangi jalannya

"eh... mas mau ngapain?" ia mencoba mencengah agar Alvaro tak menggeledah rumahnya

Alvaro terus memeriksa semua ruangan namun tak ada siapaun selain Rawnie. namun langkahnya terhenti saat memasuki ruangan bernuansa ungu dengan boneka-boneka lucu dan poster ia menatap Rawnie dan ruangannya bergantian meminta penjelasan kamar siapa ini.

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang