Part 43

5.5K 127 16
                                    

sudah hampir 2 jam lebih Pria memakai Hoodie Hitam lengkap dengan kacamata dan masker berdiri di sebrang jalan sekolah LIly dan Rinjani. Entah apa yang ia tunggu dan cari di dalam sana

tepat pukul 14.05 bel sekolah berbunyi disusul keluarnya seluruh murid dari kelasnya masing-masing termasuk Lily, ia terlihat sedikit tertawa dan bercanda bersama temannya sebelum akhirnya memasuki mobil.

bersamaan dengan masuknya Lily kedalam mobil pria itu turut pergi meninggalkan tempatnya berdiri sebelumnya

*****

"Jaze pulang bareng?" tanya Rinjani saat tengah mengemas barang-barangnya

"gabisa gua ada latihan basket, lu balik aja sama pacar lu" Jawabnya ketus meninggalkan Rinjani sendirian di dalam kelas

apakah Jaze masih marah padanya?, apakah sefatal itu tak memberi tau soal hubungannya dengan Aksa pada Jaze. lagipula mereka selama ini hanya berteman harusnya Jaze mendukungnya sebagai satu-satunya sahabat Jani

tak mau ambil pusing Rinjani berjalan keluar kelasnya lalu tak sengaja melihat Aksara dan teman-temannya "ka Aksa.." panggil Jani sambil melambaikan tangannya

ia berjalan menghampiri Aksara "pulang bareng yuk? aku tau tempat makan baru yang enak namanya sky cafe" ajak Jani antusias

"gua masih ada urusan sama yang lain..."

"masih lama?"

Aksara menoleh ke arah Nazwa seakan meminta jawaban dari pertanyaan yang Rinjani ajukan "hmm belum tau sih" jawabnya Nazwa singkat

"terserah sih kalo mau nunggu atau balik duluan" ucap Aksa lalu berjalan meninggalkan Rinjani

Jani menghela nafasnya, rupanya Aksa masih marah karena masalah kemarin. Tapi tak ada salahnya juga kalau Jani menunggu Aksara hingga urusannya selesai toh hari ini Gibran tengah sibuk mempersiapkan pertunangannya. dan selama Ayana ada di samping Gibran, Rinjani akan baik-baik saja.

dan karena takut bosan akhirnya Jani duduk di taman sekolah sembari membaca beberapa buku menunggu Aksa selesai dengan urusannya.

berada di bawah pohon siang hari memang sangat menyejukan, sesekali Jani merubah posisinya menjadi tiduran dengan tasnya yang ia jadikan bantal untuk kepalanya karena pegal duduk.

jam terus berputar detik demi detik, menit demi menit Rinjani masih setia dengan bukunya dan karena buku yang ia baca tak begitu tebal kini ia sudah menghabiskan dua buku dan tangannya sibuk membalikan secarik kertas dari buku ke tiga yang ia baca.

hawa panas pun mulai menghilang bergantian dengan angin sejuk, langit mulai menunjukan warna indahnya tatkala matahari pulang menggantinya dengan malam.

tenggorokannya mulai terasa sangat kering lalu Jani memutuskan meninggalkan barang-barangnya dan bergegas membeli minuman di kantin.

saat dirinya akan kembali ketaman Jani mendengar segerombolan orang keluar dari suatu ruangan "akhirnya kak aksa kelar juga" batin Jani mempercepat langkahnya

"Aksara...!" teriak seseorang membuat Aksara menoleh dan juga membuat langkah Jani terhenti di balik tembok lorong dimana Aksara berjalan sebelumnya

"ikut kita yuk ke Sky Cafe, ayuni ulang tahun.." Ajak Nazwa

"oh ya? lupa gua tapi gua mau langsung balik cape banget"

"cielaaa pura-pura lupa padahal dulu lu yang selalu ingetin kita sebagai pacar yang baik harus inget ulang tahun pacar kata lu dulu, sekarang aja mentang-mentang udah putus sok lupa"

celoteh Nazwa hanya di balas tawa Aksara "lain kali aja kali ya.."

"kenapa sih? ayolah takut sama pacar bocil lu itu? pacaran sih ribut mulu"

"ya begitulah..." jawab Aksa dengan nada lesu

kini Nazwa merangkul temannya "ayo ikut dong, lagian lu nyari pacar tuh yang bener kek yang seimbang kalo lu pinter cari yang pinter juga gua denger-denger pacar lu yang sekarang gak ada prestasinya"

tak nyaman dengan topik yang di bahas Aksara melepaskan rangkulan Nazwa dari bahunya "yaudahlah mau gimana lagi udah terlanjur kan di pacarin"

"lebih cocok liat lu sama ayuni, ngeliat lu tuh bahagia mulu beda sama sekarang lesu mulu manyun tiap hari"

Jani masih setia berdiri dibalik tembok mendengarkan perbincangan Aksara dan Nazwa

"lagian lu kenapa macarin adek kelas itu sih, ayana kurang apalagi coba" dan Nazwa masih setia membujuk temannya

"hahaha kan dia yang ngejar-ngejar gua, lagian kasian aja dia di bully mulu mungkin dengan menjadikan dia pacar gua, dia akan sedikit mendapat privilage untuk terhindar dari orang-orang yang jahatin dia. gua kan orang baik suka menolong orang lain..."

mendengar pernyataan itu keluar langsung dari mulut Aksara, Jani tersenyum getir dan perlahan air matanya mulai terjatuh. tak ada yang salah dari apa yang Aksara lontarkan namun mengapa rasanya sangat sesak untuk di dengar langsung.

tak mau berlama-lama Jani kembali berjalan ke taman lalu merapihkan semua buku yang ia baca dan bergegas pulang menggunakan sepedanya.

Nazwa yang mendengar Aksara menganga tak percaya "ya enggak lah Gila.. menurut lu ngapain gua pacarin anak orang kalo gak karna cinta" Lanjut Aksara setelah tertawa lepas melihat ekspresi terkejut Nazwa

"udahlah gua mau balik capek, lu aja sana pergi kalo mau rayain ulang tahun ayuni"

"bener?"

"iya..yaudah gua duluan ya" Aksara menepuk pundak Nazwa sebelum akhirnya pergi

Jani terus mengayuh sepedanya sambil menangis, kini ia berbelok tak berjalan ke arah rumahnya. ia tak ingin pulang kerumah ia terus mengayuh sepedanya tak tau akan kemana.

saat Jani masih terus mengayuh sepedanya tiba-tiba saja turun Hujan membuatnya berhenti lalu berteduh di sebuah halte bus yang tak begitu ramai. ia duduk sambil memperhatikan air hujan yang terjatuh dan sesekali menghapus air matanya.

Jani sadar betul dirinya tak begitu pintar, dia juga memang terlihat menyedihkan karna sering di bully teman-temannya. rasanya memang tak pantas jika dirinya harus disandingkan bersama Aksara yang pintar, populer dikalangan siswi-siswi di sekolah, belum lagi kakanya seorang dokter keluarganya harmonis berbeda dengan Rinjani bahkan untuk tertidur nyenyak saja Jani lupa rasanya seperti apa.

masa depan Aksara sangat cerah dengan semua yang dimilikinya dan Rinjani? bisa hidup besok saja ia harusnya sudah bersyukur wajar saja jika teman-temannya lebih menyukai hubungan Aksara bersama Ayuni dulu.

Jani terus tertunduk menangisi Dirinya yang rasanya tak pantas untuk siapapun, mungkin memang akan lebih baik jika dirinya sendirian dan tak melibatkan lagi siapapun ke dalam hidupnya, masalahnya, dan dirinya lagi.

Jani mengambil lagi sepedanya lalu pergi membiarkan dirinya di basahi hujan untuk kembali pulang kerumahnya.

saat ia kembali, Jani membuka pintu rumahnya dan terlihat suasana rumah yang ramai karna suara tawa yang terdengar dari ruang makan terlihat ada LIly dan Margaret ikut makan bersama Gibran dan Ayana.

Jani memperhatikan kebahagiaan mereka tanpa mengganggunya ia berjalan memasuki kamarnya dengan baju yang sudah basah kuyup mungkin memang seharusnya ia tak ada disini.

Jani terduduk disamping Ranjangnya sembari memegangi foto kedua orang tuanya "mah, pah gimana ya rasanya di sayang?" Jani tertawa kecil dengan air mata yang tak kunjung berhenti

"jani lupa rasanya..."

*****

"sayang, Rinjani udah berangkat kah?" tanya Ayana saat melihat Gibran keluar dari kamarnya

"jam berapa ini? anak itu kan selalu siang berangkatnya"

"tapi di kamarnya gak ada.."

"iya kali udah berangkat"





Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang