Part 13

12.4K 135 5
                                    

Hujan terus membahasi bumi seolah memvisualisasikan perasaan Rinjani saat ini. Kedua tangannya masih setia dicekal oleh kedua Bodyguard Gibran.

Disamping supir Gibran sibuk memainkan handphone nya ia bahkan tak menoleh ke belakang untuk melihat Rinjani yang terus meronta ingin di lepaskan.

Terdengar suara deru mobil Gibran memasuki mansionnya, Hujan masih terus turun dengan lebatnya. Mobilnya mulai masuk ke dalam garasi.

Rinjani di paksa turun, diseret oleh kedua Bodyguard Gibran ke dalam mansion. "Bawa masuk ke ruang main saya!" Perintah Gibran dibalas anggukan oleh kedua Bodyguard nya

Jani terus terseret karna tak mampu mengimbangi langkah kaki para Bodyguard, dengan putus asa ia menangis, berteriak berharap ada keajaiban datang kepadanya.

Kedua Bodyguard itu menyeret Rinjani hingga berhenti di sebuah ruangan dengan pintu besar yang menjulang tinggi. Rinjani bahkan tak tau itu ruangan apa, selama ia tinggal kenapa ia tak sadar ada ruangan ini.

Salah satu Bodyguard membuka pintu lalu mendorong Rinjani masuk dan menguncinya di dalam.

Rinjani berteriak kencang menggedor-gedorkan pintu ketakutan. Pasalnya ruangan itu gelap tak terlihat apapun, Rinjani memang membenci dan sangat takut kegelapan. Tak ada cahaya sedikitpun.

"Buka!!!! Ka Gibran bukain!! Jani takut" ia terus berteriak hingga suaranya sedikit hilang, air matanya tak pernah berhenti semenjak Gibran berhasil membawanya dari kantor polisi.

Gibran masuk ke dalam kamarnya menenggak segelas wine lalu menelpon beberapa temannya untuk datang kerumah nya.

*****
Jani terus memukuli kepalanya, ia menangis sudah 3 jam lebih. Tak ada yang membuka ruangan itu, Jani berjongkok di samping pintu. Suaranya sudah mulai serak, tenggorokan nya kering karna menangis. Ia tak berani membuka matanya, ia sangat membutuhkan obatnya sekarang.

Terdengar dari luar suara langkah kaki menuju pintu dimana Rinjani terkurung. Gibran menguakkan pintu besar itu lalu menutup kembali pintunya, ia menyalakan lampu. Memperlihatkan Rinjani yang berjongkok menangis.

Gibran menarik kerah baju Rinjani dan mendorongnya kuat membuat beberapa barang di dalam ruangan jatuh berserakan hingga Rinjani tersungkur ke lantai.

Gibran membuka tas Rinjani mengeluarkan semua isinya, melihat itu Rinjani mencoba mengambil obat yang terjatuh namun telapak tangannya di injak oleh Gibran kuat.

"Aaakhhhh, kak sakit" Jani meringis

"Emang sakit! Baru mikir kalo begini sakit?! Kenapa lu ga mikir sakit sebelum lu punya pikiran ke kantor polisi!" ia menendang wajah Rinjani membuatnya terbentur meja.

Gibran mengambil amplop coklat lalu merobek nya, menghempaskan robekan kertas ke wajah Rinjani. "Lu bawa itu jadi barang bukti?! Goblok!" Ia semakin meninggikan suaranya.

Gibran kembali menjambak rambut Rinjani hingga rasanya kulit kepala Jani akan lepas dari tengkoraknya "maksud lu apa mau lapor ke polisi?!"

Rinjani hanya menangis kesakitan. "Jawab!! Ke kantor polisi berani, jawab pertanyaan gua gak bisa?!!" Siksaan demi siksaan terus diterimanya, suara tangis melengking dan jeritan menyayat hati terdengar jelas dari luar ruangan.

Gibran kembali mengunci Rinjani sendirian diruangan itu, Jani hanya tergeletak menangis dan terus menangis dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya.

*****
Beberapa mobil terparkir di halaman mansion, Gibran menyambut beberapa temannya.

"Lucas... Brandon..apa kabar" ia memeluk satu-satu temannya

"Baik.. baik" kedua temannya membalas pelukan Gibran

Rinjani ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang