(2)

423 29 11
                                    

"Waah ternyata kau tertarik buku itu ya ?"

"Ya, Aina Chan ceritanya sanggat bagus."

"Syukurlah, bagaimana ceritanya menurud mu ?"

"Bagus sekali, tapi ..."

"Ee tapi apa ?"

"Cerita ini seperti sanggat familiar rasanya seperti pernah mengalaminya sendiri."

Dazai mendengarkan dengan serius percakapan mereka melalu alat penyadap yg ada di tubuh Aina.
Bagaimana tdk merasakannya, buku itu memang cerita yg di tulis Aina sejak lama cerita hidup (name} dan Dazai.

Dazai memori Flashback

"Dasar anak bodoh! Menikah duluan dengan kriminal!!!"

"(Name) apa kau sudah tidak menganggap ayah dan ibu mu ini ?"

"BUKAN BEGITU IBU AYAH, AK TDK MENCINTAI PILIHAN KALIAN. Lagi pula pernikahan ku dengan Dazai Kun juga terburu buru."

"Gadis sialan!"

Plak

Plak

"PERGI KAU!!!"

••••

"Hiks.... Hiks..."

"Baby, istriku~"

"Ak sanggat terluka, Osamu."

Saat itu ak hanyalah seorang kriminal, mendengar aduan dari sosok yg kusayangi membuat darahku mendidih.

Tanpa pikir perasaan kesayanganku, ak membunuh seluruh keluarganya tanpa ampun.

"APA YG OSAMU LAKUKAN? KENAPA MEMBUNUH MEREKA ?"

Ak melihat air mata yg tumpah di ujung matanya begitu deras, dia sanggat terluka tp ak tak merasakan apa apa. Ak malah membuatnya tertidur selama 1 hari, hanya agar dia melupakan kesedihannya dan berhenti menangis.

Setelah kejadian itu, kesayanganku selalu murung itu membuatku kesal ak memperkosanya berkali kali sampai dia hamil dan frustasi.
Saat itulah ak meminta Aina menggunakan kemampuannya untuk menulis ulang kisah hidupku, artinya ak harus mencari kesayanganku lagi.

End Flashback

Dazai menatap sendu kearah [name], ia sudah tak sabar bisa mendekati sosok yg paling ia cintai.
Dazai lelah sebab sudah berapa kali dia melewati wkt bersama Aina hanya demi gadis itu, sebab itulah Dazai ingin segera bersamanya.

"Oh ya [Name] Chan, besok di luar Yokohama akan ada pasar malam. Apa kau mau ikut ?"

"Aku mau!!!" Jawab ku tanpa rasa ragu.

"Baiklah tunggu ak di cafe ya."

Sore harinya ak sudah bersiap untuk pergi menemui Aina, ak tdk sabar melihat pasar malam. Jarang sekali ak pergi ke sana karena itu ak sanggat antusias.

"AINA CHAN!!!!" Seru ku sambil berlari ke arahnya.

"Sudah siap ?"

Kami pun pergi bersama ke pasar malam menggunakan mobil, ak juga terkejut Aina bs mengemudi.

"Semoga kau lekas bertemu dengannya." Batin Aina.

••••

Mata ku berbinar saat ak melihat banyak lampu warna warni, permainan, makanan dan masih banyak lagi.
Saat ak masuk lebih jauh ak melihat satu benda yg menarik bagi ku, kincir angin.
Entah kenapa benda itu sanggat menarik bagi ku, tanpa sadar pun ak mengambilnya.

Kilatan kilatan aneh muncul dalam benakku, ak seperti melihat sosok anak kecil sedang bermain kincir angin dan sosok dewasa yg sedang duduk di kursi. Tidak jelas siapa tapi sosoknya terasa familiar bagi ku.

"[Name] Chan, ada apa ?"

"Tidak, ada apa apa."

"Kau bisa membawa kincirnya jika kau suka ak akan membayarnya untuk mu."

"Terima kasih."

Kami pun melanjutkan perjalanan, ada banyak permainan yg kami coba hingga tanpa sadar ak terpisah dari Aina karena terlalu antusias.
Ak mencari dalam kebingungan entah ke mana Aina berada.

"Di mana ini, di mana Aina ?"

Ketakutan sampai ak tak sadar menangis, ak tdk tahu jalan pulang itulah masalahnya.

"Aina~" Begitu panggil ku, namun ia tak ku temukan.

Hiks....

"Kenapa menangis, nona ?"

Tanpa melihat ak langsung menerjang pria itu, pria yg bertanya kenapa ak menangis. Ak memeluknya seolah ak memeluk kekasih ku, ak terus menangis sampai ak sadar akibat usapan tangannya pada rambut ku.

Ak melerai pelukan, Ak melihat sekilas sosok pria dengan mantel panjang berwarna hitam tapi saat ak lihat dengan teliti warnanya bukan hitam tp coklat.

"Ma-maaf."
Ak kenal siapa pria ini, dia anggota ADA yg berpapasan dengan ku tempo hari.

Kilatan kilatan ingatan kembali berputar di benakku. Ak seperti melihat sosok yg ku peluk tadi ada dalam ingatan aneh yg menghantui ku.
Ak jadi mengerti sosok itu adalah pria yg kini ada di hadapan ku, tp kenapa dia ada dalam ingatan ku?

"[Name] Chan, syukurlah kau tdk apa apa." Aina memeluk ku dengan erat.

"Eh Dazai San juga ada di sini ?" Tanya Aina sekedar basa basi. "Rencana ku berhasil."

"Ya~ ak hanya ingin jalan jalan."

"Kalau begitu bergabunglah dengan kami ya."

••••

"Hey~ tunggu Aina Chan ka-kau mau ke mana ?" Sebenarnya ak tdk nyaman ada Dazai San di sini, sejak tadi jantung ku berdegub dengan kencang setiap kali mataku hampir mencapai wajahnya.

"Sebentar saja, kalian ngobrol saja dulu.  Bye!"

Suasananya menjadi kembali dingin dn kaku, tidak satupun dari kami yg membuka suara.

"Namamu [Name] kan?"

"I-iya~"

Mahasiswi jurusan psikologi jiwa malah kena mental hanya karena pria bernama Dazai, ak merasa gelisah saat ini.

Kami hanya diam sedangkan Dazai San memperhatikan gerak gerik ku sejak tadi, tangannya terulur mengusap rambut ku dan herannya usapan itu membuat ku lega.

"Jangan hawatir, ak tdk akan menyakiti mu." Ujarnya.

Dari kejauhan Aina hanya bisa menepuk jidatnya, pasalnya dua orang itu tdk ada kemajuan apa apa.

"Astaga! Padahal Dazai Sama dulu sanggat agresif apalagi pada perempuan, lihat dia bertele tele." Keluh Aina. "Apa harus ada adegan ciuman baru tdk bertele tele?" Lanjut Aina.

Tak berlangsung lama, ponselku pun berdering. Yang membuat ku terkejut adalah Aina mengatakan bahwa ia dalam perjalanan pulang dia meninggalkan ku sendirian di sini lalu bagaimana ak akan pulang.

"Ada masalah ?" Tanya Dazai.

Ak beralih menatapnya dn sedikit mengangguk.

"Bagaimana jika pulang bersama ku, lagi pula ini sudah larut ak yakin kau juga tida tahu jalan pulang." Tawar Dazai.

Setelah pertimbangan yg cukup lama, ak pun setuju pulang bersama Dazai. Sepanjang jalan pria itu hanya diam oh jangan lupakan dia memberikan mantel coklatnya padaku dengan alasan udara malam sanggat dingin. Ak heran padanya ia begitu peduli padaku, atau ak hanya merasa dipedulikan.

.













.
Bersambung...

My baby | Dazai X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang