12

741 16 0
                                    

Grand Kremlin Palace, Moscow

Berlokasi diperbukitan milik dari Pangeran Armorial Vladimirsky, istana putih itu dibangun pada tahun 1837. Kemegahannya tidak hanya diluar istana, tapi juga didalam. Sebenarnya jarang sekali pesta dilakukan dikediaman privat milik keluarga kerjaaan, pesta pertama kali diadakan karna sang pangeran agung ingin acara terkesan kekeluargaan serta Pembuktian bahwa dirinya layak menjadi penerus keluarga Vladimirsky.

Dihujani blits dari wartawan, Denaya mengandeng lengan daddy William memasuki istana putih. Gadis itu terpukau dengan keindahan dari dalam istana. Ruangan dominan berwarna putih gading dan emas. Lantai marmer bermotif mewah, langit-langit berwarna emas dengan chandeliers yang berjejer sepanjang ruangan, bahkan kalau denaya tidak salah lihat. Setiap pintu-pintu terbuat dari emas.

Menyapu pandangan kepenjuru ruangan, denaya mengeluh

"Daddy, aku tidak mengenal siapapun disini"

Daddy tersenyum hangat "Nanti, akan daddy kenalkan pada seseorang"

Pria berbaju hitam berbaris dipintu masuk, menggeser para tamu, membuat riuh ruangan tersebut. Pandangan semua orang terpatri pada satu titik. Seorang pria dengan jas hitam mengkilat melangkah memasuki ruangan.

Terdengar bisik-bisik dari sekitar bahwa pria tersebut adalah Pangeran Agung. Pangeran yang membawa kesuksesan besar tanpa bantuan dari ayahnya. Denaya bisa mendengar pujian memuakkan disekitarnya.

Pangeran Agung tersenyum hangat, menyapa setiap tamu yang dilewati. Tidak denaya pungkiri, pangeran yang satu ini sangat berbeda dengan pangeran yang ia kenal. Perawakan tubuh jangkung, dan atletis. Mengingatkan denaya akan kaisar-kaisar pada jaman Romawi yang ia lihat dilukisan.

Pangeran tersebut menangkap tatapan denaya, melangkah semakin dekat sampai tiba dihadapannya. Mengulurkan tangan "Selamat malam Mr. Kasyanov. Dan-"

"Selamat malam Pangeran Agung Armor. Denaya Helge, putriku". Daddy William membalas jabatan tangan tersebut.

Armor mengulurkan tangan kepada denaya, gadis itu menyambutnya. Denaya kira mereka akan bersalaman. Tapi, Pangeran agung mencengkram tangan halus denaya kemudian mengecupnya, singkat. "Denaya Helge. Helge berarti suci". Sembari menatap dalam kepada denaya. Mengangguk hormat kemudian pergi. Meninggalkan banyak komentar dari para tamu yang melihat kejadian tersebut.

Daddy William tersenyum melihat reaksi denaya yang sepertinya terkejut. Sedetik kemudian denaya tersenyum lebar melihat pangeran lainnya memasuki ruangan dan langsung menghampiri dirinya.

Melihat kebahagiaan denaya, george ikut tersenyum "Kau menunggu kedatanganku, princess". Ujar george begitu sampai dihadapannya.

"Percaya diri sekali, aku bahkan tidak tau kau akan hadir dipesta ini"

"Kau sendirian, nak?". Tanya daddy will

"Ya dad, ibu tidak bisa hadir"

"Ibumu? Bahkan ratu inggris juga diundang? Sepertinya pangeran agung itu mencapai sesuatu yang sangat besar". George dan dad will hanya tersenyum mendengar komentar denaya.

"Mari kita duduk". Mereka bertiga berjalan menuju kursi, mengikuti Yuris-asisten daddy William.

Sepanjang langkah menuju kursi untuk keluarga Kasyanov, pandangan orang-orang tidak lepas dari mereka.

"Jujur saja aku senang kau datang pangeran, aku tidak mengenal siapapun disini". Denaya berbisik, namun tetap berjalan dengan menatap kedepan, pandangan denaya tidak sengaja bertemu dengan Pangeran Agung yang duduk dikursi seperti singasana, tempat itu seperti balkoni karna berada lebih tinggi dari lantai yang dipijaki denaya.

DENAYA (+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang