Saat jam makan siang, Nord menghampiri denaya yang telah usai berganti baju. Rupayanya nord menyampaikan suatu pesan pada gadis itu.
Disinilah Denaya sekarang, duduk seorang diri diruangan gavriel. Ditatapnya sebaris makanan diatas meja yang telah diantarkan oleh diora-sekretaris gavriel.
Ck. Lama sekali.
Kemana gavriel, ia tidak suka menunggu.
"Makan saja dulu jika kau sangat lapar, sweetheart"
Gadis itu terkejut, menoleh kearah sumber suara. Gavriel bersedekap bersandar dipintu.
Denaya menelisik "Sejak kapan kau disitu"
Melangkah mendekat "Sejak liurmu hampir menetes melihat makanan"
"Ck.... Lama sekali, aku sudah lapar"
"Makan saja dulu jika kau sangat lapar, sweetheart". Ulang gavriel yang telah duduk disebelahnya
"Aku menunggumu". Jawab denaya, membuat pria itu tersenyum simpul
"Aku sudah berdiri sejak tadi, namun kau terlalu fokus pada mereka". Menunjuk makanan dengan dagunya
Jari gadis itu menyentuh salah satu "Donat coklat itu sangat menggiurkan". Menjilati jarinya yang terkena lelehan coklat.
"Nanti saja diakhir, makanlah ini". Menyuapkan Pelmeni, dumpling khas rusia "Enak?"
Gadis itu mengangguk berkali-kali sembari tersenyum lebar
Gavriel ikut tersenyum "Kau harus menghabiskan ini semua"
Denaya menggeleng "Yang benar saja, banyak sekali"
"Kau telah berjanji pada mommy"
Mata denaya menerawang, mommy Eveline menyuruhnya makanlah apapun yang ia inginkan.
"Mommy mengatakan yang aku inginkan. Kalau begitu aku ingin ini... ini... dan ini saja". Menunjuk donat diakhir
Pria itu mengangguk pasrah.
Tiba-tiba denaya mengeluarkan ipad dari tasnya, setelah itu Denaya menunduk, memeluk benda persegi di dada. Digigitnya bibir dalam sembari berpikir.
Gavriel hanya melihat dengan seksama setiap pergerakan gadis itu.
Menaikkan pandangan ragu-ragu "Em.... Gavriel". Panggilnya pelan
"Ada apa?". Tanya pria itu tidak sabar
Menatap dengan kedua mata penuh harap gadis itu bertanya pelan "Mr. Costatiel. Mau kah kau...... mem... memberikan sedikit saran pada pekerjaanku"
Hening
Pria itu tidak menjawab, hanya menatap datar padanya.
Denaya terdiam dengan cemberut menatap kebawah "Baiklah jika kau tidak mau"
Saat gadis itu berpaling, bibir gavriel berkedut berusaha menahan senyuman. Di naikkannya dagu denaya dengan jari telunjuk.
Gavriel menatapnya gemas "Jangan pernah lakukan hal ini didepan pria lain"
"Hah?"
Terkekeh pelan, gavriel menggeleng dan bertanya "Kau sudah membuat design?". Gadis itu mengangguk riang.
Dengan mengusap alisnya, gavriel melanjutkan "Bayaranku sangat mahal, kau tau"
Denaya tersenyum "Kau lupa sir, kekasihku sangat kaya". Menegakkan tubuh, bertingkah sombong
Dengan terkekeh gavriel mengangguk "Baiklah, perlihatkan padaku"
Ia pun membuka beberapa hasil pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAYA (+)
RomanceDenaya Helge Kasyanov Kakek Denaya, Edward Philip adalah Duke of York, anak ketiga dari Ratu Inggris kedua. Begitu Ratu Inggris kedua yang tak lain adalah ibu dari Edward Philip meninggal. Tahta jatuh kepada Kakak tertua Edward Philip, yaitu Queen W...