09.45 PM
Grand Kremlin Palace
Disebuah ruangan tertutup bernuansa Putih dan Emas, Gavriel duduk dikursi besar dengan ukiran-ukiran, ia tidak mengerti tentang seni, lagipula hanya sebuah kursi. Namun sudah jelas bernilai seni tinggi.
Gavriel mengetukan telunjuknya disisi pegangan kursi yang sedang ia duduki, ada Nord yang berdiri disampingnya. Mereka sedang menunggu kehadiran seseorang.
Gema langkah kaki menjadi perhatian Nord, berbeda dengan Gavriel yang tetap tenang dikursinya.
Akhirnya yang ditunggu telah tiba. Pangeran Agung Armor dari Rusia.
"Waktu ku tidak banyak, 10 menit". Kata Armor yang berdiri menjulang dihadapannya
Gavriel melihat dari ujung mata, Nord membungkukan badan hormat pada Armor.
"Kita akan bicara seperti ini? atau kau menunggu aku melakukan Bow padamu?". Balas Gavriel penuh sarkas
Armor pun mendudukan diri dikursi sebrang Gavriel "Aku harap kedatanganmu memberikan kabar gembira padaku". Tersenyum meremehkan, memajukan tubuh berbisik "Merelakan Denaya, misalnya"
Gavriel mengikuti alur tersebut, kepalanya mengangguk penuh semangat "Kabar gembira". Namun wajahnya berubah serius melanjutkan "Bagiku"
Diayunkan nya jemari sebagai gestur kepada Nord. Sang asisten dengan sigap bergerak, meletakkan sebuah berkas keatas meja berbahan marmer granit.
Armor mengernyit, namun tangannya segera membuka berkas tersebut. Dibacanya dengan seksama, bahkan dua kali ia mengulang untuk memastikan bahwa informasi yang ia lihat benar.
Saat menaikkan pandangan, dilihatnya wajah pongah Gavriel yang tentu saja menunggu reaksinya.
Meskipun terkejut, armor tertawa pelan "Kau mungkin lupa aku siapa, Mr. Costatiel. Selembar kertas sangat mudah untuk dimanipulasi"
Gavriel tidak mengalihkan tatapan, bahkan tubuhnya tidak bergerak sedikitpun saat mengatakan "Bagaimana aku bisa lupa, saat aku sedang duduk di istanamu sekarang. Kau memiliki kuasa, kau bisa memeriksa kebenarannya"
Armor mengeraskan rahang, mencengkram selembar kertas ditangan hingga koyak
"Denaya adalah milikku, sejak dulu". Gavriel berdiri, sembari mengibas belakang jasnya ia berdesis penuh perintah "Jauhi Denaya. Sekalipun kau pemilik negeri ini, aku tidak akan membiarkanmu merebut apa yang menjadi milikku"
Armor hanya bisa menatap kepergian Gavriel
Setelah itu ia berteriak sangat keras "Andy". Suara teriakannya bahkan didengar oleh Gavriel yang masih berada dilorong
Begitu sang asisten dihadapan, dilemparkannya kertas tersebut "Cari tau kebenarannya!"
"Baik, Tuan". Jawab Andy membungkukkan badan padanya
Langkah Gavriel gontai meninggalkan Grand Kremlin memasuki Mercedes benz, tujuannya hanya satu. Kediaman Kasyanov, ia sangat merindukan gadisnya.
Sudah setengah jam Denaya membolak balikan tubuh mencari posisi yang tepat untuk tidur, jam dinding sudah menujukkan pukul 11:20 PM namun ia belum kunjung mengantuk.
Tubuh denaya menegang saat mendengar suara ketukan dari kaca balkon
"sweetheart". Samar-samar ia mendengar panggilan
"Gavriel". Denaya segera turun dari tempat tidur, dibukanya pintu kaca balkon. Yang langsung disambut dengan pelukan hangat dari pria yang sejak tadi ia tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAYA (+)
RomanceDenaya Helge Kasyanov Kakek Denaya, Edward Philip adalah Duke of York, anak ketiga dari Ratu Inggris kedua. Begitu Ratu Inggris kedua yang tak lain adalah ibu dari Edward Philip meninggal. Tahta jatuh kepada Kakak tertua Edward Philip, yaitu Queen W...