30

304 15 0
                                    

Dokter membuka baju Denaya, memeriksa beberapa bagian tubuh, tentu atas perintah Gavriel. Takut jika ada luka yang tak terlihat. Pria itu tidak beranjak setelah meletakkan tubuh Denaya di tempat tidur, bahkan saat dokter memeriksa tubuh gadisnya. 

Gavriel sangat khawatir.

"Tidak ada luka yang berarti, hanya beberapa goresan dibagian wajah, tangan serta kaki". Jelas dokter wanita itu

"Mengapa ia pingsan?". Tanya Gavriel menatap Denaya yang terbaring

"Saya tidak bisa memastikan apapun karna alat yang tidak memadai. Ada dua kemungkinan, kepalanya terbentur atau hanya pingsan karna syok, namun saya dapat memastikan tidak ada tanda cidera serius. Jika tuan tidak puas dengan hasil diagnosa yang saya berikan, tuan bisa membawanya kerumah sakit agar dilakukan CT Scan"

Dokter itu pun pergi diantarkan oleh Nord. Gavriel tak mengalihkan tatapan pada Denaya hingga handphonenya bergetar, menampilkan nama Edward Philip dilayar. Dilangkahkannya kaki menuju balkon kamar, agar tidak menganggu istirahat Denaya.

"Apa yang terjadi?". Tanya Edward begitu panggilan terhubung

"Denaya bersamaku". Jawabnya singkat

Hening

"Kau menyakitinya". Suara pria tua itu penuh kekecewaan

Denaya membuka mata, kepalanya terasa pening. Dilihatnya pakaian yang ia kenakan telah berganti dengan baju tidur. Mendudukkan diri melihat sekitar, Denaya tau berada dimana dia sekarang. Terdengar suara pria dari balkon yang tertutup tirai, itu suara Gavriel. Tak berfikir dua kali, Denaya melangkah keluar kamar.

Ia belum siap bertemu pria itu.

Melewati ruang tengah yang kosong, dengan langkah pasti ia meninggalkan penthouse Gavriel, memasuki lift hingga turun dilantai dasar. Dari lobi apartemen Denaya melihat kearah luar, hujan sedang turun. Haruskah ia menunggu hingga reda, pasti Gavriel menyadari dan menyusulnya.

Sementara gavriel terkejut melihat tempat tidur yang kosong, dibukanya pintu kamar mandi hingga walk in closet.

Kosong

Ia berjalan cepat keruang tengah

"Sweetheart". panggilnya berteriak

"Denaya". masih tidak ada sahutan

Apa Denaya pergi, batinnya.

Gavriel pun memutuskan untuk turun kelantai dasar, begitu keluar dari lift. Matanya menangkap Denaya yang berdiri didepan lobi, gadis itu hanya terdiam dibawah guyuran hujan.

"Denaya". Gavriel berlari mendekati tak peduli hujan membasahi tubuhnya

Gadis itu menangis terisak ditengah hujan

"Kau mau kemana, sweetheart". Gavriel memeluk tubuh Denaya

"Lepaskan aku". Denaya memberontak

Gavriel dapat merasakan tubuh Denaya bergetar didalam rengkuhannya "Aku tidak akan melepaskanmu"

Seketika tubuh Denaya berhenti memberontak, ditatapnya kedua mata Gavriel "Meskipun kau telah bersama selena?". Ujarnya pelan

Benar dugaan gavriel, Denaya melihat ia saat bersama dengan selena diruang kerjanya.

Gavriel membalas tatapan sendu Denaya "Aku tidak bersamanya, aku bersamamu sweetheart"

Denaya menunduk "Meskipun kita sangat kacau?". Bisiknya lirih

"Aku tidak akan melepaskanmu, tidak akan pernah"

Denaya menggeleng terisak, ia berteriak "Kita terlalu kacau"

DENAYA (+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang