Gadis itu terlihat menyandarkan kedua tangan dipinggir balkon, tatapannya menerawang jauh.
"Mommy-"
"Pestanya tidak seru?". Tiba-tiba gavriel berdiri disebelah denaya, ikut bersandar. pria itu memegang gelas tapi berisikan wine.
"Kau juga hadir?". Ujar denaya antusias "Ah bagaimana aku lupa, kau kan juga pebisnis. Pasti pangeran yang sangat agung itu mengundangmu. Tapi mengapa kau tidak mengatakannya padaku tadi sore. Kau dengan siapa?"
Gavriel tersenyum geli "Yang mana yang harus ku jawab, sweetheart"
Senyum itu menular pada denaya "Aku lebih penasaran dengan yang terakhir"
"Aku berdua-"
"Dengan kekasihmu?". Potong denaya cepat
Gavriel tersenyum miring, menatap denaya penuh arti, seakan tau apa yang ada dipikiran gadisnya "Sekarang aku dengan kekasihku". Menaikkan telunjuk kearah denaya.
"Ck... kau ini"
"Jawaban apa yang kau harapkan. Semua orangtau kau kekasihku"
"Tau saja tidak membuat mereka mengerti". Gumam denaya sangat pelan, gavriel mengernyit. Denaya menoleh kemudian tersenyum "Aku kira kau datang bersama selena"
"Aku bersama nord". Gavriel menatap denaya dalam
Mengapa kau harus berpura-pura sekuat ini, sweetheart.
"Selena mengatakan kalian adalah mantan kekasih"
"Aku hanya mengajaknya sekali kepesta"
"Benarkah?". Denaya agak berteriak, terkejut. Kemudian berdehem "Mungkin perlakuanmu yang menjadikan ia menganggap kalian adalah sepasang kekasih"
"Aku hanya bersikap biasa kepadanya"
Denaya menatap sinis "Ucapanmu seperti pria brengsek"
Gavriel tertawa keras menampilkan barisan gigi, hanya gadisnya yang membuat ia tertawa lepas.
"Mau berdansa denganku?". Gavriel mengulurkan tangannya
Denaya meletakkan gelas yang sejak tadi ia genggam, menyambut tangan gavriel dengan senyuman
"Kau adalah pria ketiga yang berdansa denganku malam ini". Kata denaya membalas tatapan gavriel
"Aku melihatnya". Jawab gavriel datar, mencoba tidak menampilkan kekesalannya.
Gavriel membimbing denaya, Memulai gerakan dansa
"Apa yang kepala mungil ini pikirkan, hm?"
Denaya menggeleng pelan "Jangan tanyakan apapun, gavriel". Gadis itu merapatkan diri melingkarkan lengan ke tubuh gavriel, gavriel membalas pelukan. Tangannya menyentuh punggung terbuka denaya.
Lama mereka berpelukan, tidak ada yang ingin melepaskan. Gavriel antara bahagia berada diposisi ini, dan juga resah. Ada yang menganggu pikiran gadisnya.
"Apa George dan Pangeran Agung itu yang membuatmu resah?". Tanya gavriel mencoba menelisik
"George sialan, aku belum makan malam tapi dia sudah menarikku ke lantai dansa. Pangeran Agung itu juga sama, aku terlalu malu mengambil makanan setelah meninggalkannya dilantai dansa".
"Kau lapar?"
"Sangat". Keluh denaya, menghentakkan kakinya
"Tunggu sebentar". Gavriel pergi, kemudian kembali membawa makanan "Habiskan"
Dengan bersemangat denaya memakan tiap suapan, namun berhenti disuapan ke 4
"Habiskan!"
"3 suap sudah cukup, bahkan aku memberi bonus satu suapan tadi". Denya tersenyum geli
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAYA (+)
RomanceDenaya Helge Kasyanov Kakek Denaya, Edward Philip adalah Duke of York, anak ketiga dari Ratu Inggris kedua. Begitu Ratu Inggris kedua yang tak lain adalah ibu dari Edward Philip meninggal. Tahta jatuh kepada Kakak tertua Edward Philip, yaitu Queen W...