15

735 20 0
                                    


Gavriel baru sampai diruangannya, menelfon Chameleon alias Rod

"Kemana denaya pergi"

"Nona menuju Clarences House, kediaman keluarga kerajaan inggris"

Gavriel mengepalkan tangannya saat tau tujuan denaya adalah mendatangi george, ia ingin menghentikannya. Tapi Nord telah masuk kedalam ruangannya dengan ipad ditangan. Tadi pagi gavriel sudah menunda rapat, tidak mungkin ia menunda untuk kedua kalinya tanpa alasan yang jelas.

"Rapat telah dimulai 15 menit yang lalu, Sir". Ujar nord didepan pintu

"Berikan aku 2 menit". Jawab gavriel singkat. Nord pun mengundurkan diri.

Gavriel mendekati meja bar, memasukkan 3 butir es kedalam gelas dan menuangkan vodka. Dalam sekali tenggakan minuman alkohol itu tandas. Kemudian ia melangkah memasuki ruang rapat.

Denaya berada disalah satu cafe yang tidak jauh dari Clarences House, ia berencana minum kopi terlebih dahulu. Saat mendekati sore baru ia pergi ke kediaman keluarga kerajaan inggris tersebut.

Gadis itu memasuki cafe, sepi. Hanya ada 2 pengunjung lainnya. Setelah memesan, denaya membawa Caramel Machiato kesalah satu kursi dipojok yang menampilkan pemandangan langsung jalan raya.

"Apa gavriel yakin menjadikan Rod asistenku". Gadis itu bergumam sendiri, teringat ucapan gavriel yang mengatakan bahwa Rod bisa merangkap menjadi asisten manajer serta bodyguard untuk dirinya. Karna tidak punya pilihan lain, denaya mengiyakan. Lagipula ia tidak punya waktu untuk mencari asisten manajer, ia harus fokus pada pemilihan untuk ikut dalam daftar runway di Paris Fasion Week.

Terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, denaya tidak menyadari sejak tadi banyak pria berbaju hitam berlalu lalang mengosongkan cafe. Denaya tersadar saat melihat 2 pengunjung tadi telah tidak ada, digantikan dengan seorang pria yang ia kenal berjalan dengan gagahnya kearah dirinya.

"Dia memiliki aura seorang Raja". Gumamnya pelan menatap pria yang semakin dekat

"Aku memang setampan itu". Ujar Armor tersenyum dihadapan denaya

Denaya memutar bola matanya "Apa yang kau lakukan disini?". Jawaban denaya terdengar kesal

"Itu tidak sopan, Printsessa". Melihat kelakuan denaya "Jangan lakukan lagi"

"Inilah yang membuatku tidak suka dengan kerajaan". Gumamnya pelan yang masih terdengar oleh Armor

Armor menggeleng pelan "Minum kopi tentunya". Menunjuk dengan dagu, pelayan yang mengantarkan kopi untuk armor.

Denaya tidak heran, kopi untuk pangeran memang harus diantarkan.

"Kau bisa minum di istana, kenapa repot-repot ke cafe murahan". Membalas tatapan armor

"Karna aku ingin minum berdua denganmu". Meneguk kopinya sedikit, namun tatapannya masih tidak lepas dari denaya

"Darimana kau tau aku disini, kau menguntitku?". Memicing melihat armor

Armor mencondongkan wajahnya "Aku melindungi calon ratuku". Berbisik tepat diwajah denaya.

Wajah mereka sangat dekat. Denaya tidak menghindar, ia tidak ingin dipandang remeh. Namun jujur saja ia merinding mendengar suara pria itu "Aku bukan calon ratumu, dan aku tidak butuh dilindungi"

Gadis pemberani, mari kita lihat sampai dimana keberanianmu. batin Armor.

Tanpa merubah posisi, Armor menjawab "Benar, karna kekasihmu telah melindungi dirimu dengan sangat baik".

"Apa maksudmu?". Menajamkan tatapan

Armor menggertak denaya dengan memajukan wajahnya tiba-tiba, tentu denaya menghindar, kalau tidak bibir mereka bisa saja bersentuhan.

DENAYA (+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang