28

269 15 0
                                    


Hari sudah mulai gelap semenjak Denaya dan George duduk bersama. Saat itulah Armor datang setelah menyelesaikan pekerjaan.

Bandos Night Club terlihat cukup ramai menjelang malam hari, tidak butuh waktu lama mencari Denaya. Gadis itu duduk dikursi VIP bagian atas bersama dengan George.

Melewati penjagaan didekat tangga, ia melangkahkan kaki mendekati meja bar, kedua orang itu tidak terlihat mabuk. Namun denaya terlihat murung. George langsung menatapnya tajam saat ia duduk dikursi sebelah denaya.

"Apa yang kau lakukan disini". George terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya

Mengindikkan bahu menjawab "Aku tidak ada urusan denganmu"

Sementara denaya menoleh sekali menatap Armor, tidak ada sambutan spesial. Karna memang Denaya tidak mengharapkan Armor yang datang.

Lalu siapa yang kau harapkan, Denaya? Sibrengsek itu?

"Kau butuh teman minum, printsessa?". Bertanya dengan lembut

"Sudah ada George menemaniku. Lagipula sebanyak apapun yang ku minum, aku tak kunjung mabuk". Meneguk kembali wine yang entah sudah gelas keberapa

Belum sempat Armor menjawab. George yang mendengar penuturan denaya merasa bangga menimpali

"Heh. Kau dengar Pangeran Agung. Ia tidak mengharapkanmu, aku saja sebagai temannya sudah cukup"

Armor mulai terpancing "Lebih baik kau selesaikan tugas negaramu daripada mabuk-mabukan disini. Kau sangat bodoh dengan penjagaan yang tidak seberapa itu, wartawan bisa saja menerobos lalu memotret kalian". menunjuk para bodyguard di tangga

"Brengsek". George berdiri mencengkram kerah kemeja Armor

Tanpa kesulitan Armor menepis cengkraman tersebut, George sampai terhuyung menahan diri agar tetap seimbang.

Denaya tersenyum miring melihat tontonan dihadapannya.

Pangeran Agung itu memperbaiki kemeja yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali setelah kejadian barusan "Aku tidak peduli jika wartawan menghancurkan dirimu. Hanya denaya yang ku khawatirkan"

"Bagaimana dengan dirimu, kalau begitu kau juga pergi. Selesaikan tugas negaramu". Jawab George kembali duduk

Armor tersenyum pongah "Aku sedang melakukan tugas, melindungi calon ratuku". Menatap Denaya yang juga sedang menatap dirinya

Gadis itu tidak bereaksi, masalahnya tidak sebanding dengan pertengakaran kedua pangeran bodoh ini

George berdecih malas "Denaya tidak ingin menjadi ratu untuk istanamu"

"Denaya juga tidak ingin bersamamu". Sindir Armor

Mereka hanya saling menatap tajam beberapa saat hingga george memanggil bartender, lalu kembali menatap seakan mencemooh pada Armor.

"Kau menantangku?". Tanya Armor melihat 5 botol vodka yang telah berbaris dimeja mereka

Tersenyum miring "Kau takut?"

"Vodka adalah minuman sehari-hari bagiku". Armor terlihat sangat santai.

Denaya mulai menyukai situasi saat ini, setidaknya kebodohan kedua pangeran beda negara ini dapat membantunya melupakan gavriel. Ia pun berinisiatif membuka botol, dan menuangkan kedalam gelas mereka berdua.

"Kalian akan minum sepuasnya hingga mabuk?". Denaya bertanya "Tidak ada game?"

"Game?". Sahut Armor

George mencemooh "Ku rasa dia tidak pernah minum dengan teman-temannya". Ditujukan pada Armor

DENAYA (+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang