5 menit berkendara,
Handphonenya berdering, menampilkan nama Daddy William dilayar. Mereka pasti telah menyadari dirinya telah kabur dari mansion. Denaya hanya melirik sekali tanpa berniat menjawab, hingga dering tersebut berhenti dengan sendirinya.
Tak berselang lama, handphonenya berdering kembali. Kali ini hanya nomer tanpa nama.
Diliriknya kaca spion. Sial, ada beberapa mobil mengikutinya. Sudah pasti utusan Daddy William.
Denaya memutuskan untuk menelfon Gavriel. Namun tidak diangkat.
"Gavriel tolong aku. Armor dan daddy akan mengurungku diistana, aku diperjalanan menuju kantor. banyak sekali bodyguard Daddy mengikutiku"
Itu adalah pesan yang ditinggalkan Denaya.
Diliriknya kaca spion, Mobil mereka semakin dekat.
Denaya mendengus melempar handphonenya ke dashboard, kembali fokus mengemudi. Saat akan berbelok. Kecepatan mobil malah bertambah secara tiba tiba, denaya sampai tersentak karna terdorong. ia mencoba menekan pedal brake, namun tidak bekerja.
"Shit. Carera kau kenapa". Denaya mulai panik, ia tidak bisa mengendalikan mobilnya. Melihat kaca spion, mobil yang mengikutinya bahkan tertinggal jauh.
Meneguk saliva susah payah "Berpikir denaya, ayo berpikir". denaya terus menekan pedal brake berharap mobil ini berhenti, haruskan ia melompat? Atau membenturkan mobil ini?
Tidak mungkin. Dengan kecepatan tinggi, mobil yang terbentur bisa saja meledak didetik berikutnya. Pasti denaya akan mati.
Luka ditelapak tangannya bahkan kembali berdarah karna terlalu kuat mencengkram stir. Denaya mulai menangis "Mommy...."
Handphone denaya berbunyi lagi, dengan cepat gadis itu mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menelfon
"Printsessa-"
"Siapapun, tolong aku..". ujar denaya histeris berderai air mata
"Apa yang terjadi?". Tanya armor terkejut mendengar denaya yang menangis "Pelankan mobilnya Printsessa"
"A-armor?". Sial, ia kira Gavriel yang menelfon "M-mobilku... aku tidak bisa mengendalikannya. Tolong aku armor..." Denaya seketika lupa jika ia sedang kabur dari Pangeran itu.
"Tenanglah printsessa. Aku akan menolongmu. Jangan matikan telfonnya"
Denaya tidak menjawab, ia hanya menangis fokus pada jalanan mencoba menghindari setiap mobil yang hampir ia tabrak
"Lacak keberadaan nomer yang sedang menelfonku. Tim A ikut aku, kita lakukan penyelamatan". Ujar armor, entah dengan siapa ia berbicara
Tiba-tiba Denaya melihat seseorang bermotor mencoba merapat kemobil yang sedang melaju.
"Rod...". Denaya berteriak, membuka kaca jendela. Sedetik kemudian jendela itu kembali tertutup. Denaya menggeleng lemah kepada Rod, tidak bisa. Jendelanya tidak bisa dibuka.
Denaya berteriak histeris saat Rod melepaskan 2 tembakan dikaca jendela dibarisan belakang, dan dengan sekali lompatan ia berhasil masuk kedalam mobil denaya.
"Nona tenanglah". Mengguncang bahu denaya, gadis itu terlalu panik hingga melepas stir. Beruntung rod dengan cepat mengambil alih "Nona pindahlah kesamping". Ujar Rod melompat kekursi kemudi.
Mata pria itu bergantian antara melihat jalan dan juga ponsel ditangan. Terdengar umpatan dari rod, sepertinya ia juga kewalahan mengatasi mobil ini.
"Tidak bisa, boss. Mobil ini diretas"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAYA (+)
RomanceDenaya Helge Kasyanov Kakek Denaya, Edward Philip adalah Duke of York, anak ketiga dari Ratu Inggris kedua. Begitu Ratu Inggris kedua yang tak lain adalah ibu dari Edward Philip meninggal. Tahta jatuh kepada Kakak tertua Edward Philip, yaitu Queen W...