26

598 13 0
                                    


Setelah terbangun dari tidur siang didada gavriel, sore harinya denaya diantar pulang oleh pria itu.

Melihat cuaca sore yang cerah, begitu sampai dimansion. Denaya berenang seorang diri.

Ia terkejut saat melihat leon duduk termenung dikursi santai

"Brother". Panggilnya

Leon tersentak dari lamunan, kemudian ia tersenyum

Denaya mengernyit "Ada apa?". berenang ketepi mendekati leon

"Kapan kau bisa mengunjungi asha"

"Asha baik-baik saja kan?". Tanya denaya khawatir

Brothernya mengangguk yakin "Mungkin dia bisa lebih baik jika kau memaafkannya"

"Sekarang". Denaya keluar dari kolam renang "Aku akan kesana sekarang". Mengambil handuk ia menatap leon "Kau menemaniku kan?"

Leon menyusul berdiri "Tentu saja"

Denaya keluar dari apartemen asha saat matahari sudah gelap, ia berniat pergi ke kediaman grandad. Dan kebetulan george menelfon, pangeran itu berkata akan menjemputnya.

5 menit denaya berdiri menunggu, hampir saja ia menelfon leon untuk minta diantarkan. Sebelum Rolls Royce berhenti tepat di depan pintu lobi apartemen,

George melihat gadis itu berdiri seorang diri. Melihat wajah denaya yang tidak bersahabat, Dengan cepat ia menghampiri "Maafkan aku princess"

"it's oke, aku tau pangeran sepertimu pasti sangat sibuk". George mengangguk sekali "Kakiku pegal menunggumu". Berjalan cepat menuju mobil

George membukakan pintu mobil untuk denaya, dan mobilpun melaju sepanjang perjalanan menuju kediaman Philip.

George membuka percakapan "Apa yang kau lakukan di Opera House Apart?"

"Mengunjungi Asha". Denaya menatap lurus jalanan

"Dia tinggal di Opera House?"

Gadis itu mengangguk tanpa bersuara

"Kau marah padaku? karna terlambat menjemputmu?"

Kali ini denaya menoleh, menatap george yang juga menatapnya bergantian sesekali kearah jalanan didepan.

Hening beberapa saat, hingga denaya melontarkan pernyataan tidak terduga

"Berikan aku pendapatmu tentang, seseorang yang memanfaatkan hubungan pertemanan dan menjadikannya alasan untuk mendapatkan seseorang yang ia inginkan—"

Ciitt........

George menekan pedal break secara tiba-tiba, beruntung denaya sigap menahan kedua tangannya di dashboard

"Kau!". Berteriak kesal

George menatapnya penuh arti

Seperti tertangkap basah, denaya melanjutkan dengan gugup "Aku tidak—mengatakan menikah atau apapun. Hanya— menyatakan kata Su-ka mungkin"

"Siapa yang kau maksud?". George menelisik

"Kenapa kau begitu serius, aku hanya meminta pendapat bukan berarti itu terjadi padaku". berusaha tidak menatap george

George meraih bahu denaya "Kau tidak bisa membohongiku, jadi selama ini kau tau?"

Denaya mengernyit "Selama ini?". Ia menggeleng "Baru tadi pagi Armor mengajakku berteman". Ujarnya pelan

"Armor?".

Denaya mengangguk sekali

George terdiam, wajahnya berubah datar. Membuang tatapan pada jalanan, ia kembali melajukan mobil.

DENAYA (+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang