26

2.6K 565 269
                                    

"Aku ... hamil?"

Sang Kaisar mengangguk dengan tatapan Wonyoung yang bingung. Berita mengejutkan ini lebih dulu tersebar ke seluruh istana, mungkin juga sudah sampai ke telinga para bangsawan lain. Tinggal menunggu perusahaan surat kabar yang mencetak dan menyebarkan ke seluruh rakyat Jongdae.

"Aku hamil ... " Wonyoung meraba perutnya.

"Ini mungkin menakutkan karena ini kehamilan pertamamu. Tapi, aku mohon janganlah stress. Pikirkan saja kesehatan kalian berdua." Jaehyun membungkuk dan memeluk Wonyoung dengan erat.

Jaehyun bisa merasakan tangan selirnya yang gemetar di lengannya, dia memberi usapan di punggung wanita itu.

Selama ini Jaehyun selalu menginginkan seorang buah hati, dan dia ingin sekali menjadi seorang ayah. Selain membutuhkan penerus takhta, memiliki keluarga yang bahagia adalah impianny.

Lalu bagaimana bisa orang yang baru sebulan bersamanya bisa memberikannya kebahagiaan seperti ini? Tapi terlepas dari rasa bahagianya, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Jaehyun. Memiliki kabar ini memang membuatnya bahagia, namun perasaan terdalamnya tertuju kepada Junkyu.

'Andai saja yang mengandung anakku adalah kamu, Junkyu.' batinnya.

Anak - anak dari selir tidak akan bisa menjadi penerus takhta.

Namun walau begitu, Jaehyun berjanji tetap akan memberikan kasih sayang yang adil pada anak - anaknya kelak. Tidak ada perbedaan antara anak berdarah bangsawan dan dari rakyat biasa seperti Wonyoung.

"Yang Mulia, anak kita akan lahir menjadi Pangeran atau Putri yang manis disini." Wonyoung menunjuk perutnya dan bersender pada bahu Jaehyun. Ekspresi bahagianya melebihi terangnya lampu sihir yang menggantung di langit kamar. Namun, para pelayan istana yang sedang memasukkan barang - barang baru keperluan kehamilan seketika menengok dengan tatapan sedikit sinis pada Wonyoung.

Jaehyun juga sama kagetnya, namun dia memberikan tatapan mengusir kepada pelayan itu.

"Bukankah ini luar biasa?" Ucap Wonyoung terharu sambil mengusap air mata bahagianya, mengelus lembut perutnya.

"Wonyoung, bayi yang ada didalam kandunganmu," Ekspresi Jaehyun berubah serius. "Tidak akan menjadi Pangeran atau Putri Kerajaan."

Wonyoung menegakkan tubuhnya dan melepaskan tangan Jaehyun di pundaknya dengan tatapan tidak mengerti. "Maksudnya ... i - ini kan anak Yang Muli! Bukannya dia akan menjadi Pangeran atau Putri?"

Jaehyun mencoba bersabar karena bagaimanapun Wonyoung baru tinggal sebulan di istana dan belum diberi pelajaran dasar keluarga kerajaan dan kekaisaran.

"Hanya anak dari Permaisuri saja yang bisa mendapat gelar Pangeran atau Putri Mahkota." Jaehyun menjelaskan dengan guratan rasa tidak tega.

Wonyoung mencengkram baju Jaehyun dan menggigit bibir bawahnya menahan isak.

"K - kalau begitu, anakku ... ?"

"Anak itu tetap akan diberi gelar bangsawan dengan gelar tinggi dan diperlakukan selayaknya keluarga kerajaan. Jadi, kau tidak perlu khawatir." Jaehyun tersenyum malang dan mengusap pipi sembab itu.

Wonyoung menangkis tangan Jaehyun.
"Aneh ... sangat aneh! Bukankah anak ini memiliki darah Yang Mulia juga? Kenapa hanya anak Permaisuri saja yang bisa menjadi Pangeran dan Putri?"

Jaehyun menghembuskan nafas.
"Hukumnya sudah seperti itu ... "

"Hukum yang tidak masuk akal. Yang Mulia tidak bisa mengubahnya? Kenapa bayi Wonyoung harus mengalami ini hanya karena Permaisuri belum hamil juga? Permaisuri belum tentu akan bisa hamil."

Remarried Empress (Harukyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang