Extra part

48 4 0
                                    

Jangan lupa vote!
























Semua impiannya tercapai disaat dirinya sudah berbaring di balik tanah coklat.
-Berbeda-

































Happy reading...










































Keadaan duka masih menyelimuti hati Rama, sudah hampir satu bulan kepergian Risa namun dirinya masih belum seikhlas itu untuk menerima semua yang sudah terjadi. Rama menatap foto Risa yang sedang tersenyum sambil memegang buket, foto dimana Risa yang baru saja selesai melaksanakan sidang skripsi bulan kemarin.

Rama sudah tidak tinggal di kostan lagi, kini dia tinggal di rumah yang letaknya tak jauh dari taman bunga mawar putih miliknya atau lebih tepatnya milik Risa. Di rumah ini Rama tidak sendirian, dia tinggal bersama ibu, bapak, serta Athaya.

Ya, Rama membawa Athaya untuk tinggal bersama dengannya. Budhe Echa sesekali mampir untuk menjenguk Athaya. Sedangkan adik Rama harus bolak balik setiap minggunya dari Sumedang ke Bandung, karena Rista sudah menginjak kelas 3 SMA dan Rista tidak bisa mengajukan surat untuk pindah sekolah lagi pun dirinya sangat malas jika harus mengulang dan menyesuaikan diri di lingkungan sekolah baru.

Rama juga memegang buku dairy milik Risa, Rama baru saja selesai membaca semua isi diary milik Risa. Air mata tak terbendung saat membacanya, sesakit itu kah Risa? Sampai Rama pun tak mengetahui bahwa Risa mengalami kerusakan pada jantungnya.

Pintu kamar Rama terketuk namun Rama tak beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu kamar. Enggan rasanya, dunianya pergi sesaat Rama telah mewujudkan salah satu wishlist itu. Apakah jika wishlist itu tidak di wujudkan Risa akan tetap disini? Jawabannya sudah pasti tidak, karena kerusakan pada jantung Risa sangat parah dan tidak ada waktu banyak untuk mencarikan donor jantung.

Pintu kamar Rama pun terbuka, Refal masuk kedalam kamar Rama bersama Fikri, Fadilah, Melly, Uga, Kevin, Gibran, dan Daniel. Refal melihat Rama yang masih setia menatap foto kakaknya seolah tak menyadari kehadiran dirinya dengan yang lain, mereka pun berjalan dan mendekat ke arah Rama. Refal duduk disamping kakak iparnya.

"Kak Rama" panggil Refal.

Rama hanya menatap mereka sekilas lalu fokus kembali menatap foto Risa. Semua yang melihat Rama pun tak tega, mereka tau Rama belum seikhlas itu begitupun dengan mereka. Namun, jika mereka terpuruk terus Risa pasti sedih melihatnya apalagi jika itu Rama.

"Ram, lo gak boleh kayak gini terus lo gak kasian sama Risa pasti Risa juga sedih ngeliat lo" ucap Fikri.

Rama menaruh foto dan diary Risa diatas nakas, Rama beralih menatap Fikri yang juga menatapnya.

"Lo pikir ikhlas itu gampang?" Tanya Rama dengan sedikit emosi.

"Iya bro gue tau ikhlas gak semudah itu tapi kalau lo gak nyoba belajar lo gak bakal ikhlas" jawab Fikri.

"Bener Ram kata Fikri, nih lo bisa kan dateng minggu depan?" Timpal Fadilah seraya memberikan paper bag pada Rama.

Rama menerima dan membuka paper bag tersebut ternyata berisi sebuah baju toga lengkap dengan topi serta selempang. Rama mengeluarkan baju toga, topi, serta selempang tersebut dari dalam paper bag.

"Gantiin Risa Minggu depan di acara sidang senat terbuka sarjana psikolog dan dkv" ucap Fadilah saat Rama memegangi selempang yang terukir nama Risa beserta gelarnya disana.

Berbeda ( Kisah Gadis Lemah dengan Senyuman Sejuta Luka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang