04 | putu ayu

778 104 134
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas pagi ketika Ghea melangkah ke parkiran bersama sahabatnya, Lav. Hari ini sekolah dibubarkan lebih awal, karena kegiatan hanya diisi oleh istighosah alias doa bersama agar kegiatan ujian anak kelas dua belas bisa berjalan lancar.

Hal itu pula lah yang bikin seluruh anak kelas dua belas diharuskan memakai baju muslim, termasuk Ghea. Saat ini Ghea memakai blouse biru muda dipadu rok tartan berwarna putih yang senada dengan kerudung pashmina putihnya. Make up tipis ia sapukan di wajahnya, hingga pagi itu Ghea kelihatan lebih beda dari biasanya. Nah karena menyadari outfit-nya hari ini sudah terlihat anggun, Ghea absen dulu menyetir motornya dan memilih untuk nebeng aja.

"Penampilan lo yang begini ..." Lav menggantungkan kalimatnya sembari menatap Ghea yang tengah memakai seatbelt-nya. Lav masih saja dibuat terpana ketika ingat bagaimana Ghea—cewek yang terkenal urakan—datang dengan setelan muslim tadi pagi.

"Kenapa? Pasti orang mengira gue adalah ughtea titisan malaikat yang berhati mulia, bertutur kata lembut, suci dan bersih dari segala dosa dunia—"

"Siapa yang bakal percaya hoax begitu?" Lav ketawa saat ia mendapat geplakan di lengan diikuti dengusan keras dari Ghea. Cewek itu melajukan mobilnya pelan, mengingat dia baru saja mendapatkan sim bulan lalu.

"Tapi asli dah lo beda banget kalo begini ... kayak lebih beradab aja."

"Emang biasanya begimana?" Ghea jadi sewot, dikit.

"Kayak wayang kulit kesurupan."

"Babi hutan!"

Ghea mengabaikan Lav yang menertawainya. Berhubung dari pagi dia memang banyak mendapat tatap kagum dari banyak pasang mata, juga panen pujian dari para lelaki—fyi aja, gini-gini Ghea punya klub fanboy yang bersedia melakukan apa saja untuknya. Mau Ghea suruh mereka berlutut dan memanggilnya Baginda Ratu, tidak pakai pikir panjang, koloni lelaki itu akan langsung melakukannya di tempat—sepertinya belum afdhol jika Ghea tidak membagikan look dirinya hari ini.

Maka dari itu, Ghea mulai mencari angle yang tepat sembari cekrak-cekrek untuk membingkai wajah paripurnanya. Cewek itu memilih satu dari sekian banyak foto selfie yang dia potret untuk di-upload di Insankgram pribadinya. Followers-nya sudah lumayan banyak, setidaknya ada delapan ratus ribu orang yang mengetahui kalau ada manusia bernama Gheana Ashaliya yang hidup dan bernapas di dunia ini.

morning bagi jiwa-jiwa tersesat! gue mau pergi menjenguk ayang duluu. 

Setelah mengetikkan caption tersebut, Ghea menekan opsi unggah. Cewek itu masih menunggu postingannya dimuat ketika Lav nyeletuk.

"What's our plan for today? Oh iya, kita diundang acara ulang tahun Jesselyn ntar malem, join kaga? Mayan party-party."

"Sekip, gue lagi nggak mood ajep-ajep." Sahut Ghea tanpa menoleh, memperhatikan postingannya yang masih loading, sinyal di jalan memang buruk.

"Yah, nggak asik lo!" Lav berdecak. "Sekarang kita mau ke mana?"

"Biasa."

"Apaan?!" Lav menoleh horror. "Jangan bilang lo mau ngapelin ayang lo yang tukang fotokopi itu?"

"Gitu-gitu dia cakep dan berbudi luhur."

"Kalo dia emang berbudi luhur, udah dari jaman jebot lo yang naksir setengah sinting ini dia pacarin. Bukannya malah diusir dengan penuh emosi."

"Jangan sekalian ngumbar aib dong, Neng! Gue pelintir juga ntar cocot lo."

"Lagian udah berkali-kali ditolak masih aja ngotot mendekat. Dari situ lo harusnya paham."

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang