53 | infatuation

529 61 124
                                    

Mobil berwarna silver itu terus melaju mengikuti mobil di depannya yang dikemudikan secara ugal-ugalan. Menyalip truk-truk besar seolah punya nyawa sembilan. Tidak ada keraguan dalam injakan gas-nya.

Regio membelalakkan matanya ketika mobil yang ia ikuti membanting setir ke kanan demi menghindari truk lain yang melaju cepat ke arahnya. Mobil tersebut berakhir menabrak batang pohon besar yang berjejer di pinggir jalan.

Beruntung bagian depannya saja yang penyok, pengemudinya keluar dengan memegangi kepalanya. Pelipisnya berdarah namun masih terlihat baik dengan kesadaran yang cukup terjaga.

Regio memarkirkan mobilnya tepat di depan mobil yang sudah berasap itu. Keluar lalu menghampiri Elan yang masih mengerjapkan matanya.

"Kalo gak bisa nyetir tuh jangan sok balapan di jalan anying!" Tidak ada kekhawatiran maupun pertanyaan untuk memastikan kondisi Elan, Regio menyapa dengan umpatan. "Pake segala nyalip-nyalip lo pikir lo titisan Valentino Rossi?!"

Elan tidak punya waktu untuk menanggapi omelan Regio. Ia memilih berjalan lurus melewati Regio begitu saja. Langkahnya terseok namun Elan ingat ia tidak punya banyak waktu tersisa. Ghea pasti sedang dalam bahaya sekarang.

Regio yang melihatnya langsung berdecak, ia kembali masuk ke dalam mobil lalu mengejar Elan. Menghadang langkah cowok itu.

"Naik." titahnya dari balik kaca mobil.

Elan hanya meliriknya sekilas, hendak melipir lagi. Regio hilang kesabaran karenanya.

"Selagi lo jalan kayak siput gini, bisa aja Katisha udah ngapa-ngapain Ghea."

Mungkin kalimatnya berhasil menakuti Elan hingga cowok itu masuk dan duduk di sebelahnya. Tanpa mengucapkan sepatah kalimat lagi, Regio melajukan mobilnya.

"Ke mana?"

"Delrmaga." sahut Elan singkat.

Tidak ada yang bicara lagi setelahnya. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu seolah menjawab semua teka-teki di kepala Elan, Regio mulai menjelaskan duluan.

"Gue ngikutin mobil lo dari awal keluar dari parkiran venue tadi." Regio menyalip mobil yang berjalan lambat di depannya. Ia memang datang ke pesta pernikahan Lentera dan Jessica.

Setelah memberi selamat pada pengantin baru itu, ia tidak sengaja melihat Elan kalang-kabut mencari Ghea hingga ia memutuskan untuk mengikuti cowok itu sampai ke sini.

"Gue udah telepon Naya buat mampir ke rumah Ghea. Tapi dia bilang Ghea nggak ada di rumah."

Elan mengepalkan kedua tangannya di atas lutut. Tidak memperhatikan bahwa Regio mengamati perubahan emosi di wajahnya.

"Omong-omong, Bang Tera udah cerita semuanya ke gue."

Dari ekor matanya, Regio tahu Elan terkejut dengan kepala sedikit tersentak.

"Kenapa lo nggak cerita, goblok!" Jika Regio tidak sedang menyetir, sudah ia pastikan bogeman mentah mendarat di wajah Elan sekarang. Ingin sekali ia membuat wajah Elan babak-belur karena ketololan cowok itu.

"Ngaca, Yo. Lo sama Dewa juga kaga kasih tau gue soal apapun telrmasuk Dewa yang menjalin hubungan sama Katisha! Se-nggak penting itu kah gue di mata kalian?"

"Lo juga sama aja, bego! Apa pernah lo cerita ke kita siapa pacar lo sejak awal?"

Elan berhasil dibikin bungkam dengan pertanyaan itu, Memang benar, ia tidak memberitahukan pada mereka. Ini semua karena Jessica yang waktu itu masih mengejar-ngejar dirinya seperti anjing galak.

"Lo tau sendilri kondisinya gimana waktu itu."

Ya, untuk yang satu itu, Regio bisa memahaminya.

"Yaudah berarti kita impas!"

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang