05 | sugar baby

732 101 109
                                    

Ghea tidak tau, entah karena rasa kesalnya begitu membuncah atau karena kerlingan genit cewek di depan Regio yang membuat darahnya seketika mendidih. Bisa jadi mungkin kedua alasan itulah yang memicu kedua kakinya melangkah begitu cepat mendekati dua sejoli yang masih asyik mengobrol itu.

Hampir saja Ghea tersandung langkahnya sendiri, selain karena rok panjang yang ia kenakan, juga karena matanya menangkap jelas pergerakan jemari lentik yang berani-beraninya mendarat sempurna di lengan Regio. Dengan sekali lihat, Ghea paham betul jika cewek itu sedang melancarkan modusnya. Trik-trik murahan seperti itu sudah Ghea hafal di luar kepala.

Selama hampir dua tahun mengagumi sosok Regio, hati Ghea seakan sudah terlatih saat melihat cowok itu bersama wanita lain. Sejauh yang ia ingat, Regio baru putus dari mantannya sejak tiga bulan lalu. Baru saja Ghea senang karena saingannya berkurang satu, sekarang sudah ada wanita ular lainnya yang menjadi saingan Ghea untuk mendapatkan hati Ayang Jio-nya.

Sebelum terlambat, Ghea harus menyingkirkan belatung nangka itu secepatnya. Maka setelah merapikan kerudungnya, Ghea berjalan anggunly mendekati Regio dan cewek yang memakai pakaian serba mini itu. Cih, rok-nya saja lebih pendek dari akhlak Ghea.

"Pakaian tertutup atau syar'i itu lebih indah dibandingkan dengan pakaian yang jahitannya kurang." Ghea mengucapkan kalimat itu dengan nada lantang sembari duduk di bangku besi jalanan yang terletak tak jauh dari posisi Regio berdiri.

Sontak suara Ghea membikin perhatian dua orang itu tertuju padanya. Ghea menyadarinya, namun cewek itu sengaja sok sibuk menggulir layar ponselnya.

"Tidak perlu bangga berpakaian mahal jika pakaian itu membuat kamu nampak murah." Kali ini, Ghea sengaja mengibaskan rok tartan-nya. Seakan menunjukkan gaya berpakaiannya hari ini. Kalau pagi tadi Ghea sempat ngomel-ngomel pada Bunda karena memaksanya memakai rok, sekarang Ghea malah sangat bersyukur karena hal ini bisa jadi alasan untuknya melancarkan muslihat.

"Excuse me, lo lagi nyindir gue ya?"

Ghea mengangkat wajah dari ponsel, menatap perempuan yang saat ini tengah mendelik tak suka padanya. Ghea sempat melambai genit pada Regio yang juga menatapnya sebelum tersenyum sok manis pada cewek di sebelahnya. "Maaf Kak, saya cuma lagi menghafal materi PAI tentang adab berpakaian."

"Oh."

"Umar Bin Khattab pernah berkata aku memikirkan tentang semua pakaian, akan tetapi aku tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada taqwa."

Lama-lama, cewek yang bersama Regio itu terlihat sedikit terusik dengan kalimat-kalimat Ghea. Ia membenarkan rok-nya dengan gelagat tidak nyaman.

"Walaupun sama-sama perempuan, tetapi pakaian kuntilanak jauh lebih sopan daripada pakaian wanita jaman sekarang."

Ghea melirik ke sebelah, memperhatikan bagaimana cewek itu sudah sepenuhnya merasa risih sampai buru-buru pamit pergi dari sana. Entah Ghea salah melihat atau bagaimana, sebelum pergi, cewek itu sempat menghunuskan tatap penuh permusuhan padanya.

"Lo sengaja ya bersikap nggak sopan kayak tadi?"

Saking fokusnya menatap kepergian cewek itu, Ghea sampai tidak sadar jika Regio sudah berdiri menjulang di hadapannya. Ia ikut berdiri sebelum berputar sekali lalu menunjukkan penampilannya hari ini pada Regio.

"Gimana penampilan gue hari ini? Sudah seperti perempuan baik-baik belum?"

"Gue tanya, lo sengaja 'kan tadi?"

"Gue lagi belajar tuh barusan, ada yang salah?"

"Belajar menyindir maksud lo?"

Ghea ketawa sedangkan Regio memutar bola mata.

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang