17 | abang

452 79 57
                                    

Sejak hari di mana video kejelasan hubungannya dengan Ghea terunggah, Mami tidak berhenti bertanya tentang cewek itu. Bahkan tak jarang Mami memintanya membawa Ghea ke rumah untuk dikenalkan padanya.

Bagaimana mau membawa cewek setengah sinting itu ke rumahnya jika hanya bertatap muka saja, mereka akan memulai pertengkaran tidak berujung. Bisa-bisa akan mencipta masalah baru nanti. Maka dari itu, Elan selalu beralasan pada Mami jika Ghea masih sibuk sekolah dan tidak bisa menemuinya.

Tetapi sepandai-pandainya Elan menghindarinya, pada akhirnya ia akan menghadapinya juga. Elan hanya tidak pernah berpikir bahwa Maminya akan betemu langsung dengan Bunda Ghea di rumahnya. Sejenak ia lupa jika Bunda Ghea adalah teman masa sekolah Maminya dulu.

Dan di sinilah ia berakhir, duduk berdampingan dengan Bunda Ghea di dalam mobil. Setelah puas hang out bersama lalu mengghibah tipis-tipis atau membicarakan soal bisnis dan pekerjaan mereka, Mami menyuruh Elan mengantar pulang Bunda Ghea. Sebab katanya tadi siang Maminya yang menjemput Bunda Ghea, jadi ia juga harus mengantarnya pulang sampai rumah dengan selamat.

Padahal baru saja Elan lepas dari jeratan anaknya dengan segala drama jempol tersangkut gadis itu, eh sekarang ia malah harus berhadapan langsung dengan Bunda-nya. Suasana awkward sejak terakhir kali mereka bertemu saja masih terasa dan sekarang makin menggerogotinya.

"Makasih ya udah mau nganterin saya." Bunda Ghea bersuara setelah sekian lama. "Pasti kamu capek baru pulang, tapi masih harus nyetir lagi."

"Nggak papa kok, Tan." Elan menyahut sopan diiringi ringisan.

"Oh iya, kita belum kenalan."

"Ya?"

"Nama saya Marina. Kamu bisa panggil saya Bunda kayak gimana Ghea manggil saya." Marina memperkenalkan diri begitu antusias.

"Kalo nama aku Fasya Ayudisa. Kelas lima sekolah dasar, anak bungsunya Bunda Marina dan adik kandungnya Mbakyu Gheana." Fasya yang duduk di kursi belakang juga mengenalkan diri tanpa diminta.

Elan sampai lupa dengan keberadaan gadis cilik itu. Yang cara bicaranya kelewat baku, juga kelakuannya agak berbeda dengan anak lainnya. Bagaimana tidak, ketika Mami memberinya uang jajan sebelum pulang tadi, Fasya memang menerimanya dengan senang hati tetapi kalimat yang dikatakannya sungguh bikin perut tergelitik.

Gadis itu tersenyum riang sambil berkata. "Astaga, baik sekali orang ini."

Tak hanya sampai di situ, Fasya lalu membungkukkan badan bak sedang hormat kepada seorang ratu dan tak lupa berterima kasih.

"Terima kasih orang baik. Panjang umur hal-hal baik."

Elan tak kuasa menahan kekehannya kala itu. Satu yang Elan pahami, Fasya sangat berbeda dengan Ghea.

"Aku boleh panggil Kak Kelana dengan sebutan Abang tidak?" Ucapan Fasya menyentak Elan dari lamunannya.

"Tentu aja boleh."

"Yeay! Bang Elan harus berbangga dengan hal ini."

"Kenapa?"

"Bagiku, panggilan Abang sudah berada satu level di atas panggilan Kakak dan Bang Elan baru saja mendapat keistimewaan itu."

"Oh ya? Jadi Abang halrus gimana nih?"

"Bang Elan cukup top up-kan diamond free fire saja kepadaku."

Marina langsung menjulurkan tangan ke belakang demi menggeplak lengan Fasya.

"Nggak usah dengarkan ocehan ngawur Fasya ya, Nak Elan. Dia memang berlebihan kalau menyangkut game online-nya itu."

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang