32 | mengmalu

552 96 166
                                    

Sebagai seseorang yang tidak diberikan keistimewaan bisa tidur sesuka hati, Ghea bisa mengatakan bahwa ini adalah salah satu tidurnya yang berkualitas. Biasanya, Ghea terjaga semalam suntuk. Matanya hanya akan mulai mengantuk pada jam di mana manusia lain memulai aktivitasnya di pagi hari.

Selalu saja begitu, Ghea tidak bisa mengendalikan jam tidurnya seperti manusia normal pada umumnya, seberapa pun ia berusaha. Tidak jarang, Ghea meminum obat tidur jika benar-benar diperlukan. Misalnya jika keesokan harinya ia diharuskan bangun lebih awal untuk mengikuti acara penting. Ghea perlu mendapat tidur yang cukup untuk itu.

Bagi Ghea, ketiduran di kelas itu adalah tidur nyenyaknya. Tidak ada bayang-bayang masa lalu kelam yang menghantui, tidak ada suara-suara yang tidak ingin ia dengar, tidurnya benar-benar pulas walau ia sering kali dapat teguran guru karenanya.

Tetapi hari ini, Ghea mendapatkan tidur yang cukup karena tubuhnya terasa begitu segar dan ringan ketika menggeliat di atas kasur—eh tunggu, apa tadi? Kasur?

Ghea menegakkan tubuh dengan mata membola. Nyawanya belum benar-benar terkumpul ketika ponselnya di atas nakas berdenting.

Om Cadel:
udah bangun?

Ghea mengerjapkan matanya melihat pesan dari Elan. Tidak, ia tidak merasa heran dengan pesan tersebut. Ghea hanya berusaha mencerna arti dari sekelebat ingatan gila yang lewat tanpa permisi di kepalanya.

Coba tampar Ghea sekarang juga karena bayangan dirinya bercumbu dengan Elan tidak berhenti terputar di kepalanya. Bukan hanya itu saja, Elan juga mengungkapkan perasaannya semalam kepadanya. Ghea benar-benar hampir gila memikirkannya.

Tidak mungkin yang semalam itu memang betul terjadi 'kan? Ini tidak bisa dibiarkan! Ghea harus memastikan sendiri kebenarannya. Untuk itu, jarinya cepat mengetikkan sebuah balasan untuk Elan.

Ghea:
semalem lo nggak ketemu gue kan?

Om Cadel:
akhirnya melek juga lo

Ghea:
JAWAB PERTANYAAN GUE!

Om Cadel:
bentar

Ghea menggigiti kukunya sendiri sembari menunggu jawaban Elan. Tetapi sepuluh menit berlalu, ia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Elan. Ghea jadi kesal sendiri dan memutuskan untuk mengirim spam chat pada cowok itu.

Ghea:
BALES CHAT GUE!
JANGAN SUKA NGILANG TIBA-TIBA!
GUE ORANGNYA EMOSIAN LOH OM!

Belum sempat Ghea mengetikkan pesan berikutnya, Elan sudah meneleponnya duluan. Ghea jadi panik sendiri hingga hampir meloloskan ponsel dari genggamannya. Namun Ghea berusaha mengendalikan diri, ia menarik napas sejenak sebelum mengangkatnya.

"Halo?"

"Buka pintu."

"H-hah?"

"Buka pintu kamalr lo. Gue di depan."

Tentu saja, Ghea langsung kelabakan dibuatnya. Ghea merasa jantungnya kali ini bekerja dua kali lipat memompa aliran darah ke seluruh tubuhnya. Mengapa Elan semakin sering mengejutkannya seperti ini?

"Kenapa malah diem? Buka pintunya."

"Ogah!"

"Bukain pintunya."

"Nggak mau, Om!"

Sempat ada keheningan yang melingkupi sebelum Elan bersuara lagi.

"Ada apa tadi lribut di chat?"

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang