10 | kucing kawin

566 95 106
                                    

Sejak pagi, studio J'Skies sudah ramai dengan orang berlalu lalang karena tim mereka sedang mengerjakan proyek yang bekerja sama dengan salah satu brand fashion lokal ternama.

Dari tadi Abby sibuk mondar-mandir dengan ponsel di telinga. Entah siapa saja yang sudah cowok itu telepon. Yang pasti masih berkaitan dengan klien dan perintilannya.

Meski masih sibuk mengoceh, Abby masih bisa mengarahkan kru freelance yang mengangkut beberapa properti pemotretan.

Sebenarnya tugas untuk mengatur pencahayaan beserta dekorasi untuk setting shoot ini Abby lakukan bersama Elan. Namun cowok cadel itu tiba-tiba pergi sejak tadi, katanya sih ada urusan sebentar.

Untungnya sebelum Abby bertindak menelepon sambil menyemprotkan beberapa teriakan plus selipan umpatan, Elan sudah kembali dengan seorang cewek berseragam SMA di belakangnya.

"Well," Abby memperhatikan Elan juga Ghea bergantian. "Something you called 'urusan sebentar' lo itu ini?"

Elan mendudukkan diri di sofa seraya memijit dahinya. "Nggak usah banyak omong, gue lagi betmut habis gelud sama polisi tadi."

Berurusan dengan polisi karena berbuat onar di jalanan, lalu masih harus menjelaskan berulang kali bahwa dirinya bukan pedofil yang sedang menculik seorang anak SMA, sungguh perpaduan komplit yang menyebalkan untuk memulai hari.

Tentu semua ini adalah ulah Ghea. Untung saja para polisi itu tidak bertanya lebih lanjut dan hanya memberi peringatan kepada mereka berdua tanpa sanksi apapun.

"Gimana pelrsiapan? Aman?" tanya Elan.

Abby menganguk. "Lo ke ruang wardrobe deh, cek model-model udah siap kaga."

Tanpa menunggu respon Elan, cowok itu melenggang dengan kru lainnya menuju setting shoot. Masih banyak tripod dan lampu sorot yang belum ditata pada tempatnya.

"Lo tunggu di sini aja, jangan betingkah." perintah Elan pada Ghea yang masih sibuk planga-plongo melihat beberapa orang yang mondar-mandir memegang setumpuk dress di tangan.

"Nggak mau." tolak Ghea. "Gue ikut ya, Om?"

Elan tidak menjawab, cowok itu malah berjalan menjauh dan tentu saja Ghea mengintil di belakang. Memasuki ruang wardrobe yang disesaki oleh beberapa model. Ada yang sudah siap, ada yang masih ribet dengan pakaiannya yang kebesaran, ada juga yang masih belum selesai di-make up.

"Naya!" seru Elan sambil mendekat. "Evelrything's good?"

"Yep, don't worry." Naya menyahut tanpa menoleh, masih sibuk mencatok rambut seorang model. "Will be done in five minutes."

Naya memang bekerja sebagai hair stylish dan make up artist untuk para model J'Skies.

"Okay, keep going!" Elan tersenyum sekali lalu berbalik keluar, memandu beberapa model untuk mengikutinya.

Ghea mundur sampai menghimpit pintu ruangan, memberi jalan untuk model-model yang di setiap langkahnya meninggalkan suara ketukan dari sepatu hak tingginya.

Meski sempat mendapat tatapan heran dari beberapa model, Ghea tetap melangkah mengikuti Elan yang membawa para model menuju setting shoot berlatar putih yang sudah dipenuhi pencahayaan di sisi kanan-kiri.

Di sudut set ada Abby yang menyambut kedatangan Elan. Sedangkan di tengah sudah berdiri Jauzan dengan kamera DSLR-nya.

Cowok itu mulai membungkukkan setengah badannya, memutar lensa beberapa kali untuk membidik tiga model sekaligus yang berpose di depannya.

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang